Semua Bab Dicampakkan Setelah Malam Pertama: Bab 101 - Bab 110

298 Bab

Part 101. Doa di Hari Ulang Tahun

“Pernikahan itu tak akan pernah terjadi lagi.” Ucapan Axel itu terus berputar di dalam kepala Permata meskipun pembicaraan itu sudah berlalu beberapa jam. Malam sudah larut, tapi Permata tak bisa memejamkan matanya barang sedikitpun. Akhir-akhir ini, atau lebih tepatnya saat Axel dan Angkasa kembali dari Paris, perubahan Axel sangat signifikan. Tidak ada lagi Axel yang pemaksa, tidak ada lagi Axel yang seenaknya sendiri, dan seolah semua sifat buruknya hilang begitu saja. Permata sudah berusaha mengenyahkan semua itu dalam pikirannya seolah dia tak terpengaruh, tapi dia benar-benar tidak bisa. Dia berusaha terus meraba perasaannya apakah jentik-jentik cinta yang ada di dalam hatinya masih ada untuk Axel atau tidak, tapi dia bahkan tidak tahu jawabannya. Hari-hari selanjutnya berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apa pun. Dan acara ulang tahun Angkasa akhirnya tiba. Ulang tahun itu diadakan di sebuah restoran mewah VIP dengan beberapa orang yang diundang. Alvan, Gema, dan kedua
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-17
Baca selengkapnya

Part 102. Memberi Kesempatan

“Kamu mau turun?” Axel segera bersuara ketika melihat Permata berjalan melewatinya. Perempuan itu bahkan sudah melepaskan sepatu high heelsnya dan mulai menuruni tempat itu. Tempat itu tidak ada tangga buatan atau sejenisnya. Hanya ada tanah-tanah dengan bebatuan yang keras sebelum disambut dengan padang rumput. Karena Permata tidak menjawab, Axel mengikuti Permata ke sana dan mereka berakhir di bawah pohon yang tinggi dan sejuk. Tak peduli kalau gaun hitamnya akan kotor, Permata justru duduk di atas rumput dan menarik napasnya panjang-panjang. Axel menjaga jarak yang sedikit lebih jauh takut kalau Permata akan terganggu dengan keberadaannya. Tidak ada yang berbicara lebih dulu dan mereka hanya diselimuti keheningan yang menyenangkan. Entah kenapa, meskipun tidak ada dari mereka yang berbicara, mereka justru tampak menikmati. Bahkan Permata juga. “Kamu tahu, kalau akhir-akhiri ini aku takut kepadamu, Axel?” Suara Permata membuyarkan lamunan Axel. Lelaki Itu menoleh pada Permata den
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-17
Baca selengkapnya

Part 103. Celetukan Anak-anak

“Kamu yakin?” Permata balik bertanya. Bukankah dia tadi yang memberi Axel kesempatan? Tapi saat Axel menyetujuinya, justru dia lah yang tampak ragu. Axel terkekeh. “Aku tahu kamu ragu, Permata. Tidak perlu diteruskan. Kita lakukan saja seperti sebelumnya.”“Aku nggak akan memberikanmu kesempatan tanpa ada keyakinan di dalamnya. Aku hanya nggak mau saat aku bersungguh-sungguh, justru kamu berbalik dan memutuskan untuk pergi.” “Itu nggak mungkin,” sanggah Axel. “Aku akan memegang teguh ucapanku.” Dan saat itulah, pada akhirnya hubungan itu kembali terjalin. Axel dan Permata mencoba untuk kembali bersatu. Semua itu demi Angkasa. Demi putra mereka yang tidak bersalah hadir di dunia ini. Tak seharusnya mereka memberikan kehidupan yang buruk padanya. Pembicaraan itu berakhir. Mereka pergi dari tempat itu menuju rumah orang tua Axel. Axel meminta orangnya untuk mengambil mobil Permata agar mereka bisa ke rumah orang tuanya bersama-sama. Di dalam mobil itu penuh dengan keheningan. Tidak a
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-18
Baca selengkapnya

Part 104. Berita Mengejutkan

“Kita bisa tidur bertiga.” Kata-kata itu terdengar menggelikan bagi yang mendengar. Bukan hanya Permata yang salah tingkah, tapi orang tua Axel bahkan sudah terkekeh karena ucapan polos cucu mereka. “Doakan mami dan papa bisa bersatu lagi sehingga Angkasa bisa tidur bertiga. Bersama mami dan papa.” Begitu kata ibu Axel setelahnya. Angkasa hanya mengangguk saja setelah itu. Permata segera pamit atau dia akan terjebak dengan semua pertanyaan yang barangkali akan kembali dilontarkan Angkasa kepadanya. Bocah itu tengah dipenuhi rasa penasaran yang begitu tinggi sehingga dia membutuhkan banyak penjelasan yang bisa dimengerti. “Langsung pulang atau mau mampir ke mana dulu?” tanya Axel saat mobil sudah berjalan. Permata melihat jam tangan kecil yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah pukul sepuluh malam. Beberapa waktu lalu, Almeda dan Denial menanyakan keberadaannya dan memastikan dia baik-baik saja. Permata tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi dua sahabatnya itu saat t
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-19
Baca selengkapnya

Part 105. Peringatan Denial

“Aku mengambil keputusan itu bukan tanpa alasan.” Permata menjawab tegas. “Aku sudah mempertimbangkan matang-matang dan inilah keputusannya. Aku benar-benar berharap kalian akan menerimanya.” “Bagaimana kalau kami tetap tidak menerimanya?” Denial bersikeras. “Kamu akan tetap bersama dengannya?” “Aku akan tetap bersama dengannya.” Jawaban itu terdengar kolot dan tak ingin dikalahkan. “Angkasa menyayangi Axel begitu besar sekarang, dan aku juga bisa merasakan jika Axel sudah berubah sepenuhnya.” “Bukankah memang seperti itu? Untuk mendapatkan sesuatu, dia akan tampak bersungguh-sungguh dan dia akan meninggalkanmu setelah mendapatkan apa yang dia inginkan.” Permata juga pernah memikirkan tentang itu. Berkali-kali bahkan sampai bertahun-tahun. Tapi sekarang dia sudah mengambil keputusan dan dia berharap tidak ada yang perlu disesali. “Bukannya kita sudah melihat perubahannya? Kamu selama ini juga sudah melihat bagaimana dia sungguh-sungguh merawat dan begitu menyayangi Angkasa. Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-19
Baca selengkapnya

Part 106. Kesempatan Berdua

Axel menatap kepergian Denial dalam diam sampai lelaki itu menghilang di balik pintu. Peringatan itu dirasa tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kolotnya Denial selama ini. Tapi itu bukan berarti membuat Axel tenang seolah dia tengah mendapatkan restu dengan mudah. Siapa yang tahu kalau itu akan ada rentetan panjang setelahnya. Axel berdiri dari sofa dan kembali ke kursi kerjanya. Menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, Axel memejamkan matanya. Namun tak lama, dia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja kemudian menghubungi Permata. Panggilannya tidak segera diterima bahkan sampai deringan itu mati. Axel menganggap kalau Permata sedang sibuk. Namun tak lama, perempuan itu menghubunginya kembali. “Halo.” Axel bahkan tersenyum kecil saat menerima panggilan tersebut. [Ada apa?] tanya Permata di ujung sana. “Kamu sudah makan?” Axel melirik jam di dinding ruangannya dan menunjukkan pukul setengah satu. “Kalau belum, aku jemput kamu ke Flame makan siang sekarang.” Axel
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-22
Baca selengkapnya

Part 107. Hanya Karena Baju

Sepanjang perjalanan, Permata hanya diam tanpa mengatakan apa pun kepada Axel. Dia seolah tak suka Axel ikut campur dalam urusan bayar membayar. Dia adalah perempuan dengan banyak uang. Dia tak biasa dibayari, dia tak biasa dibelanjakan, dan dia juga bukan perempuan matre yang justru bangga dibelanjakan oleh laki-laki. “Kamu marah?” Axel tak tahan untuk tidak bertanya. Mereka baru saja berdamai dan tidak seharusnya perempuan itu kembali marah kepadanya. Ya, Axel mengakui kalau semua ini karena dirinya sendiri. Dia aku dia bersalah karena sudah memaksakan kehendaknya. Pertanyaan itu tak mendapatkan jawaban dari Permata karena justru Permata menutup matanya. Axel menarik napasnya panjang tak lagi mengutarakan pertanyaan. Memilih terus melajukan mobilnya dengan sebuah keheningan yang menyelimuti. Namun saat mobilnya berhenti di lampu merah, Axel kembali berbicara. “Kalau aku membelokkan mobilnya ke kanan, itu artinya kita akan ke rumahmu, tapi kalau lurus, itu akan ke apartemenku. Pil
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-23
Baca selengkapnya

Part 108. Ayo Kita Menikah

“Aku tidak pernah merasa sebahagia ini dalam hidupku.” Hanya dua buah baju dan satu celana panjang saja, Axel seperti baru saja mendapatkan banyak uang. Permata memahami, ini bukan karena barang sepele itu. Axel bahagia karena perhatian yang diberikan oleh Permata kepadanya. Selama ini mereka selalu bersitegang dan tampak tidak pernah akur. Tapi sekarang semuanya seperti sudah berakhir. “Lebih bahagia mana saat kamu mendapatkan saham perusahaan itu dan membuangku beberapa tahun lalu?” Pertanyaan itu seketika membuat Axel mengerutkan bibirnya kaku. Axel sekarang percaya kalau seorang perempuan yang dulu pernah tersakiti tidak akan pernah melupakan rasa sakitnya dan akan terus mengenang di dalam pikirannya. Dan Permata pun sama. Perempuan itu akan tetap mengungkit saat ada kesempatan meskipun dia sudah menyatakan memberikan maaf kepada Axel.Mau tak mau, Axel harus menerima hal itu. Bahkan seandainya mereka nantinya sudah menikah dan menjalani bahtera rumah tangga, Axel harus sanggup
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-23
Baca selengkapnya

Part 109. Gerombolan Sosialita

“Aku ingin berada di sisimu sampai aku mati. Kalau aku bisa menebusnya, aku akan menggunakan seumur hidupku untuk menebus kesalahanku kepadamu.” Di bawah cahaya temaram lampu kamar Angkasa, Axel melamar Permata. Permata bahkan tampak terkejut mendengarnya. Mereka baru saja menjalin hubungan yang mencoba memperbaiki hal buruk di masa lalu. Tapi Axel malah memintanya menikah dengannya. Permata tidak bisa melakukan itu. Jadi, dia hanya menggeleng pelan. “Mungkin aku akan menikah denganmu nanti. Tapi tidak dalam waktu dekat. Bersabarlah.” Dan hanya itu yang dia katakan Permata kepada Axel. Dan Axel tak bisa memaksa Permata untuk menerima dirinya. “Aku mengerti.” Axel mengeluarkan senyum kecilnya sebelum dia memutuskan beranjak dari ranjang Angkasa. “Aku pergi dulu sekarang.” Permata mengikuti Axel dari belakang untuk mengantarkan lelaki itu sampai keluar. Saat itu bertepatan Almeda dan Denial baru saja sampai. “Kalian dari mana?” tanya Permata. “Aku didatangi sama emak-emak rempong.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-24
Baca selengkapnya

Part 110. Ketertarikan Gema

“Wah, ternyata, Berlian ini sedikit ada sombong-sombongnya, ya.” Begitu tanggapan salah satu dari mereka. Meskipun dia tersenyum, tapi bibirnya mengkerut kaku. Tampak tidak suka ucapannya terkalahkan oleh Berlian. “Memang begitulah kenyataannya, Bu. Saya tidak akan pernah mengatakan sesuatu yang tidak saya ketahui datanya. Menduga-duga? Itu bukan saya.” Ada senyum kecil lagi yang ditunjukkan oleh Permata di bibirnya seolah dia tengah mencemooh teman-teman ibu Axel. Mereka mungkin merasa tersindir. Karena mereka berdehem dan tampak menatap ke segala arah untuk menghindari tatapan Permata. Bagaimanapun, ucapan mereka yang tadi seolah memojokkan Permata adalah hanya dugaan dan tuduhan. Jadi tentu saja mereka merasa tersentil. Ibu Axel yang tengah menyeruput minumannya itu hanya tersenyum kecil mengetahui teman-temannya kalah telak dengan calon menantunya. Axel dan Permata memang sudah diciptakan untuk bersama. Bahkan kata-katanya pun sama-sama bisa membuat orang lain keki. Lantas ac
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
30
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status