Semua Bab Dicampakkan Setelah Malam Pertama: Bab 91 - Bab 100

298 Bab

Part 91. Kembali Ke Indonesia

“Tapi memberikan keluarga lengkap kepada anak adalah kewajiban kita sebagai orang tua.” Ayah Axel akhirnya bersuara. “Kamu memang melihat dia bahagia dengan hanya adanya kamu dan orang yang sudah menemaninya dia sejak kecil. Tapi dia tetaplah anak-anak. Dia membutuhkan keutuhan orang tuanya dalam hidupnya.” Permata tampak tidak bereaksi dan hanya memberikan tatapan santai miliknya. Apa yang dikatakan oleh ayah Axel memang benar. Angkasa memang sekarang bahagia, karena dia masih terlalu kecil untuk mengerti tentang banyak hal. Ada sosok Denial yang sudah seperti ayahnya sendiri, tapi sekali lagi. Lelaki itu hanya laki-laki pengganti. “Berlian. Bukankah kamu sekarang hanya akan mengorbankan Angkasa untuk kepentingan hatimu sendiri? Itu nggak adil buat anak sekecil Angkasa.” “Angkasa sekarang belum mengerti tentang masa lalu yang pernah terjadi antara saya dan bapaknya. Jika dia pada akhirnya mengerti, bagaimana reaksinya? Lalu, dia akan menyalahkan saya karena sudah kembali dengan or
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-11
Baca selengkapnya

Part 92. Mengundang Banyak Orang

“Terima kasih, Mami.” Angkasa tersenyum cerah. “Om, ayo kita pulang ke rumah Angkasa.” “Mobil Angkasa tidak muat kalau Papa ikut ke sana. Papa akan naik mobil papa saja.” “Kalau begitu, Angkasa ikut.” “Tentu saja.”Dan bertepatan dengan itu, mobil hitam mengkilat milik Axel datang dengan Alvan yang membawanya. Dia segera keluar dari mobil dan menyambut bosnya dengan suka cita. “Bapak akhirnya kembali. Saya lega sekali.” Begitu kata Alvan. Kini tatapannya beralih pada bocah kecil yang sejak tadi menggandeng tangan Axel. “Hai, Boy.” “Hai, Om. Om juga boleh ke rumah Angkasa.” Alvan bingung dengan ucapan Angkasa. Lelaki itu menatap ke arah Axel meminta penjelasan. Tapi sekali lagi, bukan Axel yang menentukan boleh atau tidak dia mengajak Alvan. Dengan Angkasa yang meminta orang-orang itu datang, itu hanya akan membuat Permata sibuk. Tapi apa mau dikata, sifat baik Angkasa harus diapresiasi. Maka mau tak mau, Permata yang pengambil keputusan akhirnya harus bersuara.“Angkasa mengunda
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-11
Baca selengkapnya

Part 93. Mereka Ayah dan Anak

“Kamu serius?” tanya Axel meyakinkan pendengarannya tidak dalam masalah. Menoleh pada Permata yang berdiri tepat di sampingnya dan mengatakan kalimat yang tidak pernah dia sangka sebelumnya.Axel tentu saja terkejut dengan undangan tiba-tiba yang Permata berikan kepada orang tuanya. Tadinya, dia sudah mengatakan kepada ibu dan ayahnya jika dia akan pulang ke Indonesia bersama dengan Angkasa. Axel bahkan meminta agar ibunya tidak perlu menjemputnya dan dia akan membawa Angkasa bertemu dengan mereka di rumah. “Tentu saja. Sudah terlanjur mengundang beberapa orang, beliau juga harus hadir.” “Oke. Aku akan menghubungi mereka.” Permata berlalu dari ruang keluarga. Bibi sudah menyiapkan beberapa cemilan untuk mengganjal perut sebelum makanan inti selesai dimasak. Belum juga Axel menghubungi ibunya, perempuan itu justru sudah menelpon Axel lebih dulu. Axel menjauh dari ruang keluarga untuk menerima panggilan tersebut. Dan tak lama setelahnya kembali duduk di tempat yang sama. Bertepatan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-12
Baca selengkapnya

Part 94. Album Foto Angkasa

“Jadi, Angkasa membawa oleh-oleh apa dari Paris?” Tidak ingin masalah itu semakin besar, Gema membelokkan pembahasannya. Gara-gara dia Angkasa harus mendapatkan ‘kemarahan’ dari sang ayah. Padahal saat itu, Angkasa bahkan menolak Axel. Tapi sekarang Axel justru bisa mengendalikan bocah itu. Begitulah Axel, dia tak akan pernah setengah-setengah dalam melakukan sesuatu. “Angkasa tidak beli apa pun, Om.” Angkasa menjawab dengan suara rendah. Lalu Gema mengajak Angkasa terus berbicara, bahkan mengajak bermain bocah itu. Denial pun sama. Sedangkan Axel menutup matanya karena rasa lelahnya benar-benar menggelayut di dalam tubuhnya. Dia ingin membersihkan tubuhnya, tapi dia tak akan meminta izin kepada Permata dan bertindak terlalu jauh. Ya, meskipun itu hanya mandi. Permata menatap keadaan di ruang keluarga dari dapur dan sesekali menatap Axel yang sudah tertidur sambil duduk. Ada perasaan asing yang menyelinap di dalam hatinya. Axel tampaknya benar-benar sudah berubah. Lelaki itu bahka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-12
Baca selengkapnya

Part 95. Demam

“Semua tentang Angkasa. Aku juga mengabadikan itu dalam sebuah video.” Axel menarik napasnya panjang sebelum melanjutkan. “Aku tahu Denial pasti sudah memberimu banyak foto dan perkembangan Angkasa di sana. Tapi ini adalah versiku. Tenang saja, nggak ada gambarku di video itu. Setidaknya dengan melihat videonya, kamu bisa membayangkan kebersamaan kami. Kamu juga nggak akan ketinggalan moment Angkasa saat dia nggak bersama denganmu.” Permata menerima paper bag itu dengan pelan dan menatapnya penuh dengan perasaan bingung. Bingung dengan pikirannya sendiri. “Aku pulang dulu. Mungkin besok aku akan menjemput Angkasa untuk datang ke rumah Mama. Dan, kalau mau carikan sekolah SD buat Angkasa, tolong libatkan aku juga. Aku juga akan merekomendasikan sekolah yang bagus untuk Angkasa.” Tanpa menunggu jawaban Permata, Axel menatap Angkasa yang sejak tadi memegangi jaketnya. Dia mensejajarkan tingginya pada bocah itu. “Papa pergi dulu ya. Besok Papa jemput Angkasa buat main ke rumah Oma. Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-13
Baca selengkapnya

Part 96. Tamu Tak Terduga

“Biarkan Angkasa yang merawat Om Axel.” Kata-kata itu entah kenapa membuat Axel yang kini tengah berbaring di ranjangnya menjadi tertegun. Bagaimana bocah sekecil itu bisa memiliki rasa kepedulian yang begitu tinggi? Axel mau tak mau tersenyum dalam keheningan sebelum menjawab. “Angkasa, papa bisa sendiri. Kalau Angkasa datang, akan tertular. Papa nggak mau kalau Angkasa sakit.” [“Tapi Angkasa mau menjenguk Om. Angkasa akan datang dengan Sus Dian. Please!”] “Angkasa. Papa janji akan datang jemput Angkasa kalau sudah sembuh. Boleh?” Axel hanya tidak ingin Angkasa tertular. “Berikan pada Mami.” Axel bisa mendengarkan suara Permata. Tak lama setelah itu, Permata yang berbicara. “Berikan alamat apartemenmu.” Axel tertegun sebentar sebelum menggeleng. “Permata, aku benar-benar nggak mau Angkasa tertular. Tolong katakan ke dia ya. Aku janji akan segera sembuh dan bisa jemput dia nanti.” “Dia menangis.” Tak lama setelah itu, sebuah foto dikirimkan ke ponsel Axel. Gambar itu memperlih
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-14
Baca selengkapnya

Part 97. Merawat Axel

“Nggak perlu. Aku akan ke dapur. Aku akan mencuci mukaku dulu.” Permata tak menjawab dan segera berlalu dari kamar Axel. Melirik Angkasa yang tengah tidur dengan nyenyak. Tak lama, Axel pun menyusul dengan wajah sedikit lebih segar. Rambut bagian depannya sedikit basah. Lelaki itu tampak benar-benar lemah. Axel duduk di depan Permata yang sudah lebih dulu berada di meja makan. Mereka duduk berhadapan tapi tidak ada apa pun di depan Permata. Dua menu makanan hanya ada di depan Axel yang masih mengepul tanda baru matang. Dan satu obat penurun demam diletakkan di samping air minum. Permata benar-benar seperti tengah menyediakan itu untuk suaminya yang tengah sakit. “Kamu nggak makan?” tanya Axel saat dia akan memulai menyuapkan bubur ke mulutnya. “Aku udah makan tadi.” Axel tidak menjawab lagi dan hanya mengangguk. Satu sendok bubur masuk ke dalam mulutnya dan dia mengunyahnya pelan.Axel pasti akan memuji masakan Permata kalau saja lidahnya bisa diajak bekerja sama. Sekarang, dia ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-14
Baca selengkapnya

Part 98. Pertanyaan Angkasa

“Om Axel.” Pintu kamar Axel tiba-tiba terbuka dan memunculkan Angkasa di sana. Bocah itu tampaknya sedikit takut berada di tempat baru. Dia tadinya bisa tidur karena Axel ada di sana. Tapi saat dia bangun, ayahnya tidak ada berada di kamar, memunculkan ketakutan di dalam dirinya. Ketegangan yang terjadi beberapa saat lalu antara Permata dan Axel terputus dan dua orang itu menatap pada Angkasa yang berjalan mendekat. Angkasa duduk di antara kedua orang tuanya dan mengusap matanya. Axel mengelus kepala Angkasa dengan lembut. “Angkasa takut di kamar sendiri?” tanyanya.“Angkasa kaget. Om tiba-tiba nggak ada di samping Angkasa.” “Papa baru saja makan. Jadi Papa bangun. Angkasa mau tidur lagi?” “Nggak. Angkasa mau main. Mami, es krim Angkasa mana?” tanyanya. Permata seolah tidak mendengarkan suara Angkasa. Dia masih mencerna ucapan terakhir Axel sebelum Angkasa muncul dan menghentikan obrolan serius mereka. Axel menatap Permata yang tengah melamun. Angkasa pun bahkan hanya menatap ibu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-15
Baca selengkapnya

Part 99. Meminta Penjelasan

“Angkasa, siapa yang mengajari Angkasa mengatakan itu?” Beruntung, lampu merah menyala sehingga Permata bisa menatap putranya. Dia tak memarahi bocah itu, hanya saja ini adalah kalimat ‘aneh’ yang Angkasa katakan kepadanya. “Apa itu bad word, Mami?” Bukannya menjawab, dia bahkan kembali bertanya. “Angkasa melihat itu di televisi. Saat itu Angkasa diam-diam menontong bersama Uncle.” “Film apa yang Angkasa tonton?” “Satu keluarga Mami. Ada ibu, ayahnya, dan juga anaknya.” Semakin besar, Angkasa semakin mahir berbicara. Dia semakin kritis dan pintar. “Lalu apa yang mereka lakukan?” Permata belum lega jika dia tidak menuntaskan semuanya. Kini dia segera menjalankan lagi mobilnya ketika lampu hijau sudah menyala. Sambil mendengarkan penjelasan tentang film yang pernah ditonton oleh Angkasa dan Denial. “Ayah itu bertanya kepada ibu si anak apakah dia tidak mencintainya lagi sehingga dia ingin berpisah? Dan si ibu bilang dia tidak mencintai si ayah lagi. Apakah Mami dan Om Axel juga s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-15
Baca selengkapnya

Part 100. Angasa Kini Mengerti

Axel berpikir, sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya kepada Angkasa. Tidak perlu menunggu di acara ulang tahun bocah itu. Kebenaran harus segera terungkap agar dia segera tahu bagaimana reaksi yang akan Angkasa berikan saat itu. Axel melihat jam di pergelangan tangannya. Dia ada meeting pagi ini dan tidak bisa ditinggalkan.“Angkasa, Papa ada meeting sebentar lagi. Papa janji akan menjawab semua pertanyaan Angkasa setelah itu. Bisa?” “Angkas boleh ikut meeting, Om?” “Tentu. Angkasa boleh perhatikan jalannya meeting. Karena suatu saat nanti kalau Angkasa sudah dewasa, Angkasalah yang akan menggatikan Papa mengurus perusahaan ini.” “Siap.” Angkasa lantas menunda dulu rasa penasarannya sampai nanti dia bisa mendapatkan semua jawaban yang dia inginkan. Setelah itu, Alvan memberitahukan jika rapat akan segera dimulai. Semua orang sudah berkumpul di ruang meeting. Ketika Axel masuk ke dalam ruangan rapat dan membawa serta Angkasa, seluruh orang di dalam ruanga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
30
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status