“Memangnya sekarang sesakit apa, Axel? Aku nggak bisa merasakan kesakitanmu,” jawaban Permata cukup ringan. “Aku nggak tahu apakah sakitmu sekarang sebanding dengan sakitku di masa lalu. Karena yang aku tahu, aku dulu bahkan ingin sekali mati.” Permata menatap dinding putih di depannya seolah dia sedang menonton adegan lima tahun yang lalu. Kini memorinya seolah terus memutar adegan demi adegan yang pernah dialami. Rasa sakit itu, kecewa, putus asa, semua bercampur menjadi satu menyelubungi Permata tiada ampun. “Sudahlah, kamu nggak perlu tahu bagaimana aku dulu merasakan sakit itu. Karena kamu nggak akan bisa membayangkannya. Sudah malam. Aku harus istirahat.” Tanpa kata-kata lagi, Axel berdiri dan pergi begitu saja dari rumah Permata tanpa pamit. Permata bahkan sama sekali tak menoleh ke belakang hanya sekedar melihat bagaimana menyedihkannya Axel. Permata tetap berada di tempatnya dengan lamunan panjang. Dia tak berminat beranjak dari sana dan segala macam hal buruk kini mengeru
Last Updated : 2023-04-04 Read more