Home / Romansa / Dicampakkan Setelah Malam Pertama / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Dicampakkan Setelah Malam Pertama: Chapter 71 - Chapter 80

298 Chapters

Part 71. Mengambil Kesempatan

“Jangan mengatakan hal yang tidak masuk akal.” Permata menjawab dengan ketus. Tampaknya dia sudah benar-benar merasa jika Axel sudah menjebak dirinya dan juga Angkasa. Namun Axel tidak peduli dengan ucapan Permata, karena dia segera melanjutkan. “Kalau Angkasa mau, papa akan mengajak Angkasa jalan-jalan ke mal. Angkasa bisa membeli apa pun yang Angkasa inginkan. Bagaimana?” Mal. Tempat itu memang tidak asing bagi Angkasa. Saat di Paris dulu, dia sering sekali pergi ke mal bersama dengan Denial dan Almeda. Bahkan bersama dengan Permata. Tapi sejak di Indonesia, Permata segera diserang oleh banyak pekerjaan dan mereka tidak pernah datang lagi ke pusat perbelanjaan tersebut. Axel tampaknya tahu celah yang harus dia masuki sehingga dia tahu apa yang harus dia perbuat setelahnya. Angkasa tampak berbinar saat mendengar itu. Mungkin itulah yang disebut ikatan batin antara ayah dan anak. Angkasa bahkan mudah sekali luluh dengan Axel. “Kita akan pulang sekarang, Angkasa. Kita akan ke mal
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Part 72. Axel Yang Sesungguhnya

“Maaf, aku sedikit nggak fokus.” Permata sanggup berdiri sempurna setelah beberapa saat. Tangan lelaki itu juga sudah lepas dari tangan Permata. Namun tatapannya masih memancar lurus untuk perempuan yang baru saja ditolongnya tersebut. “Kamu sendirian?” tanya Permata kepada Mario. “Aku sama manajerku. Tapi, aku baru saja dari toilet.” Mereka kembali tak bersuara. Hilir mudik orang-orang yang berada di sana seolah hanya menjadi peran pembantu dalam sebuah drama. Meskipun ‘pasangan fenomenal’ itu dikenal oleh banyak orang, mereka tampak tidak terpengaruh. Bisik-bisik juga sudah mulai terdengar membuat Permata mendesah lelah. Permata akan pamit kepada Mario ketika Axel sudah berada di sana. Menatap dua orang itu dengan ekspresi kejam miliknya seolah mereka tengah selingkuh. Tangan kanan Axel masih menggenggam tangan kecil Angkasa. Bocah itu mendongak tak mengerti apa yang sedang terjadi. Mario tampak tertarik dengan keberadaan Angkasa yang selama ini disembunyikan. “Hai, Boy.” Mar
last updateLast Updated : 2023-03-31
Read more

Part 73. Mario dan Buket Bunga

“Kamu mengancamku?” tantang Axel. “Kamu bisa membuktikannya.” Denial tampaknya sudah muak menghadapi mantan suami Permata tersebut. Hanya karena dia berhasil mengajak Permata dan Angkasa pergi hari ini dan seolah dia memiliki kendali penuh atas kehidupan Permata. Pintu mobil akhirnya terbuka dan tanpa basa-basi lagi, Denial mengambil Angkasa dari car seat kemudian membawanya masuk ke dalam rumah. Tanpa pamit atau sejenisnya. Amarah lelaki itu sudah berada di ambang batas karena Axel tak kunjung membawa pulang Angkasa dan Permata. Axel melihat itu hanya menarik napasnya panjang. Bukan hanya Mario, tapi Denial adalah orang yang akan dengan keras menentang keberadaan Axel di dalam kehidupan Permata. “Aku masuk. Kamu pulang sana,” usir Permata segera setelah dia keluar dari mobil. Melangkah untuk pergi saat Axel menghentikannya. “Ingat kata-kataku tadi, Permata. Jangan dekat dengan lelaki mana pun kecuali aku.”“Aku bukan orang yang mudah dikendalikan oleh orang lain. Karena kamu men
last updateLast Updated : 2023-03-31
Read more

Part 74. Kekalahan Leona

Permata dan Almeda saling menatap satu sama lain. Tidak pernah menyangka jika Mario akan dengan terang-terangan melakukan hal itu di depan staf. Memberikan bunga di saat seperti ini, itu hanya menunjukkan jika Mario serius ingin mendekati Permata. “Siapa yang mengantarnya?” Permata yang mengeluarkan pertanyaan itu. “Itu tadi langsung dari toko bunganya.” “Siapa yang membocorkan jadwalku?” pertanyaan itu tertuju pada Almeda. “Dan tentu itu bukan aku.” Almeda yang tampak ditatap dengan sebuah tuduhan, segera mengelak. “Meskipun aku dan manajernya sedikit dekat, aku nggak mungkin bertindak berlebihan.” Permata merasa tidak suka dengan hal-hal semacam ini. Baginya ini adalah sebuah gangguan. Saat itu Axel, lalu sekarang Mario. Ada apa sebenarnya dengan para lelaki ini? Kenapa tiba-tiba mereka bersikap sok romantis dengan mengirimkan bunga untuknya. Mereka mengira Permata akan luluh dengan hal-hal semacam ini? Gila! Permata tidak pernah luluh dengan sesuatu semacam ini. Namun, tak ur
last updateLast Updated : 2023-04-01
Read more

Part 75. Axel Mengaku Kalah

“Angkasa!” Axel dibuat terkejut oleh Angkasa yang tiba-tiba berada di depannya meskipun itu hanya sebuah video call. Bagaimana bisa? Itu adalah pertanyaan yang sekarang tengah menyerang Axel tiada ampun. Perasaan bahagia dan keterkejutan itu bercampur menjadi satu. Mulutnya yang sejak tadi cemberut itu pun tampak mengeluarkan senyum lebar. “Angkasa, anak Papa, Angkasa baik-baik saja?” tanyanya. “Beberapa hari ini, Angkasa tidak bisa ditemui. Angkasa sehat?” Axel benar-benar memberondong Angkasa dengan pertanyaan bertubi-tubi. Bocah yang kini wajahnya memenuhi layar ponsel Axel itu mengangguk-anggukkan kepalanya. “Angkasa baik-baik saja.” Axel merasa kerinduannya sedikit terobati setelah melihat Angkasa ada di depannya. Ingin sekali Axel memeluk bocah itu. Wajah Angkasa benar-benar tampak tampan sekali. Membuat senyum Axel ta menghilang. “Angkasa sekarang ada di mana?” tanya Axel. “Papa akan menemui Angkasa sekarang.” Angkasa lantas segera menggeleng. “Angkasa sekarang ada di ban
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Part 76. Lima Tahun Tak Sebanding Dengan Beberapa Bulan

“Permata sudah mampu menginjak gue. Permata sudah bisa menjauhkan gue dari anak gue. Permata benar, uang dan harta gue nggak ada artinya setelah Angkasa jauh dari gue. Gue kalah, Gem. Gue kalah.” Gema merasa ruangannya memanas meskipun hembusan udara dingin dari AC menyala kencang. Seandainya waktu bisa terulang, dan dia tahu kejadian lima tahun yang lalu lebih awal, dia pasti akan menahan Axel untuk tidak melakukannya. Sekarang semua sudah berlalu dan dia tak bisa membantu Axel. Yang bisa dilakukan oleh Gema sekarang, tentu saja menemani Axel. hanya itu. Lelaki itu berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Axel. Duduk di samping Axel tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Persis malam itu. Malam di mana Axel membuat kekacauan di apartemennya. Gema ingin berada di sisi Axel untuk menemani. Dia tak bisa membantu Axel di masa lalu, setidaknya dia bisa membantu Axel untuk waktu selanjutnya. Membiarkan Axel dengan kesedihannya, Gema hanya perlu duduk diam tanpa mengatakan apa pun. Sek
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Part 77. Ulang Tahun Angkasa

“Apa?” Denial pasti tidak menyangka kalau Permata akan mengatakan kalimat seperti itu. Saat mereka harus buru-buru pergi ke Paris karena pekerjaan Permata, perempuan itu tak mengatakan apa pun kecuali hanya bilang jika dia ingin merayakan ulang tahun Angkasa di sana. Bahkan mereka bingung kenapa tidak di Indonesia saja. Bahkan, Angkasa saja sudah antusias untuk merayakan ulang tahunnya bersama dengan teman-temannya. Sayangnya, saat Angkasa ulang tahun nanti, Permata tidak bisa pulang karena pekerjaannya pasti belum selesai. Angkasa dibujuk oleh Permata dan bocah itu merasa kesal. Bahkan dalam keadaan kesal pun, dia sempat mengingat Axel. Dan merengek kepada ibunya untuk menghubungi sang ayah. Maka dengan seizin Permata, Sus Dian yang menghubungi Axel. Bocah itu mengucapkan selamat tinggal kepada Angkasa karena dia mengira mereka memang akan kembali dan tinggal di Paris. “Setidaknya sampai dia SD.” Permata melanjutkan tak memedulikan kalau Denial masih menatapnya dengan tanda tanya
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Part 78. Permata, Tolong Aku. 

“Lo jangan bicara sembarangan, Gem.” Reaksi yang dikeluarkan oleh Axel adalah matanya memicing tajam dan suaranya terdengar dingin. Bagaimana bisa Gema tahu tentang itu sedangkan dia tak begitu dekat dengan Permata. Terlebih lagi, Permata adalah perempuan yang tertutup. Dia tak akan membagikan rencananya kepada orang lain jika orang itu tidak ada kaitannya dengan dirinya. “Gue cuma bercanda.” Gema nyengir ketika mengatakan itu dan dia benar-benar bersikap seolah-olah tak bersalah. “Ya kali gue tahu tentang hidup mereka, Xel. Lo tahu sendiri Berlian orang yang seperti apa.” “Gila lo!” Axel menggeplak kepala Gema bagian belakang sebelum dia membuka kaleng minuman dan meneggaknya dengan kasar. Gema hanya mengusap kepalanya karena rasanya benar-benar sakit. Hanya dengan lelucon gila sahabatnya saja dia merasa sudah hampir mati saja. Bagaimana jika benar terjadi. Bagaimana kalau Angkasa benar-benar disembunyikan oleh Permata? Pikiran Axel dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang tid
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Part 79. Aku, Memaafkan kamu. 

“Memangnya sekarang sesakit apa, Axel? Aku nggak bisa merasakan kesakitanmu,” jawaban Permata cukup ringan. “Aku nggak tahu apakah sakitmu sekarang sebanding dengan sakitku di masa lalu. Karena yang aku tahu, aku dulu bahkan ingin sekali mati.” Permata menatap dinding putih di depannya seolah dia sedang menonton adegan lima tahun yang lalu. Kini memorinya seolah terus memutar adegan demi adegan yang pernah dialami. Rasa sakit itu, kecewa, putus asa, semua bercampur menjadi satu menyelubungi Permata tiada ampun. “Sudahlah, kamu nggak perlu tahu bagaimana aku dulu merasakan sakit itu. Karena kamu nggak akan bisa membayangkannya. Sudah malam. Aku harus istirahat.” Tanpa kata-kata lagi, Axel berdiri dan pergi begitu saja dari rumah Permata tanpa pamit. Permata bahkan sama sekali tak menoleh ke belakang hanya sekedar melihat bagaimana menyedihkannya Axel. Permata tetap berada di tempatnya dengan lamunan panjang. Dia tak berminat beranjak dari sana dan segala macam hal buruk kini mengeru
last updateLast Updated : 2023-04-04
Read more

Part 80. Flame

“Apa … maksudmu, Permata?” Axel tergagap karena ucapan tiba-tiba Permata yang mengguncang ketenangannya. Apa itu benar? Apakah benar, Permata sudah memaafkannya? Bayangan rasa senang itu sudah mengambang di dalam pikiran Axel. “Aku akan memaafkanmu. Tapi menikahlah dengan orang lain. Kamu tidak perlu menungguku.” Axel menggenggam tangan Permata yang ada di pipinya dan tak mengizinkan perempuan itu melepaskannya. Axel menggeleng dengan pelan saat mendengar kelanjutan ucapan Permata. “Aku benar-benar akan menunggumu tak peduli apa. Aku juga sudah pernah mengatakan kalau memang kamu nggak ingin menikah lagi, maka aku juga akan melakukan hal yang sama.” Permata mencoba menarik tangannya, tapi Axel menggenggamnya lebih erat lagi. Jari-jari panjang lelaki itu terus menggenggam jari-jari panjang Permata seolah itu adalah miliknya. Tatapan mereka saling bertemu dan tidak ada yang ingin memutusnya. Seandainya, kesalahan Axel tidak begitu besar, mungkin saja Permata akan memaafkannya. Tapi
last updateLast Updated : 2023-04-04
Read more
PREV
1
...
678910
...
30
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status