Home / Urban / Abang Ojek VS Ibu Polwan / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Abang Ojek VS Ibu Polwan: Chapter 181 - Chapter 190

303 Chapters

Bab 181: Es Krim

 Aje memencet tombol, OK!Tak berapa lama kemudian, sang driver ojek ini sudah mendapatkan dua paket makanan dan minuman yang dipesan si customer.Aje segera keluar dari kawasan restoran, dan mengendarai motornya lagi di jalan raya. Kondisi jalan raya yang kebetulan sedang lengang membuat Aje tidak perlu mengeluarkan konsentrasi yang berlebih dalam berkendara. Ia bahkan bisa sambil melamun, lebih tepatnya berpikir.Ia memikirkan Monalisa, atau Lisa, yang lagi-lagi menghubungi dirinya. Bukankah, ini berarti bahwa Lisa itu telah ingkar janji? Sebab, pertemuan di kafe AwanZ beberapa waktu yang lalu itu—seperti janji Lisa—harusnya menjadi yang pertama dan yang terakhir.Mulanya, Lisa menghubungi Aje lewat pesan chat. Ia bertanya tentang kabar, bertanya tentang apa-apa yang semuanya bagi Aje terasa hambar. Aje hanya membalas pendek-pendek, dengan kata-kata seperlunya saja.Menyusul kemudian, Lisa menghubungi Aje secara langsung
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more

Bab 182: Mengejar Buronan

 “Apakah itu Aje??” Tanya Karin dalam hatinya yang sontak berdebar-debar.Ia sampai mencondongkan tubuh ke arah depan. Kepalanya juga telah melewati posisi lingkar kemudinya. Ia mencermati betul-betul sosok lelaki yang duduk di atas jok motornya itu, dengan kepala yang menoleh kanan-kiri, memperhatikan arus lalu lintas dan menunggu lampu merah.“Menilik dari posturnya, kemungkinan besar itu memang Aje,” batin Karin lagi.Ah, sayang, Karin tidak ingat dengan warna helm dan juga warna motor milik driver ojek online itu. Tunggu! Motor?Oh, Karin teringat sesuatu! Maka cepat tangan kirinya bergerak untuk mengambil ponsel miliknya yang tadi ia letakkan di konsol tengah, dekat handel persneling.Ia bermaksud memfoto sosok driver ojek online bersama motornya yang berhenti persis di depan mobilnya itu.Akan tetapi, mungkin karena panik mengejar durasi lampu merah yang hampir berakhir, ia sampai ceroboh. Ponsel ya
last updateLast Updated : 2023-09-27
Read more

Bab 183: Anesuka

 SEMENTARA ITU..,Hekal mendongakkan kepalanya sedikit ke atas. Ia menatap sepasang sepatu yang berada di sebuah rak pajangan, diapit oleh ratusan pasang sepatu lainnya, yang berderet rapi dari atas ke bawah, juga dari kanan ke kiri.Semuanya tampak kompak di rak pajangan yang ada di los toko sepatu bekas ini. Sampai di sini, Hekal sudah menyambangi sekitar sepuluh los toko, demi bisa mencari sepatu bekas yang masih cukup layak pakai untuk sepasang kakinya.Ada banyak memang. Pastinya semua masih layak pakai. Hanya saja, mencari yang sesuai selera dan sesuai dengan ukuran kaki itu yang mungkin sedikit sulit.    “Sepertinya, yang itu masih mulus,” batin Hekal, semakin memokuskan pandangan pada sepatu incarannya di rak bagian atas.Hekal kemudian melangkah memasuki toko yang hanya berukuran 3X3 meter ini. Sebentar ia mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri, memperhatikan satu persatu sepatu bekas yang mejen
last updateLast Updated : 2023-09-28
Read more

Bab 184: Pedagang Akik Buta Warna

 SEMENTARA ITU..,Aje terus berjalan di antara los-los toko yang berjejer rapat, dan hanya dipisahkan oleh sebuah sekat berupa dinding, sementara bagian luarnya dipisahkan oleh rak pajangan dan juga banner iklan.Suasana riuh ramai, banyak orang berseliweran. Di suatu jalan yang sempit Aje sampai memiringkan posisi tubuhnya ketika berselisihan dengan orang lain.Tangan kiri Aje menenteng makanan yang dipesan customer. Sementara tangan kanannya memegang ponsel, yang sesekali ia lihat untuk membaca ulang detil alamat yang akan ditujunya.“Pasar Mayang..,” gumam Aje pelan, seraya terus berjalan di tengah keramaian.“Nama tokonya, Sejati Wangi.” “Nomor blok, B1.”“Nomor losnya, 40.”Semakin mendekati blok pertokoan yang ia tuju, Aje mulai menyadari sesuatu.“Lho? Sepertinya ini sudah dekat dengan pasar loak nih,” batinnya lagi, sambil menoleh kana
last updateLast Updated : 2023-09-29
Read more

Bab 185: Mau Satu Dapatnya Lima

 Baru saja Karin menghela nafas yang dalam, tiba-tiba melintas di depannya seorang anak kecil berusia belasan tahun.Dia adalah seorang pedagang asongan yang menjajakan kacang goreng, tahu Sumedang dan beberapa penganan lain. Semua penganan itu berjuntai-juntai dalam plastik kemasan di tangan kanannya. “Adik!” Karin pun memanggil.“Saya, Bu.” Si adik pedagang asongan menghampiri Karin.“Kacang goreng, Bu? Atau tahu Sumedang?”Dengan cepat Karin mengambil selembar dua puluh ribuan dari saku celana jinsnya. Ia lalu melihat-liat penganan yang dibawa si adik pedagang asongan.“Hemm, ini kacang goreng, siapa yang bikin?” Bertanya sang Polwan ini dengan ramah.“Ibu saya, Bu.”“Kalau tahu Sumedangnya? Ibu kamu juga yang bikin?”“Iya, Bu.”“Berarti, Ibu kamu berasal dari Sumedang ya?”“Tidak, Bu.
last updateLast Updated : 2023-09-30
Read more

Bab 186: Kaos Kuning

 SEMENTARA ITU..,“Kalau dua ratus ribu, saya tambah dengan foto saya? Kakak bisa memajang foto saya di kamar, hitung-hitung untuk anti nyamuk.”“Hahaha..!” Spontan si kakak pedagang sepatu tertawa.“Tidak bisa, Mas. Itu sudah harga pas. Sepatu bagus itu lho. Kawe premium. Bukan main-main. Kalau Abang menyandingkan sepatu itu dengan yang original, nyaris tidak ada bedanya. Persis sama.”         Hekal mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tersenyum sedikit getir. Dengan harga yang tiga ratus ribu, ia masih bisa membeli sepatu Anesuka yang sedang ia elus-elus ini.Akan tetapi, untuk pembelian sepatu sekarang, ia memang telah menganggarkan bujet yang hanya dua ratus ribu saja, supaya ia bisa menabung untuk membayar utangnya pada Anjeli.“Baiklah,” pikir Hekal kemudian.“Aku akan mengeluarkan jurus terakhir.”Apa jurus Hek
last updateLast Updated : 2023-10-01
Read more

Bab 187: Mau Pacar Dapatnya Panci – Part 1

 SEMENTARA ITU..,Aje menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba. Ia mundur lagi ke belakang, lalu putar badan ke arah kanan. Ia menatap aneka barang dagangan yang kini ada di depannya.Toko di mana ia berhenti sekarang ini, ternyata terdiri dari dua los yang digabung menjadi satu. Pantas saja terlihat lebih besar, dan lebih luas dari toko-toko di sebelahnya.Entah mengapa, mata Aje berfokus pada sebuah baby walker yang ada di salah satu rak pajangan. Baby walker itu tampak sangat menarik karena terdapat hiasan stiker berupa gambar Hello Kitty, yaitu tokoh kartun kesukaan Tiara.“Baby walker?” Batin Aje kemudian.“Untuk apa aku membeli baby walker?” Pikirnya pula.“Tiara sudah bisa berjalan kok aku belikan baby walker.”Aje mengangkat kedua bahunya. Ia batalkan niat yang tadi mau masuk ke dalam toko perlengkapan bayi itu.Sang duda ini teruskan langkahnya lagi di sebuah koridor bes
last updateLast Updated : 2023-10-02
Read more

Bab 188: Mau Pacar Dapatnya Panci – Part 2

 Tiba-tiba saja, Karin tercekat. Sungguh, sang Srikandi ini terkejut setengah mati, dan jantungnya seakan berhenti. Karena ternyata, orang yang ia hentikan itu adalah..,            “Astagfirullah, ternyata bukan Aje!”Beberapa saat ia beradu pandang dengan lelaki berjaket Ayo-Jek di depannya ini, seorang lelaki muda berperawakan sedang. Seketika saja Karin menjadi salah tingkah. Betapa malunya ia. Paras wajahnya sampai memerah. ******** Setelah Hekal membalikkan badan, segera saja ia melihat seorang wanita, yang baik secara jarak maupun arah, wanita itulah yang memanggil dirinya tadi.Wanita itu sendiri bersetelan kasual yang modis, berupa celana jins biru dan blouse warna coklat. Rambutnya lurus, pendek, hanya sepangkal leher, seperti kebanyakan Polwan atau pun wanita yang berdinas di militer.“Mbak.., memanggil saya?” Ta
last updateLast Updated : 2023-10-03
Read more

Bab 189: Laki-laki Berhati Panci

 BEBERAPA JAM KEMUDIAN..,           Ketika Olive sampai di rumahnya, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Ia memarkirkan mobilnya di carport, sedikit ke sisi kiri, supaya ketika nanti ayahnya pulang tidak terhalang oleh mobilnya itu.Olive keluar dari mobilnya dengan perasaan yang campur aduk. Antara kesal, dongkol, jengkel, benci, rindu, cinta.., pokoknya semua menjadi satu, yaitu; yupi. Terlebih lagi ketika sang Duta ini mengambil sebuah panci dari jok belakang mobilnya.“Panci, oh, panci..,” Olive menggerutu dalam hati.Brak..! Olive menutup pintu mobil. Baru dua langkah berjalan menuju rumah, ia kembali lagi menuju mobilnya dan mengulang menutup pintu belakang tadi, karena tak yakin yang pertama tadi sudah cukup kuat.Braaakk..! Olive membanting pintu dengan amat keras. Kemudian, karena perasaannya yang yupi, alias campur aduk tadi, ia membukai semua pi
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more

Bab 190: Oles di Tangan

 Tak lama kemudian, Hekal sudah menyelesaikan perbaikan pada saklar lampu, dan Bang Fahmi juga sudah menyuguhkan kopi di meja untuk Hekal.“Yang ini,” Hekal mengangkat cangkir kopi yang mau diseruputnya. “Masukkan ke buku kasbonku ya Bang.”“Tak usah,” sahut Bang Fahmi. “Anggap saja sebagai ongkos kamu memperbaiki saklar lampu tadi.”“Hehe, terima kasih, Bang.”Hekal menolah-noleh sebentar. Pandangannya mengedar ke area sekitar warung.“Tumben sepi, Bang.”“Tadi sih ada beberapa kawan pengojek yang nongkrong di sini. Tapi satu persatu mereka sudah pergi. Ada yang dapat orderan, ada juga yang langsung pulang.”Hekal mengangguk-angguk. Ia dan Bang Fahmi segera terlarut di dalam perbincangan yang begitu asyiknya. Seru sekali. Mula-mula, mereka membahas tentang minyak bensin yang harganya akan dinaikkan lagi oleh pemerintah.Selanjutnya
last updateLast Updated : 2023-10-05
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
31
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status