Home / Pernikahan / Membalas Perselingkuhan Suami / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Membalas Perselingkuhan Suami: Chapter 11 - Chapter 20

43 Chapters

Bab 11-Izin Menginap

Mas Adam segera mengambil handphonenya. Padahal aku belum sempat membaca kelanjutan isi dari notifikasi pesan WhatssAp tersebut.“Chat dari siapa, Mas?” tanyaku.“Dari temen aku, Dek.” Mas Adam menjawab tanpa menoleh ke arahku. Ia masih sibuk dengan gawainya. Sepertinya sedang membalas pesan itu.“Temen kamu check in hotel?” tanyaku lagi. Sebab, tadi aku tidak sengaja membaca ada nama hotel serta nomor kamarnya juga.Mas Adam mendadak tersedak makanan yang ia telan. Suamiku itu berulang kali terbatuk-batuk. Wajahnya tampak terkejut. Aku dengan segera menuangkan segelas air untuknya. “Ini mas minum dulu.” Aku memberikan segelas air kepada Mas Adam dan membantu untuk meminumkannya.Setelah meneguk setengah air di dalam gelas itu, Mas Adam mengucapkan, “Terimakasih, Dek.”Aku tersenyum. Mas Adam sedari dulu tidak pernah berubah. Ia selalu mengucapkan tiga kata ampuh yang bisa membuatku terkesima dan kagum terus padanya. Tiga kata itu adalah yang pertama kata tolong, yang selalu mas Adam
Read more

Bab 12-Mas Adam Marah

Pelakor's POVAku sangat kesal ketika membaca pesan dari Mas Adam. Dia tidak jadi datang menyusulku di hotel. Padahal aku sudah memesannya dan melakukan persiapan lainnya. Namun, hanya karena istrinya tiba-tiba pulang cepat. Itu penyebab kebatalannya."Aku nggak akan tinggal diam," kataku dalam hati. Aku sudah tidak tahan menjadi simpanannya."Aku harus bertemu sama Mas Adam malam ini juga. Nggak mau tahu." Aku mengirimkan pesan seperti itu kepada Mas Adam. Tidak lama setelah itu, ia membalas lagi. "Sayang, tolong mengerti aku. Ghinda baru pulang. Aku sudah cari alasan untuk pergi, tapi ada aja tingkah Ghinda yang mencegahku. Rencanaku untuk pergi selalu gagal.""Berarti Mas nggak berjuang untuk aku!" balasku lagi. Aku sangat kesal. Masa untuk keluar sebentar menemuiku saja Mas Adam tidak bisa. Pria itu tidak pintar mencari alasan yang tepat. Dia juga terlalu takut dengan istrinya. Padahal kan dia adalah seorang suami, yang harus memegang kendali atas semuanya.Aku melipatkan kedua ta
Read more

Bab 13-Isi Hati Tere

Pelakor's POVAku dengan santai mengunyah makanan. Mas Adam terus mengomel padaku. Sementara aku sama sekali tidak melirik ke arahnya. Lelaki itupun geram padaku. "Tere! Jawab!"Aku sontak berhenti mengunyah. Ku telan makananku dengan cepat dan langsung menoleh ke arah Mas Adam. Jika dia sudah memanggil namaku, maka kekesalannya itu memang benar-benar."Apa, Mas? Kok malah Mas Adam yang marah-marah sama aku? Harusnya kan aku! Aku udah nunggu kamu di hotel. Tapi, kamu nggak dateng, Mas! Kamu malah lebih milih istri kamu," ujarku berbisik tepat di telinganya.Mas Adam mengacak rambutnya sembarangan. Ia terlihat frustasi menghadapi situasi seperti ini. Tapi, mau bagaimana lagi. Ini memang kesalahannya. Dan aku tidak akan mengalah."Ya, tapi kenapa harus nginep di sini? Kamu mau ngaduin ke Ghinda tentang kita? Hah?" tanyanya lagi. Mukanya sebagian sudah memerah. Kepanikannya tergambar jelas.Aku melipatkan kedua tanganku di atas dada. "Jadi, kamu nggak suka kalau aku nginep di sini? Bukan
Read more

Bab 14-Bahas Lahan

Istri Sah POV"Mas, mau langsung tidur? Atau main dulu?" tawarku kepada suamiku sembari melepas piyama kimono yang ku kenakan. Aku mencoba menggodanya. Tapi, Mas Adam menggelengkan kepalanya. Ia menolak tawaranku. "Nggak, Dek. Mas capek. Mau tidur aja.""Hmm. Tumben," kataku kembali mengenakan piyama kimono yang tadi sudah ku lepas."Nggak tahu nih. Capek aja.""Memangnya Mas seharian ngapain aja tadi?" tanyaku. Aku kan memang tidak tahu persis apa yang tengah dilakukan suamiku ketika aku tidak berada di rumah. Yang ku tahu, tugas pokok mas Adam adalah menjaga anak-anak. Namun, sejak ada Babysitter baru, pasti tidak sepenuhnya Mas Anton menjaga Cleo dan Xabi."Mas ke perkebunan sawit kita. Ngeliat orang mupuk," jawabnya. Kami memang memiliki dua lahan sawit yang dihandle oleh Mas Adam. Meskipun itu atas namaku, sebab dua lahan tersebut adalah hasil jerih payahku sebelum aku menikah dengan Mas Adam. Namun, daripada suamiku tidak ada kerjaan, maka aku serahkan semuanya pada dirinya. Kar
Read more

Bab 15-Dipergoki?

Pelakor's POVAku mengunci pintu kamar dengan rapat. Sedangkan Mas Adam langsung berbaring di atas ranjang."Maksdunya lahan sawit tadi gimana, Mas?" tanyaku masih belum mengerti.Mas Adam memandangku dan mengedipkan satu matanya dengan genit ke arahku. Ia memberiku kode untuk berbaring juga di sebelahnya. Aku langsung mendekatinya.Mas Adam memelukku ketika aku sudah berada di sebelahnya. "Aku kangen banget sama kamu, Sayang." Ia mengatakan itu padaku sembari terus mengecup seluruh bagian wajahku dengan penuh nafsu."Mas ceritain dulu yang tentang lahan sawit tadi," kataku mengerucutkan bibir. Aku tidak suka jika seseorang mengatakan sesuatu padaku, tapi tidak selesai."Jangan setengah-setengah dong," imbuhku lagi.Mas Adam membenarkan posisi tidurnya menjadi miring ke arahku. "Ghinda akan memberikan dua lahan sawit itu padaku, Sayang. Itu bisa kita jadikan bekal kita untuk berumah tangga."Aku tersenyum sumringah. Akhirnya rencana yang telah jauh-jauh hari kami inginkan terwujud jug
Read more

Bab 16-Memanggil Addri

Istri Sah POVAku terbangun dari tidur karena kerongkonganku terasa kering. Seperti biasa, untung saja segelas air putih sudah tersedia di atas nakas. Jadi, aku segera duduk dan bangun untuk meneguk air itu.Setelah habis setengah gelas, mataku beralih ke sebelah. Tidak ada Mas Adam."Kemana Mas Adam?" tanyaku dalam hati."Mas? Mas?" sapaku ke arah kamar mandi. Karena aku pikir suamiku itu sedang berada di kamar mandi. Namun ku lihat pintu kamar mandi tidak tertutup. Aku segera menyibakkan selimut dan berdiri untuk melangkahkan kaki ke kamar mandi. Mencari keberadaan suamiku.Nihil. Tidak ada siapa-siapa di dalam kamar mandi.Aku memutuskan untuk mencarinya ke bawah. "Mungkin Mas Adam nonton tv di ruang keluarga. Atau lagi duduk termenung di ruang tamu. Maybe." Begitu pikirku. Maka, aku menurunkan satu persatu anak tangga sembari menekan saklar untuk menyalakan lampu."Mas?" Aku memanggilnya lagi. Tapi, setelah aku sampai di ruang tv dan juga ruang tamu, tidak ada siapapun di sana."H
Read more

Bab 17-Cleo Melihat Semuanya

Aku terdiam sejenak. Lebih tepatnya, aku memastikan apakah dia benar-benar memanggilku dengan sebutan Addri? Tapi, lelaki itu malah tersenyum. Wajahnya masih sama seperti dulu, tampak teduh dipandang. Membuat detak jantungku berdetak tak karuan. Tapi aku tersadar sesuatu, “Astaga, Ghinda! Ingat, kamu sudah bersuami. Mengagumi lelaki lain itu dosa!” Aku berusaha untuk mengingatkan diriku.“Kamu bener Addri?” tanyanya lagi memastikan. Kali ini aku tidak salah dengar, lelaki ini memang menyebutkan nama akhirku. Dengan gugup, aku menjawab, “I-iya. Saya Addri.”Aku benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Dia memang benar-benar Mas Ginan. Lelaki yang dari dulu mengejar cintaku, tapi aku tolak berulang kali dan lebih memilih Mas Adam. Padahal, seluruh keluargaku lebih setuju jika aku menikah dengannya. Namun, waktu itu aku sangat mencintai Mas Adam. Tidak peduli meskipun Mas Ginan terdengar lebih mapan dalam finansial. Itu lah cinta yang sifatnya buta.“Dunia sempit sekali ya. Fina
Read more

Bab 18-Laporan si Bungsu

Pelakor's POVSetelah mendengar suara teriakan Cleo memanggil Ayahnya, aku dan Mas Adam menghentikan perbuatan hina kami. Terlebih lagi ketika kami sama-sama menoleh ke sumber suara, Cleo berdiri di pintu dengan wajah polosnya. Sontak kami berdua saling menjauh.Aku dapat merasakan rasa kepanikan yang dirasakan Mas Adam juga."C-cleo? Ada apa, Nak?" Mas Adam dengan segera menghampiri Cleo. Ia langsung menggendong putera bungsunya itu. Namun, Cleo terdiam. Ia mungkin masih terkejut karena baru saja melihat Ayahnya memelukku."Cleo?" Mas Adam menyapanya lagi, karena tidak ada tanggapan dari Cleo. Sementara mata Cleo secara gantian menatapku dan Mas Adam."Cleo? Cleo dima-?" Kini suara Nira yang terdengar. Ujung kalimat yang ia ucapkan menggantung karena melihat kami dari luar yang berada di dalam kamar. Lagi-lagi bisa ku terka wajah Nira yang terkejut dan sudah menaruh curiga pada kami. Sebab, tadi malam saja ia sudah memergoki Mas Adam keluar dari kamarku. Dan kini ia harus menyaksikan
Read more

Bab 19- Laporan Nira

Aku mengerutkan kening, merasa bingung dengan apa yang dimaksud oleh Cleo. Mengapa anakku mengatakan hal seperti itu? “M-maksud Cleo apa ya?” Aku bertanya kepada si bungsuku itu.Mas Adam langsung bersuara. “Cleo, maksudnya gimana? Kapan Ayah kayak gitu?” Wajah Mas Adam tampak bingung juga. Ia memandang Cleo dengan intens. Alhasil, Cleo menangis mendadak. Ia menangis sangat kencang dan meminta Nira untuk menggendongnya. Babysitter baru itu pun dengan sigap langsung menggendong Cleo. Ia berdiri dan berusaha untuk mendiamkan tangisan Cleo.“Kenapa dia, Mas?” tanyaku pada Mas Adam sembari memandangnya dengan serius. Sebab, wajah Mas Adam tampak pucat. Entah sesuatu apa yang terjadi ketika aku tidak di rumah tadi.Mas Adam tampak gugup. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang aku tahu itu tidak gatal. Ia menggeleng berulang kali dan menaikkan kedua bahunya. “Mas nggak tahu, Dek. Entah kenapa Cleo ngomong begitu.”Aku beralih memandang si bungsuku yang tangisnya malah semakin kencang. Tidak bias
Read more

Bab 20-Sedang Berbohong

Nira mengangguk dengan yakin. Namun, ia agak takut ketika mendengar suaraku yang lumayan besar. Mungkin Nira takut jika Mas Anton mendengar percakapan kami."Kamu beneran?" tanyaku lagi untuk memastikan. Mungkin berulang kali aku mengucapkan kata yang sama. Berulang kali juga Nira menjawab hal itu-itu aja.Aku berusaha untuk mengontrol diri agar tidak langsung menandatangani Mas Adam. Aku masih ingin mencari bukti yang kuat, alias aku harus melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Meskipun pengakusn Cleo dan Nira sudah cukup jelas membuatku percaya."B-bu, saya takut. Soalnya Mbak Tere ngasih saya uang biar nggak cerita sama ibu," kata Nira menambahkan sebuah informasi yang baru aku tahu."Oh ya? Terus, uangnya kamu terima?" tanyaku. Nira mengangguk polos. Aku menjawab, "Bagus deh. Kamu mihak ke saya. Nanti saya kasih uang tambahan."Tidak masuk akal. Jika memang Mas Anton memasuki kamar yang ditempati Tere hanya untuk menolongnya dari kecoak, gadis itu tidak akan repot-repot mengelua
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status