Home / Romansa / Akibat Sumpah Sebelum Menikah / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Akibat Sumpah Sebelum Menikah: Chapter 111 - Chapter 120

140 Chapters

Berebut Kasih Sayang

"Udah!" Suci merentangkan sebelah tangan, tetapi Faqih tak mengindahkan. "Anduk sering ketinggalan, keluar kamar mandi basah-basahan.""Udah." Dari pelipis tangan Suci turun ke tulang hidung. "Cucian kotor ditumpuk atas sofa, handuk basah di atas kasur.""Faqih." Suara Suci masih terdengar lembut. "Bekas snack dilelepin di kolong kursi, TV nyala sampe pagi.""Cukup!"Faqih dan Fariz terlonjak. Lalu bergeming setelahnya. Suci beralih pada Fariz yang tertunduk dalam. "Aku tahu kamu nggak sampe sejorok itu, Mas. Jelasin sama aku apa alasannya kamu ajarin Faqih hal yang nggak baik?""Ng--""Upaya pemberontakan, Buk," sahut Faqih cepat. "Apa?" Suci beralih. "Ya, Bapak ngambek sama Ibuk, karena ditinggal," tambahnya. Fariz mengepalkan tangan, lalu bergumam. "Sial, comel banget, nih, Bocah!""Faqih pernah mergokin Bapak tidur pake salah satu daster Ibuk!""Heh!" Fariz melotot. "Mau telepon, tapi gengsi.""Qih.""Seminggu rasa setahun.""Faqih!""Kangen, tapi nggak mau bilang. Lemah!
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Beranjak Besar

"Faqih! Bekelnya ketinggalan, Le!" Suci lari tergopoh-gopoh dari dalam dapur mengejar anaknya yang sudah berjalan keluar. "Faqih sama anak-anak udah janjian makan di Mekdi, Bu," ucap anak laki-laki itu begitu sang ibu berdiri di hadapannya. Faqih mengusap tengkuk. Hati-hati ucapannya agak tak menyinggung Suci. "Loh?" Dahi Suci berkerut. Bingung sendiri. Dia mulai bertanya-tanya apa yang salah di sini. "Dahlah, Bu. Dia udah naik kelas sembilan sekarang, mana mau bawa bekal yang kotaknya gambar eron men." Fariz menimpali. Duduk di teras sembari membawa koran adalah kebiasaan bapak satu anak itu di akhir pekan. "Tapi, kan dulu dia suka banget karakter ini," sanggah Suci. Sorot matanya meredup. Ada haru sekaligus pilu, mengingat beberapa tahun lalu anak lelakinya ini selalu memilih masakannya dibanding jajan di tempat makan siap saji manapun, bahkan kantin sekolahnya. "Ya, itu, kan dulu. Waktu pipisnya belon lurus," timbal Fariz lagi, pandangannya masih fokus menatap koran, dengan ka
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

Reuni SMA

"Sa, udah selesai belum? Kita udah siap berangkat ke gereja." Kepala Sherly menyembul dari balik pintu ruangan bernuansa biru muda itu. Remaja cantik berambut Bob itu menoleh. Dia menutup box kado dalam pangkuan, lalu menutup laptop yang masih menyala, tanpa mematikannya. Gadis bernama lengkap Salsa Clarissa itu bergegas menyambar tasnya, dan berjalan keluar. "Aku sarapan dulu, ya! Bentar, kok. Laper soalnya." Sherly menghela napas menatap anak gadisnya. "Ya udah, kebetulan adek kamu juga baru selesai cuci muka. Cepetan, ya! Nggak enak sama jemaat yang lain, udah tiga minggu terakhir ini kita sering telat." "Siap. Nanti aku yang panggilin Beni, kalau nggak memungkinkan Papi sama Mami berangkat aja duluan. Nanti aku sama Beni nyusul naik motor.” "Nggak. Pokoknya apa pun situasinya. Kalau ibadah kita tetap berangkat barengan." Salsa terdiam sejenak. Lalu mengangguk kemudian. "Ya udah, deh." Sepeninggal putrinya. Sherly penasaran untuk masuk ke dalam kamar bernuansa biru muda i
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

Melanjutkan Study

Banyak perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Keadaan tak selalu sama seperti dulu. Bahkan untuk sesuatu yang mulanya dianggap tak akan pernah berlalu. Perasaan yang semu, kenangan pilu, hingga cinta masa lalu. Semua bisa berubah bila kita bersedia mencobanya. Tak ada yang mustahil. Jalan paling terjal sekali pun mampu dilewati selama kita percaya bahwa Tuhan itu ada untuk tiap Hamba yang mau berusaha. Tak ada yang menyangka. Rumah tangga yang dibangun dengan penuh pengorbanan dan air mata bisa bertahan sampai lebih dari lima belas tahun lamanya. Ketika dua insan dengan masa lalu yang terkait bersatu dalam ikatan halal sampai pada generasi berikutnya. Bermula dari Ikrar yang terjalin berdasarkan nazar, semoga cinta Fariz dan Suci bisa kekal sampai sang maut memisahkan. Di Puncak, Bogor. Rumah dua lantai dengan fasilitas kolam, taman, serta budidaya tanaman organik yang dibangun tepat di belakang rumah itu menyimpan banyak sekali histori selama lebih dari lima belas tahun ini.
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

Pamit

"Alapyu, Pak!" Mendengar itu sontak air muka Fariz berubah. Lamunannya terpecah. Refleks dia menoyor kepala putranya. "Ayhetyu!" balas Fariz sembari mengacungkan jari tengah. Melihat itu Faqih justru tertawa dibuatnya.Dia menatap tepat di manik pekat milik sang bapak. Dari tatapan itu Faqih tahu, dibalik pertengkaran yang sering terjadi karena berebut kasih sayang Suci, ada cinta tak kalah besar yang disembunyikan lelaki paruh baya ini. Beberapa saat kemudian Faqih beralih pada Suci, lalu mengecup pipi sang ibu. "Buat Faqih, Ibuk itu 1,3,4,5," cetus pemuda itu setelahnya. Suci mengernyitkan dahi. Sebelah alisnya terangkat naik. "Jadi, nggak ada duanya!" pungkas Faqih yang diiringi tawa Suci. "Oalah. Ada-ada aja kamu." Fariz mencebik, "gitu doang, bapak juga bisa." Tak mau kalah dengan putranya, Fariz mulai mempersiapkan gombalan mautnya. "Ci!" Fariz mengubah posisi menghadap Suci. Perempuan itu menunggu dan mempersiapkan diri. "Kamu tahu, kan harga hati itu 2,1 M?" Suci m
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

Adaptasi

"Ini pasti Faqih anak'e Fariz sama Suci?" Kyai Aziz menepuk bahu Faqih yang duduk tepat di samping Akmal. Pemuda dengan jaket jins tersebut awalnya mengusap tengkuk, lalu nyeletuk, "Emang kentara banget, ya, Pak? Padahal, kan kita belon kenalan." "Bang!" Akmal menyikut lengan sepupunya yang dirasa sedikit tidak sopan menanggapi ucapan Pak Kyai. Namun, tak seperti yang Akmal khawatirkan, lelaki pertengahan tujuh puluhan itu tersenyum simpul. "Soalnya kamu mirip banget sama bapakmu, Le," tutur Kyai Aziz menjelaskan. "Ah, Pak Yai bisa aja." Faqih mengibas tangan di udara. "Perasaan kalau ngaca saya ngerasa lebih mirip Zayn Malik." "Bang!" Akmal memperingati untuk yang kedua kalinya. "Paan, sih, lu?" Faqih mengempaskan tangan Akmal, sementara Kyai Aziz justru tertawa lepas. "Ternyata bukan cuma paras yang dia turunkan, tapi sifatnya juga," ujarnya di sela tawa. "Hehe. Maaf, ya, Pak Yai. Udah cetakannya begini. Mau digimanain lagi? Pahit manisnya tetep harus dinikmati. Semua pembe
last updateLast Updated : 2023-05-02
Read more

Cemas

Angin bertiup kencang. Ranting bergoyang mengibaskan daun kering di sekitar rumah dan kolam yang ditinggali sepasang suami istri yang baru saja ditinggal sang anak merantau untuk menuntut ilmu. Fariz yang semula lelap dibuai mimpi terbangun saat menyadari sang istri tak ada di sisi. Waktu sudah menunjukkan dini hari. Dia beruntung terbangun, karena bisa sekalian menunaikan solat sunnah tahajud. Sebelum berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudu, Fariz menyempatkan diri untuk mencari keberadaan sang istri. "Ci ... Suci!" Fariz keluar dari dalam kamar, mengitari semua ruang di dalam rumah bertingkat dua ini, sampai akhirnya menemukan Suci tengah meringkuk di sofa kecil dalam kamar putra mereka. Hela napas panjang terdengar, dia tahu tak mudah bagi Suci untuk melepas anaknya pergi secepat ini. Tiga tahun memang bukan waktu yang lama. Namun, untuk seseorang yang terbiasa tak akan mudah menghadapinya, mengingat Faqih memang sangat dekat dengan ibunya. Lelaki bersarung itu merend
last updateLast Updated : 2023-05-02
Read more

Guru Muda

Faqih dan Akmal berjalan beriringan menuju masjid, bersamaan dengan itu Aisha melintas bersama dengan ustadzah yang kemarin berpapasan dengan mereka. "Bang!" Akmal menyikut perut Faqih saat menyadari untuk kedua kalinya pemuda itu tak bisa mengalihkan pandangan dari makhluk indah ciptaan Tuhan yang baru saja melintas di hadapan. Selama lima belas tahun kehidupan dia baru merasakan perasaan demikian. Begitu banyak wanita cantik yang dia temui, sebagian besar dari mereka bahkan saling berinteraksi, tetapi tak satu pun dari mereka mampu menembus gumpalan darah yang bersembunyi di balik rongga dadanya. Namun, berbeda dengan perempuan yang bahkan tidak dia ketahui namanya. Tepat pada pandangan pertama, perasaannya dibuat gusar seketika oleh rasa yang selama ini tak pernah dia yakini nyata adanya. Bagaimana Faqih menertawakan teman-temannya yang berbondong-bondong bercerita tentang apa itu cinta. Sebenarnya Faqih masih belum yakin dengan perasaannya. Semalaman dia berusaha menepis rasa
last updateLast Updated : 2023-05-03
Read more

Izin

"Kasih aku waktu tiga tahun lagi. Habis itu aku janji bakal biarin dia nentuin hidupnya sendiri.""Jadi, kamu mau kita pindah ke Lumajang sampai Faqih lulus dari pesantren?" tanya Fariz heran. Suci menggeleng. "Cuma aku.""Cuma kamu?" Lelaki paruh baya itu mengulangi hanya untuk memastikan. "Ya. Karena aku tahu, di sini ada kegiatan yang nggak bisa kamu tinggal. Kamu bisa dateng sesekali. Cuma tiga tahun aja. Aku mohon, Mas ...." Suci mengiba. Dia genggam tangan sang suami berharap Fariz memberi izin. Lelaki gondrong itu berpikir lama. Kemudian menghela napas panjang sebelum memutuskan."Oke. Tapi, kamu mau ngapain di sana? Masa cuma ngintilin Si Faqih?"Suci terkekeh ringan. "Inget telepon dari Kyai Aziz seminggu lalu?"Fariz mengangguk."Dia minta aku ngisi posisi kosong ketua asrama putri sama guru fiqih."Mendengar itu sontak mata Fariz membulat. "Loh, katanya dia cuma tanya kabar.""Maaf, aku belum bilang karena masih mempertimbangkan." Suci terlihat menyesal karena tak juj
last updateLast Updated : 2023-05-06
Read more

Santri Baru

Seminggu kemudian ....Santri kelas 10 A baru saja keluar dari kelas bersamaan dengan santriwati seangkatan sama dari gedung sekolah di seberangnya. Meskipun terbentang sejauh dua puluh meter, mata Faqih masih cukup awas untuk mengenali sosok yang cukup tinggi di antara tubuh mungil rata-rata santriwati. "Bentar, Mal!" Faqih menahan tangan Akmal yang hendak berlalu menuju asrama putra. "Gue nggak salah liat, kan?""Salah liat apa? Setan?" tanggap Akmal spontan. "Is, bukan! Lu liat noh cewek baru dongker!"Akmal memicingkan mata. "Oh, yang paling tua?"Faqih menajamkan mata. "Nggak usah diperjelas juga.""Bentar! Bukannya itu Tante Suci?""Kan, kan. Apa gue bilang. Busyet ... ngapain ibuk di mari?""Mampir doang kali. Eh, eh. Bukannya itu Salsa!"Mata Faqih membulat sempurna. "Ah, yang bener, lu?""Iya, Bang. Itu Salsa sama Tante Suci!"***"Bisa biasa aja nggak mukanya? Masa ngeliat ibu kayak ngeliat setan," cibir Suci saat mendapati bibir mengerucut Faqih tepat saat mereka berpa
last updateLast Updated : 2023-05-06
Read more
PREV
1
...
91011121314
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status