Semua Bab Akibat Sumpah Sebelum Menikah: Bab 101 - Bab 110

140 Bab

Beruang Bucin

"Jadi, sekarang ceritanya kita reuni, nih?" Husein kembali membuka percakapan yang sempat terjeda acara makan. Di ruang tamu hanya tersisa dirinya, Fariz, dan Ali. "Elu aja kali. Gue mah udah eneg liat muka Si Ali," cetus Fariz sembari menyambar tusuk gigi. "Hahaha ... nggak nyangka, ya. Padahal dulu ente pernah nebak kalau jodohnya Si Ali nggak bakal jauh dari anak Sultan pemuja mantu idaman, biar nantinya bisa dibangga-banggakan. Terus ana pernah minta ente bayangin gimana kalau seandainya suatu saat nanti kalian beneran iparan. Padahal ente udah bilang imit-imit waktu itu. Eh, nggak tahunya malah keturutan." Tawa Husein meledak. Dia terbahak-bahak sembari memukuli paha Fariz yang terlihat begitu kesal. "Nggak usah dibahas. Gue masih ngenes kalau inget itu." Fariz melirik Ali yang hanya bisa tersenyum kecil menanggapi. "Sama halnya dengan takdir dan maut. Jodoh emang misteri illahi. Ana juga nggak pernah nyangka ente akhirnya bisa dapetin Suci." Tawa Husein mereda, dia tersenyum
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-24
Baca selengkapnya

Waktu Bersama

Suasana di Lumajang tak pernah terasa seramai sekarang, tak setenang tahun-tahun belakangan. Rumah yang hanya dihuni tak lebih dari tiga orang tanpa kerabat itu selalu terlihat sama setiap harinya. Hampir dua puluh sembilan tahun tinggal, Suci mulai merasakan perbedaan yang sangat signifikan, saat keluarga dan teman dekat sang suami datang. Keheningan dan ketenangan yang selalu menjadi hal yang membosankan, tak lagi terasa ketika dua keluarga disatukan dalam sebuah ikrar pernikahan. Kehangatan yang dulu samar dirasakan, kini mulai nyata adanya. Bukan hanya dia yang merasakan, tetapi orang-orang di sekelilingnya juga. Betapa seorang Fariz Darmawan berhasil membawa perubahan yang sangat besar dalam hidup Suci Puspitasari. Sepekan hampir berlalu sejak kedatangan rombongan keluarga Fariz dari Jakarta. Berawal dari niat untuk meluruskan kesalahpahaman, ujungnya justru semakin mempererat silaturahmi antar keluarga besan, dengan menghabiskan waktu dalam berbagai kesempatan kebersamaan yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-25
Baca selengkapnya

Saling Memaafkan

"Mas, Ci! Bisa kita ngobrol sebentar?!" Panggilan Ali menginterupsi Fariz dan Suci yang baru saja hendak bergabung dengan yang lain setibanya di lokasi. Di sebelahnya terlihat Farah mengangguk, tanda menyetujui.Pasangan suami istri itu berpandangan. Kemudian mengangguk bersamaan. Mereka berempat pun masuk ke dalam masjid dan memutuskan untuk mengobrol di dalam. Setibanya di dalam. Fariz berhadapan dengan Ali, sementara Suci dengan Farah. Keduanya sempat saling melempar pandang sebelum memulai percakapan. "Karena Suci memutuskan untuk melahirkan di Lumajang, dan hari ini kita semua pulang. Saya hanya ingin meluruskan apa yang sempat terjadi, agar tak ada lagi kesalahanpahaman di antara kita." Ali sempat menghela napas panjang, sebelum melanjutkan. "Dengan tulus saya minta maaf pada kalian berdua atas semua yang pernah terjadi. Mau itu disengaja atau pun tidak. Berbulan-bulan ini saya banyak merenung dan interopeksi. Sadar bahwa ilmu yang saya miliki lebih mudah diterapkan pada orang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-25
Baca selengkapnya

Menyerahkan Diri

Saat keempat orang itu kembali, Bobby dan Sherly sudah menunggu di depan halaman. Keduanya terlihat sudah bersiap untuk pergi. "Ada apa?" tanya Fariz langsung ke inti. "Didip sama Febri, Riz!" cetus Sherly."Hah, gimana? Ngapain mereka nyusulin ke mari?""Bukan ke mari, tapi ke kantor polisi," sahut Bobby. "Siapa yang laporin?""Aku," timpal Suci. Semua orang menatap ke arah yang sama. "Tepatnya mereka datang memenuhi panggilan sebagai saksi," ujar Suci. "Tapi, kasus Fariz seharusnya diusut di Jakarta, kan? Bukan Surabaya?" Sherly kembali menimpali. "Bukan cuma kasus Mas Fariz, tapi kasus Ferry yang kembali dibuka setelah tujuh tahun lamanya. Aku udah minta pihak kepolisian sektor Jakarta dan Surabaya kerja sama, karena kedua kasus ini berkaitan.""Bukannya percuma kalau cuma melibatkan saksi, tapi tersangka utamanya masih buron di luar sana," tambah Bobby. "Aku kenal Bang Didip, begitu juga Lola. Kalau mereka datang sama-sama udah pasti Lola akhirnya nyerahin diri!"***"Tern
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-25
Baca selengkapnya

Kabar Mengejutkan

"Kenapa kamu lebih milih ngelahirin di Lumajang?" Fariz menumpukkan dagunya di salah satu bahu Suci. Tak terasa hari ini bertepatan dengan tujuh bulan usia kandungan Suci dan akan dilaksanakannya syukuran. Keluarga dari Jakarta baru datang esok hari, karena satu dan lain hal yang tak bisa ditinggal. Suci tertegun menatap wajan di mana beberapa potong tahu dan tempe tengah digoreng hingga berwarna kekuningan. Sejak Suci memutuskan untuk menghabiskan waktu kehamilan di tanah kelahiran, mereka menempati salah satu rumah kontrakan Pak Ahmad. Ini adalah bulan ketiga mereka tinggal. Kesibukan Fariz di desa istrinya pun tak lepas dari berkebun, mengolah tanaman, sesekali main ke bengkel salah satu kenalan di daerah yang sama. Sementara doorsmeer dan Toko Onderdil Fariz percayakan sepenuhnya pada teman-temannya. Setiap bulan dia hanya menerima laporan serta transferan. Persidangan tentang kasus Fitnah dan Ferry yang melibatkan Lola masih berjalan sampai sekarang. Pihak berwenang masih belu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-26
Baca selengkapnya

Mempertaruhkan Nyawa

Tunggang-langgang langkah Fariz saat berjalan dari parkiran menuju rumah sakit di mana sang istri dirawat. Bidan terdekat yang saat itu menangani Suci dari mulai awal kehamilan sampai mengabarkan bahwa tumor jinak yang sudah diangkat kembali berkembang dalam rahim seiring perkembangan janin, langsung membuat surat rujukan saat mengetahui proses melahirkan tak bisa dilakukan secara normal, dengan nyawa yang dipertaruhkan.Seketika dunia di sekelilingnya berhenti berjalan. Harapan yang berkian tahun dia gantungkan nyaris karam ditelan ombak kenyataan. Fariz nyaris tak percaya di tengah semua cobaan yang ada, dia kembali dihadapkan dengan ujian yang sebenar-benarnya. Ketika kehidupan dan kematian hanya terhalang sehelai benang tipis yang membentang. Tentu tak berlebihan bila dia mengatakan bahwa Suci segalanya baginya. Butuh waktu lebih dari lima belas tahun agar perempuan itu ada dalam genggamannya. Namun, hanya kurang dari setahun Allah mampu membawanya. Dia tak yakin apakah sanggup
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-27
Baca selengkapnya

Bapak Mandiri

Lima tahun kemudian ...."Pak! Pak! Bapak!"Di atas ranjang king size itu Fariz menggeliat, matanya terbuka perlahan mencoba menyesuaikan cahaya yang ada, saat tubuhnya diguncang pelan oleh seseorang."Jam berapa ini?" Suaranya terdengar parau saat mencoba meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. "Setengah tujuh, Bapak!" pekik bocah yang ini tepat berusia lima tahun itu sembari menepis tangan Fariz yang meraba-raba ranjang, hingga ke sisi meja. "Astagfirullah." Barulah saat itu dia terlonjak bangun. "Celana bapak mana? Sarung mana?"Bocah yang hampir mewarisi seluruh paras dan sifat Fariz itu memutar bola mata, kemudian menunjuk bagian bawah ranjang orang tuanya."Kenapa, sih tiap tidur Bapak nggak pernah pake celana?" tanyanya polos. "Biar gampang. Nanti udah gede lu juga ngerti, Qih!"Bocah tampan bernama lengkap Faqih Malik Dermawan itu memutar bola mata saat melihat bapaknya yang hanya mengenakan celana dalam, meraih sarung dan melingkarkannya dengan asal. "Udah, sekara
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-28
Baca selengkapnya

Kejutan

"Pak!" Panggilan Faqih menarik Fariz dari lamunan. Lelaki itu tersenyum, lalu mengusap kepala Faqih."Tapi, akhirnya Allah berkehendak lain. Nggak ada vonis dokter yang mampu menandingi kuasa-Nya. Mungkin bapak emang nggak pernah menunjukkannya langsung di hadapan kamu. Tapi, kamu harus percaya kalau kasih sayang bapak sama kamu sama besarnya dengan ibu, walaupun kamu seringkali bikin bapak cemburu."Bibir mungil itu masih bergetar, walaupun Fariz sudah meyakinkan bahwa kehadirannya tak pernah dia sesali setelah apa yang terjadi. "Jadi, bapak nggak benci sama Faqih?"Fariz terkekeh. "Nggaklah. Ngapain benci?""Walaupun gara-gara Faqih ibuk nggak bisa hamil lagi?"Fariz tersenyum. Dia mengulurkan tangan, lalu mengacak rambut putranya. "Kamu sama ibumu aja udah lebih dari cukup."Bocah itu tersenyum, lalu memeluk erat bapaknya. "Dah, ah. Sekarang bapak mau masak telor, kamu cuci piring, ya!"Faqih mengangguk mantap. "Pak!""Ya?" Fariz menoleh, sebelum beranjak ke dapur. "Cucian y
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-28
Baca selengkapnya

Kado Istimewa

"Bapak bawa motornya pelan banget, katanya mantan pembalap. Lebih enak juga dianter ibuk.""Ye nih anak. Lambat asal selamat, daripada cepet nyampenya ke akherat.""Ya udah masuk SD nanti Faqih minta motor, biar bisa berangkat sendiri.""Astagfirullah, Tong. Kagak sekalian aja lu minta helikopter? Emak nggak ada lu makin ngelunjak, yak!""Tauk, ah. Ibuk kapan pulang, sih? Bi Narti juga pake pulang kampung segala. Udah tiga hari makan sama telor mulu, kalau Faqih bisulan Bapak yang salah, ya!""Ebusyet, nih anak. Pan saban hari bapak udah nawarin makan di luar, lu-nya aja yang nggak mau.""Bapak, makan di luar itu nggak sehat. Kita nggak tahu apa yang orang olah buat jadi masakan. Enakan juga masakan ibuk yang langsung diolah dari kebun sendiri. Makanya Faqih lebih suka bekal daripada jajan.""Dih, makin lama lu makin mirip emak, ya, Qih! Perasaan bapak saban hari makan sembarangan, sehat-sehat aja, tuh.""Tapi, pikunan, kan?""Astagfirullah, nih anak.""Belum aja Faqih bilang ke ibuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-29
Baca selengkapnya

Canggung

Sarapan pagi ini tak terasa seperti pagi-pagi sebelumnya. Terjadi keheningan yang mencekam dan rasa canggung berlebihan setelah Fariz dan Suci menyadari bahwa di rumah ini bukan hanya ada mereka dan Faqih yang lelap di kamar, melainkan dua mertua yang juga menginap semalam. Pasangan suami istri itu saling sikut, kemudian beradu pandang ketika tak satu pun dari keempatnya memulai percakapan."Sepi banget kayak di kuburan," celetuk Faqih akhirnya, sembari memasukan suapan pertama nasi goreng buatan neneknya. "Heh, makan, kan emang nggak boleh sambil berisik," sahut Fariz."Biasa juga Bapak bawel minta ini-itu. Tumben hari diem-dieman. Lagi musuhan?""Faqih!" Suci mengingatkan, seraya melempar tatapan tajam. Namun, bocah lima tahun itu tak mengindahkan dan malah beralih pada kakek dan neneknya yang duduk tepat di hadapan. "Nenek sama kakek nyenyak, kan tidur semalem?"Pak Jamal dan Bu Nurul berpandangan. "Se-sebenernya--uhuk!" Buru-buru Bu Nurul menyikut perut suaminya yang nyaris k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-31
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status