Home / Romansa / Akibat Sumpah Sebelum Menikah / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Akibat Sumpah Sebelum Menikah: Chapter 121 - Chapter 130

140 Chapters

Ditinggal Istri

"Dari polosan sampe bangkotan, lu masih aje jadi beban," gerutu Bobby sembari mengeroki punggung Fariz yang lembur semalaman. "Gue udah berasa selingkuhan yang jadi pelarian saat bini lu sibuk sama kerjaan.""Katanya temen seperjuangan, tapi masih aja perhitungan!" balas Fariz tak mau kalah. "Masih mending gue datang saat dibutuhkan, daripada datang pas lo udah di pemakaman?! Kalau lo masih dibutuhkan berarti gue beneran sayang," dalihnya kemudian."Bisa bae ngelesnya," sungut Bobby sembari meletakkan koin yang semua digunakan di atas piring kecil berisi body lotion. Setelahnya lelaki seumuran Fariz itu mulai memberi pijatan ringan di bahu dan punggung sahabat karibnya. "Jadi, di sana Suci ngajar?" tanya Bobby mengalihkan pembicaraan, sementara Fariz beberapa kali bersendawa efek pijatan. "Iya. Sekaligus gantiin Umi Sarah jadi penanggung jawab asrama putri.""Beuh, sibuk banget dia pasti.""Yoi. Laki sampe lupa diperhatiin. Masih mending selama dua minggu ini dia nelepon sesekali. Ka
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

Menyusul

"Dagingnya nggak usah, Mbak. Banyakin sayur aja!" Faqih menyodorkan piringnya ke hadapan Ainun sembari memasang senyum terbaiknya. Perempuan itu membalas senyuman, lalu memutus kontak mata mereka. Dia menurunkan daging ayam yang semula sudah disodorkan, lalu menggantikan dengan dua sendok sayuran. "Minta airnya dikit, ya!" tambah Faqih masih dengan senyum yang belum sirna. Ainun mengangguk, lalu menuruti permintaan Faqih selanjutnya."Bakwan jagungnya nggak usah. Banyakin sambel a--""Bisa dipercepat nggak, sih, Bang?" sungut Salsa yang sedari tadi memerhatikan keduanya. "Ini bukan warteg yang bisa rikues seenaknya. Yang ngartri masih banyak.""Iye, iye. Pelayanan tidak ramah, bintang satu!" cibir Faqih sebelum menggeser tubuhnya dan berlalu. Salsa mengedikkan bahu, di balik wajah ketus itu jelas tersembunyi perasaan sesak yang menggebu. "Faqih!" Baru saja mendaratkan bokong di atas bangku samping Akmal, Doni berjalan menghampiri. "Iya, Mas?""Habis makan bisa anter ke luar?"Fa
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

Serupa tapi Tak Sama

"Udah lebih dari dua minggu, kamu yakin Fariz nggak keberatan dengan kepergianmu, Nduk?" Di atas ranjang berselimut tebal, Pak Ahmad terbaring lemah tak berdaya. Sudah lebih dari dua minggu dia tidak bisa berjalan dan menghabiskan seluruh waktunya di pembaringan. Sejak Pak Ahmad sakit Bu Sulis kewalahan sebab banyak pekerjaan terbengkalai. Sawah yang sebentar lagi harus dipanen, toko yang sudah lama tak beroperasi seperti biasa, serta tanggung jawab di masjid dan pesantren yang mulai terabaikan. Kalau bukan Kyai Aziz yang mengabarkan, mungkin Suci tak akan tahu. Karena bapak dan ibunya adalah tipe orang yang tidak bisa merepotkan orang lain, bahkan anak kandungnya sendiri. Hal tersebutlah yang membuat Suci terkadang geram dengan sikap sungkan yang sering kali ditunjukkan orang tuanya. "Udah Suci bilang berkali-kali Mas Fariz nggak akan keberatan, Pak. Pokoknya Bapak nggak usah banyak pikiran. Fokus aja sama kesehatan." Suci mempererat genggaman tangannya."Kalau kamu yakin Fariz ng
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

Sebelas Duabelas

"Mal!"Suara ketukan dan panggilan terdengar dari luar saat Akmal tengah bersila mengaji Qur'an. Bergegas remaja bertubuh kurus kecil itu menutup kembali kitab suci di pangkuan, sebelum berjalan untuk membuka pintu. Terlihat Hafiz sudah berdiri di hadapan masih dengan sarung dan kokonya. "Ya, Kak?""Faqih ke mana?" tanya kakak kandung Akmal itu sembari celingukan ke dalam, tapi tak kunjung menemukan keberadaan sepupunya tersebut. "Masih belum balik dari apotek, Kak.""Serius? Dari tadi siang?" Hafiz memastikan.Akmal mengangguk pelan. "Ya udah, biar kita aja yang kasih tahu Tante Suci ke rumah Kakek Ahmad.""Ngasih tahu apa?" tanya Akmal keheranan. "Tadi kakak habis teleponan sama abi, katanya Om Fariz sama Om Bobby lagi dalam perjalanan ke Lumajang.""Loh, bukannya Tante Suci baru aja pamitan mau pulang? Dia ambil penerbangan malam, kan?" Akmal menggaruk rambut yang tak gatal. Karena baru beberapa waktu lalu dia dapati tantenya itu keluar dari ruangan Kyai Aziz, kemudian pamit p
last updateLast Updated : 2023-05-12
Read more

Gara-Gara Dalaman

"Maaf, ya, Mas. Aku nggak terus terang dari awal. Harusnya aku bilang kalau tujuan utama pulang itu buat rawat bapak." Suci terlihat menyesal. Di ruang keluarga dalam rumah orang tuanya, dia hanya bisa tertunduk dalam menghadap suaminya. "Nggak apa-apa, Ci. Aku ngerti. Lagian tadi di jalan Faqih udah jelasin semuanya." Fariz tersenyum hangat sembari menggenggam tangan sang istri.Bobby yang duduk tepat di sebelahnya, hanya bisa tersenyum penuh arti karena tahu betul kebenaran yang terjadi."Gimana kabar keluarga di Jakarta, Nak Bobby?" tanya Bu Sulis yang langsung mengambil alih perhatian Bobby. "Puji Tuhan. Baik, Bu." Bobby tersenyum simpul, seraya memutar tubuh meghadap ibu kandung Suci tersebut."Udah lama banget, ya. Terakhir kali kamu ke sini Salsa sama Faqih masih kecil banget.""Iya, Bu. Banyak hal yang berubah, tapi suasananya masih tetep sama. Nyaman.""Jujur ibu kaget waktu denger kabar tentang Salsa. Masih nggak nyangka remaja sepertinya bisa ambil keputusan yang besar. A
last updateLast Updated : 2023-05-12
Read more

Risiko dari Sebuah Pilihan

"Lu jadi pulang hari ini, kan?" tanya Fariz saat dia dan Bobby tengah ngopi di teras depan rumah mertua."Jadi. Lagian udah banyak pekerjaan yang terbengkalai sejak tiga hari gue tinggal. Yang penting setelah ketemu Salsa, sedikit beban gue mulai berkurang." Sesekali Bobby menyeruput kopi hitam dalam cangkir di genggaman tangan. Tatapan lurus itu seolah menandakan, meski raganya berada di hadapan Fariz, tapi pikirannya jauh melayang."Kalau gitu, habis ini kita pamitan ke bapak sama ibu, baru ke pondok samperin anak-anak," usul Fariz.Bobby mengangguk sebagai jawaban, sebelum balik bertanya. "Rencananya lo mau ambil cuti sampe kapan?""Belum tahu. Kayaknya sampe bapak sembuh. Kasian Suci kalau diminta urusin sendiri. Apalagi bapak punya ruko sama sawah yang nggak bisa dibiarin gitu aja." "Ya udah kalau gitu santuy aja. Kerjaan di Jakarta biar gue yang handle. Lagian masih ada Tebe sama yang lain."Fariz menepuk bahu Bobby, lalu merangkulnya. "Tengkyu, Bro. Lu emang sohib yang selalu
last updateLast Updated : 2023-05-14
Read more

Hukuman

Tiba di asrama putra Fariz dan Bobby mendapati sang putra tak ada di lokasi. Keduanya pun melihat Akmal yang kebetulan tengah bolak-balik membersihkan halaman asrama."Mal, Faqih di mana?" tanya Fariz kemudian."Bang Faqih lagi jaitin jemuran, Om!" jawab Akmal."Ngapain jemuran dijait, kek nggak ada yang laen aja?""Maksudnya diangkatin, Jamal!" sahut Bobby sembari mencubit perut Fariz yang berdiri tepat di sebelahnya."Oh. Ya udah mending kita samperin. Daripada ujannya tambah gede, terus lu telat sampe," usulnya.Bobby hanya mengangguk sebagai jawaban."Ke sono, kan, Mal?" tanya Fariz sembari menunjuk jalan gedung belakang asrama."Iya, Om.""Ngokeh."Keduanya pun langsung berlalu menuju gedung belakang asrama tempat di mana sumur, kamar mandi, dan tempat menjemur berada."Riz, biasanya kalau anak yang baru masuk pondok, ada masa pelatihan memperdalam agama, kan?" tanya Bobby di tengah perjalanan. Fariz mengangguk. "Ya, kurang lebih setahun sebelum kegiatan sekolah umum. Jadi, kal
last updateLast Updated : 2023-05-14
Read more

Gosip Menyebar

"Udah pada denger belum? Di asrama putra katanya ada yang berantem."Salsa yang baru saja kembali ke kamar, setelah mengantar kepergian papanya sontak berhenti di ambang pintu saat mendengar beberapa teman se-block asramanya tengah berkerumun di koridor."Berantem. Serius?" Beberapa yang menyaksikan mulai menanggapi."Berantem kenapa emangnya?" timpal yang lainnya."Katanya, sih rebutan celana dalem," tutur Si pemulai topik."Astagfirullah." Serempak istigfar mereka ucapkan, padahal sebelumnya sudah memulai perghibahan.Salsa memejamkan mata, lalu bergumam setelahnya. "Sempak aja direbutin, kek nggak ada barang yang lebih keren aja. Sendal jepit, misal." Akhirnya gadis itu mengedikkan bahu dan hendak berlalu."Katanya mereka rebutan karena di celana dalemnya ada inisial nama.""Nama?" Langkah Salsa kembali terhenti, dia melongokkan kepala keluar kamar saat rasa penasaran berhasil mengambil alih kendali dirinya."Inisial namanya Fariz!""Hah?" Suara Salsa tercekat di tenggorokan begitu
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

Salah Sasaran

"Mas." "Hmm." Suci duduk di samping Fariz setelah meletakkan cangkir berisi kopi hitam di meja hadapan suaminya yang tengah sibuk berkutat dengan laptop."Apa kamu nggak terlalu keras sama anak kita?" Dia mengalihkan tangan yang semula tertaut di atas paha, hingga beralih ke pundak suaminya.Fariz menoleh, lalu mengerutkan kening. Kaca mata bacanya melorot sampai ke cuping hidung, hingga dia menatap sang istri sembari mendongakkan kepala."Nggak. Justru aku terlalu lembek sama dia," tegasnya.Suci menghela napas."Ini belum seberapa dibanding didikan papa ke aku dulu.""Terus kamu mau nerapin pola yang sama?" Fariz terdiam."Pola asuh yang salah itu kadang malah bikin kita gagal jadi orang tua.""Aku hukum Faqih dengan sita semua sempaknya bukan berarti aku mau mempermalukan dia, tapi tujuannya buat mendisiplinkan dia. Biar suatu saat dia lebih hati-hati dalam memutuskan sesuatu. Karena segala tindakan pasti ada konsekuensinya."Untuk kedua kalinya Suci menghela napas panjang. "Ma
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

Pindah

"Bang, kok belum siap-siap? Hari ini ada pelajaran olahraga, kan?" Akmal heran saat melihat Faqih masih santai dengan setelan semalam di atas dipan."Bilangin gue izin, nggak enak badan," jawabnya enteng sembari mencoret-coret kertas tak jelas bentukan."Nggak enak badan, atau malu karena nggak pake daleman?" celetuk Furqon yang kebetulan masih ada di ruangan. Bersiap mengikuti kegiatan untuk santri yang mengenyam pendidikan di pesantren.Faqih mengangkat kepala. Menatap Furqon dengan tatapan tak biasa. "Diem lu, ye, Mpur! Gue dihukum juga gara-gara elu!""Kok gue? Bukannya salah lo sendiri yang nulis nama bokap di karet sempak?" Furqon tak mau kalah untuk membela diri."Sekali lagi lo bahas itu, gue gampar!" Faqih beranjak dari ranjang, lalu melayangkan tangan."Sabar, Bang. Sabar!" Akmal menengahi. Dia menahan dada Faqih yang bersiap menghadang."Udah tahu salah, malah nggak terima kenyataan," cibir Furqon sembari berlalu dengan santai."Apa masalah lu, Mpur! Lagian ini urusan gue s
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more
PREV
1
...
91011121314
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status