Dia melakukannya, dan aku lemah. Febri memang sangat tampan, tidak berbeda dari suamiku. Pertama kali, dia memandangku tanpa berkedip saat Mas Farus memperkenalkan diriku di kampus. Tanpa sungkan, dia memperlihatkan jika dia memang memiliki perasaan denganku. Tapi, aku selalu tidak menghiraukan itu.Bibir ini masih saling bersentuhan. Aku ... apakah salah? Menerima ciuman adik iparku?“Febri, hentikan.” Aku mendorong tubuhnya, lalu membalikkan tubuhku. Dia menarikku kembali dengan sangat kuat. Tentu saja aku tidak bisa meronta. Tubuhnya terlalu kuat. “Ini salah, Febri,” lanjutku masih menampis tangan kekarnya yang akan memelukku.“Mbak, kau tidak bisa seperti ini. Kau berhak bahagia. Mendapatkan kehidupan lebih baik. Bukan malah bertahan dengan ini semua. Mbak, kau masuk ke dalam neraka.” Febri masih saja menahanku. Aku berusaha menghindarinya.“Antar aku pulang,” ucapku lalu berjalan meninggalkan dia yang sangat kesal denganku. Febri berdiri sambil memegang kepalanya, hanya memandang
Terakhir Diperbarui : 2023-03-24 Baca selengkapnya