All Chapters of Sikap Suami Yang Berbeda Padaku: Chapter 41 - Chapter 50

100 Chapters

Bab 41 Sidang Pertama

Karena Bunga tidak hadir dalam persidangan pertama mereka, akhirnya mediasi yang sudah di jadwalkan oleh pihak pengadilan batal. Selain itu, Ragil juga baru tahu jika Bunga dan Satrio sudah mengantongi sejumlah bukti yang di bawa oleh pengacara Bunga. Mulai dari foto dan video penganiayaan yang di lakukan oleh Ragil pada Bunga, beberapa dokumen yang merupakan hasil visum Bunga dan bukti perselingkuhan di antara Ragil dan Arum. “Semua itu bohong Yang Mulia.” Ragil menggebrak meja karena panik semua keburukannya sudah terbongkar. “Saudara tergugat tolong tenang.” Kata Hakim yang memimpin jalannya sidang. Dari persidangan ini juga Ragil baru tahu jika setiap sudut rumahnya sudah di pasang kamera CCTV. Karena itulah Bunga dapat dengan mudah memberikan bukti ke pengadilan tentang alasannya menggugat cerai Ragil. Dari kamera CCTV yang di pasang oleh Satrio, Bunga juga dapat mengetahui letak berkas yang di simpan oleh Ragil. “Sial.” Gumam Ragil kesal. Persidangan akan di lanjutkan dua m
Read more

Bab 42 Pengintaian

Keesokan harinya, Ragil kembali pergi ke gedung dimana kantor pengacara Pak Hendra berada. Gedung dengan empat tingkat itu tidak hanya di sewa oleh kantor pengacara di lantai dua, ada juga restoran di lantai satu, kantor akuntan di lantai tiga dan bimbingan belajar di lantai empat. Jadi, hari itu Ragil bisa berdiam diri di restoran sambil mengawasi orang-orang yang masuk ke dalam lift atau menaiki anak tangga. Karena akses tangga dan lift juga berada di dalam area restoran itu. Jarum jam baru menunjukkan pukul delapan pagi saat mobil yang di tumpangi Ragil berhenti di tempat parkir gedung. “Berapa pak?” Tanya Ragil pada sopir taksi online. Pria paruh baya itu menyebutkan biayanya lalu di bayar oleh Ragil. Pria itu memang memutuskan untuk naik taksi online agar jika Satrio atau Bunga datang ke kantor pengacara, tidak melihat keberadaan mobilnya di tempat parkir. Ia sudah turun dari mobil taksi lalu berjalan masuk ke dalam restoran. Ragil lalu memesan menu nasi dan ayam geprek di tamb
Read more

Bab 43 Ketahuan

Ragil benar-benar melakukan rencananya pada malam hari. Setelah ia mengintai rumah Bu Rati dan memastikan jika Satrio sudah pulang ke rumah. Motor yang ia kendarai melaju menuju pinggiran kota. Dimana rumah Satrio berada. Mudah saja bagi Ragil untuk menyelinap ke dalam pagar. Bangunan pagar itu tidak terlalu tinggi. Bagian ujungnya juga tidak runcing. Ragil sudah memastikan hal itu saat mengamati pagar rumah Satrio dari depan toko swalayan. Ia memarkirkan motornya di depan toko swalayan. Setelah itu, Ragil menyebrangi jalan dan langsung memanjat pagar rumah. Berharap tidak ada yang melihat aksi nekatnya kali ini. Kakinya meloncat ke tanah. Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, Ragil berjalan mengitari halaman samping rumah yang juga sudah di tembok tinggi. Di halaman paling belakang, pria itu tidak bisa untuk tidak terpesona melihat bentuk bangunan rumah Satrio yang sangat aestetik. “Pantas saja rumah ini di kelilingi oleh pagar. Tapi, untunglah aku masih bisa masuk.” Pandangannya meng
Read more

Bab 44 Pulang

POV Bunga Sudah tiga hari ini aku dan Mawar berada di Jakarta. Setelah menandatangani surat pernjanjian kontrak dengan Pak Rano, aku dan Mbak Andini kembali ke hotel yang di sewakan untuk kami. Mbak Andini sudah kembali pagi ini juga. Sementara aku masih harus menjalani pelatihan untuk membuka bimbingan belajar. Tidak hanya itu, aku juga sudah mendaftar secara online untuk kuliah di universitas terbuka yang ada di kotaku. Dengan uang kontrak yang sudah di kirim separuhnya ke rekening atas nama Ibu, aku bisa merealisasikan beberapa rencanaku. Pelatihan akan di adakan jam satu siang. Jadi, aku dan Mawar masih punya waktu sebelum check out dari kamar ini. Setelah memandikan Mawar, aku mengambil hp yang ada di atas tempat tidur. Ada pesan masuk dari Satrio. [Gawat mbak. Mas Ragil kemarin malam membobol rumah ini. Dari rekaman CCTV dia sudah melihat salinan surat kontrak kamu yang ada di atas meja. Berarti Mas Ragil juga sudah tahu jika kamu dan Bunga tinggal di rumah ini.] Hp yang sed
Read more

Bab 45 Ketemu

POV Orang Ketiga Hari demi hari sudah berlalu. Bunga dan Mawar belum kunjung pulang ke rumah yang ada di pinggiran kota itu. padahal Ragil sudah menyewa teman Bu Jumi untuk mengintai rumah Satrio. Pria paruh baya yang bekerja sebagai driver ojek online itu di tugaskan untuk mengambil penumpang di sekitar rumah Satrio. Dengan imbalan uang dua ratus ribu per hari. “Halo. Bagaimana Pak Diman? Apakah Satrio sudah pulang ke rumah itu?” Tanya Ragil lewat telpon di hari kelima kepergian Bunga dan Mawar ke Jakarta. “Belum Pak. Sejak kemarin rumah itu kosong. Satrio sama sekali tidak datang ke rumah itu.” Ragil menghela nafasnya pelan. Ia juga tahu hal itu karena mengintai Satrio sejak beberapa hari lalu. Pagi ini sebelum berangkat kerja, warung Ibu mertuanya masih buka. Satrio juga sedang ada di rumah. Kata para tetangga laki-laki itu sedang mengerjakan proyek lagi dari perusahaan luar. “Oke. Aku juga sedang memantau Satrio dan Ibu mertuaku di desa ini. Jika kamu tidak ada pelanggan, paka
Read more

Bab 46 Penculikan

Tubuh Ragil terlonjak kaget. Ia segera bangun dari tempat tidur. Memakai jaket, masker dan topi. Tidak lupa juga mengambil kunci motor milik Bu Jumi. Pria itu lalu mengirimkan pesan balasan pada Pak Diman. [Culik Mawar lalu bawa ke rumah anda Pak. Pikirkan saja bagaimana caranya. Saat saya tiba disana, anda sudah harus bersama dengan Mawar.] [Gampang itu Pak.] Di tempat lain, Pak Diman menyembunyikan motornya di tempat biasa. Pria paruh baya itu lalu pergi ke apotek yang ada di area itu. Pak Diman membeli obat bius, obat tidur dan sebotol air. Obat tidur itu di masukan ke dalam botol air lalu di masukan ke dalam tas. Sama seperti kemarin, Pak Diman berpura-pura menjadi pemulung. Tidak ada warga yang curiga. Tangannya mengambil satu per satu sampah plastik di depan setiap rumah. Lumayan rongsokan ini bisa juga ia tukarkan. Untuk menambah uang bensin. Hingga Pak Diman berhenti di depan rumah kontrakan yang di tempati Bunga dan Mawar. Suara tangisan Mawar yang tidak kunjung berhenti
Read more

Bab 47 Bukti Penculikan

Karena takut akan di marahi oleh sang suami, Bu Jumi memilih pulang ke rumah. Wanita paruh baya itu hanya membantu mengganti pakaian Mawar yang masih ada di rumah. Memastikan persediaan lauk untuk Ragil lalu pulang dengan menaiki motor. Saat Ragil mengira ia bisa tidur nyenyak malam ini, suara tangis Mawar kembali membuat Ragil terbangun. Pria itu mengacak rambunya kesal. Di tutupnya telinga dan mata dengan bantal agar tidak lagi mendengar suara tangis sang putri. “Ibu aku mau pulang. Ibuuuuu. Utiiiii. Om Yoooo.” Sebut Mawar satu per satu pada anggota keluarga yang sangat dekat dengannya. “DIAM MAWAR. BISA NGGAK SIH LANGSUNG TIDUR AJA.” Bentak Ragil melotot tajam. Membuat tubuh Mawar meringkuk ketakutan. Tapi, suara tangisnya masih sangat keras. “Dasar bikin susah aja. Kalau bukan karena Ibumu dapat uang banyak sudah aku buang kamu.” Seru Ragil kesal lalu turun dari tempat tidur. Botol air yang di berikan Pak Diman tadi masih tersisa separuh. Ragil memaksa Mawar meminum air itu hi
Read more

Bab 48 Datang Kembali

Pagi harinya Satrio mengantar Bunga ke kantor polisi di kota itu untuk melaporkan Ragil karena penculikan anak. Seperti yang sudah di duga oleh Bunga, pihak polisi tidak bisa serta menerima laporan ini karena Ragil adalah ayah kandung dari Mawar.“Tapi, kami punya alasan sehingga harus menyembunyikan Mawar dari ayahnya Pak. Seperti bukti yang sudah saya serahkan tadi, Pak Ragil bahkan memberikan obat tidur sebanyak dua kali tadi malam dan satu kali lagi pagi ini. Kami hanya butuh pengawalan dari polisi agar bisa mengambil Mawar kembali dari tangan ayahnya.”Petugas polisi yang menerima laporan mereka menggelengk tegas. “Maaf tidak bisa. Kami harus memeriksa lebih dulu laporan ini. Lagipula belum ada dua puluh empat jam sejak hilangnya Mawar.”Bunga menghela nafas khawatir. Ia lalu memegang tangan Satrio dan menggeleng sebagai tanda agar Satrio tidak melawan. Dia lalu berkata, “Baik Pak. Terima kasih.”Bunga beranjak lebih dulu dari kursi lalu disusul dengan Satrio. Di mobil, Bunga teru
Read more

Bab 49 Di Giring

Bunga segera menggendong Mawar saat Satrio mengingatkannya jika mereka akan membawa Mawar ke rumah sakit. Saat keluar dari kamar tidak hanya aparat desa yang ada disana. Tapi, juga Pak Harto, Budi, Tina, Arga, Sindy dan Yuni. Mereka semua duduk di ruang tamu rumah itu yang cukup sempit karena banyaknya orang yang datang.Tidak hanya itu, bahkan orang suruhan Satrio juga berhasil membawa Pak Diman ke ruangan itu. “Maaf Pak Lurah, Pak RT dan Pak RW. Biarkan Mbak Bunga membawa Mawar ke rumah sakit. Kami takut terjadi hal yang buruk pada Mawar karena terus di beri obat tidur sejak kemarin.”Kata Satrio meminta ijin untuk pergi sejenak. Pak Lurah menganggukan kepalamya tanda setuju. “Silahkan nak Satrio. Semua bukti yang ada sudah di berikan oleh Asih.”Bu Rati ikut pergi bersama kedua anaknya. Sedangkan Bude Yani tetap di rumah Ragil untuk menemani Asih. Sebagai kerabat mereka, sejujurnya Pak Lurah merasa sangat malu saat mendengar seluruh rekaman dari alat penyadap yang ada di hp Satrio.
Read more

Bab 50 Mendekam

“Di dengar dulu mbak. Keputusan akhir tetap ada di tangan kamu.” Bujuk Satrio karena ia merasa hal ini sangat penting untuk di dengar oleh Bunga.“Kamu putar saja yang keras Yo. Biar Ibu juga bisa dengar.” Sahut Bu Rati yang duduk di sofa ruang kamar VIP yang di sewa Satrio untuk Mawar. Satrio menganggukan kepalanya lalu memutar rekaman yang di kirim oleh Asih.Bunga menolehkan kepalanya pada Satrio dan Bu Rati setelah rekaman itu selesai di putar. Penawaran yang di buat Pak Harto memang menggiurkan. Tidak akan menentang jalannya perceraian di antara dirinya dan Ragil, hak asuh Mawar sudah pasti jatuh ke tangannya dan yang terakhir Ragil tidak akan mempermasalahkan harta gono gini dari uang yang di hasilkannya sendiri.“Sebenarnya Ibu ingin Ragil dan Bu Jumi di penjara. Itu lebih aman untuk Bunga dan Mawar.” Terang Bu Rati mengungkapkan pendapatnya.Hati Bunga menjadi ragu. Dia juga punya pemikiran yang sama dengan sang Ibu. Tapi, di sisi lain berpisah dari Ragil dengan mudah adalah s
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status