Semua Bab Sikap Suami Yang Berbeda Padaku: Bab 31 - Bab 40

100 Bab

Bab 31 Nostalgia

Drtt… Drrtt… Drrtt… Sejak tadi hp Satrio terus berbunyi. Aku lalu menyuruhnya untuk melihat pesan yang masuk lebih dulu. Ternyata semua pesan yang masuk dari Mas Ragil yang meminta Satrio menghubunginya jika sudah menemukan aku. “Gila banget suami kamu ini mbak. Sudah ketahuan selingkuh, tapi tetap nggak mau berpisah.” Aku menganggukan kepala setuju. Layar hp Satrio sudah terarah padaku. Sehingga aku bisa membaca pesan terakhir yang di kirimkan Mas Ragil pada Satrio. Aku hanya bisa menggelengkan kepala setelah membaca pesan itu. [Kamu camkan baik-baik Yo. Aku tidak akan pernah menceraikan Bunga. Jika dia mengajukan gugatan cerai, dia tidak akan bisa karena sama sekali tidak punya bukti.] “Apa yang harus aku balas mbak?” “Biarkan saja. Jangan di ladeni. Lebih baik jika kamu diam saja Yo. Oh iya, kapan kontrak rumah kamu akan berakhir?” Satrio menggulir layar hpnya untuk melihat tanggal penting yang selalu ia tandai. “Bulan depan. Setelah itu, aku akan menerima pekerjaan secara
Baca selengkapnya

Bab 32 Tuduhan

“Aku jadi ingat mbak waktu nggak sengaja lihat Bude Jumi mencuri uang simpananmu di dalam lemari. Kalau tahu kamu akan di marahi lagi oleh Mas Ragil, aku tidak akan memberi tahu kamu.” Bunga terkekeh pelan saat mengingat kejadian itu. Satu minggu setelah Satrio selesai memasang kamera CCTV di setiap sudut rumah, Ibu mertua diam-diam masuk ke dalam kamar. Saat itu aku sedang memasak di dapur sambil menggendong Mawar. Uang dari Satrio masih cukup banyak di dalam lemari. Selain itu, Satrio juga membelikan baju baru untukku dan Mawar. Aku baru tahu jika uang di dalam lemari hilang pada malam harinya. Saat Satrio mengirimkan pesan padaku jika Ibu mertua sudah mencuri uang dan baju baru milikku dari dalam lemari. Sontak saja malam itu aku langsung memeriksa ke dalam lemari. Uang yang aku letakan di bawah tumpukan bajuku sudah hilang. Seluruh tubuhku rasanya sangat lemas. Karena uang itu berjumlah lima ratus ribu rupiah. Aku terduduk di atas tempat tidur. Menatap Mawar yang sedang bermain
Baca selengkapnya

Bab 33 Hilang

POV Orang Ketiga Bukan tanpa alasan Bunga menanyakan hal itu pada Satrio. Pasalnya ia sama sekali tidak tahu kapan tepatnya Satrio memasang semua kamera CCTV di rumahnya dan Ragil. Karena di hari pertama menginap, Satrio sendiri tidak membawa peralatan elektronik. Selain hp dan laptop yang di gunakannya untuk bekerja. “Dua hari kemudian. Waktu itu aku sengaja masuk ke dalam rumah kalian lewat pintu belakang. Tepat setelah Mas Ragil pergi. Aku sudah mau manggil kamu mbak. Tapi, kamu buru-buru pergi ke pasar buat beli baju lagi untuk Mawar.” Bunga seketika teringat dengan kejadian hari itu. Satrio kembali melanjutkan ceritanya jika tujuan Satrio memasang kamera CCTV selain untuk mendapatkan bukti adalah untuk mengetahui dimana Ragil menyimpan surat-surat penting. Karena pasti ada saatnya Ragil mengambil surat penting sepert KK untuk di potokopi untuk mengurus suatu keperluan. Malam harinya Satrio hanya mengiirm pesan pada Bunga jika rumahnya sudah di pasang kamera CCTV berukuran keci
Baca selengkapnya

Bab 34 Panggilan Sidang

Baru saja Ragil akan keluar dari rumah, suara ketukan terdengar di pintu depan. Pria itu berjalan menuju pintu depan. Seorang pria dengan pakaian kurir menyerahkan sebuah amplop padanya. “Ada kiriman atas nama Pak Ragil.” Kata kurir itu lalu pergi. Kening Ragil berkerut bingung. Ia kembali masuk ke dalam rumah untuk membuka amplop itu. Saat segel plastiknya terlepas, terlihat dengan jelas nama Pengadilan Agama di kotanya sebagai pengirim. Dada Ragil menjadi berdetak lebih cepat. Rasa takut perlahan menyusup dalam hatinya. Sesuai dugaan Ragil, surat itu adalah gugatan cerai yang di layangkan Bunga padanya. Tubuh Ragil menjadi lemas hingga ia terduduk di lantai yang dingin. Di remasnya kertas itu dengan kasar. “Kalau aku nggak bisa membujuk Bunga dengan cara halus, aku harus memakai cara kasar. Tidak akan aku biarkan dia pergi saat masalahku sedang pelik seperti ini. Aku butuh anak laki-laki secepatnya agar bisa menjad ahli waris Bapak lagi.” Ragil lalu bangkit dari duduknya. Dengan
Baca selengkapnya

Bab 35 Perubahan

Semua orang sedang berada di kamar masing-masing setelah kami selesai makan malam. Aku sendiri sudah berada di dalam kamar bersama Mawar yang sudah terlelap. Jarum jam baru menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Aku sama sekali belum mengantuk. Jadi, aku memutuskan untuk membuat video konten ID. Setelah selesai membuat video, aku mengeditnya dan mengunggah video itu. Seperti biasa, jumlah like dan komen sudah banyak hanya dalam hitungan detik. Melihat salah satu video yang aku buat tentang perubahan suami setelah menikah mengingatkanku dengan awal pernikahanku dengan Mas Ragil dulu. Hari itu setelah acara resepsi di laksanakan Mas Ragil langsung memboyong aku ke rumahnya. Rumah yang sudah ia beli sebelum menikah denganku secara kredit. Jadi, Mas Ragil masih harus membayar cicilan kredit rumahnya. Gaji Mas Ragil otomatis akan berkurang. Aku sudah di beri tahu hal itu. Jadi, tidak akan terkejut. Aku memang tidak terkejut dengan hal itu. tapi, aku terkejut dengan hal lain. Malam it
Baca selengkapnya

Bab 36 Ulah

“Kenapa kamu malah bentak Ibu sih Ra? Benar dong. Untuk apa lagi mempertahankan pernikahan kamu dengan Bunga jika dia tidak mau lagi menjadi istrimu. Toh anak kalian itu perempuan dan tidak sehat. Karena Bunga adalah wanita bodoh Ibu yakin dia tidak akan menuntut harta gono gini darimu.” Ragil menjabak rambutnya kesal karena Ibunya tidak mengerti alasan ia tidak mau menceraikan Bunga. “Kalau kondisinya seperti dulu saat aku masih jadi salah satu ahli waris Bapak, aku akan mempertimbangkan usul Ibu. Tapi, sekarang? Coba Ibu pikirkan lagi. Proses perceraianku dan Bunga akan memakan waktu lama karena statusku sebagai asn. Belum lagi kalau Bunga membeberkan alasan kami berpisah. Aku bisa di pecat dari sekolah. Lalu, aku juga masih harus mencari wanita lain yang sama bodohnya dengan Bunga agar bisa memiliki anak laki-laki. Itu akan terlalu lama untukku.” Bu Jumi terdiam. Semua yang di katakan sang putra memang ada benarnya. “Tapi, sekarang gimana caranya kamu menemukan Bunga? Dia saja men
Baca selengkapnya

Bab 37 Penawaran

POV Bunga Pagi hari ini terasa sangat berbeda karena ada Ibu, Bude Yani dan Asih yang sarapan bersama denganku dan Mawar. Karena itulah pagi ini aku bisa sarapan dengan sayur gori buatan Bude Asih yang sudah terkenal sangat enak. “Ragil itu benar-benar edan. Kalau Satrio tidak mengawasi rumah kalian dengan kamera CCTV, entah apa yang akan terjadi dengan warung Ibumu.” Gerutu Bude Yani yang masih membicarakan pesan dari Satrio pagi ini. “Aku juga sudah mengurus perceraian Bude. Kalau semua urusan sudah selesai aku akan kembali ke rumah Ibu.” “Sudah kamu laporkan juga atas pasal KDRT dan perselingkuhan?” Aku menganggukan kepala. Lalu, sedetik kemudian menggeleng. “Kalau kasus KDRT sudah aku laporkan. Tapi, untuk kasus perselingkuhan tidak. Aku sudah tidak mau lagi berhubungan dengan masalah Mas Ragil. Cukup bisa lepas dari dia saja sudah membuatku lega.” “Bunga benar Yu. Bahkan Bunga juga tidak menuntut nafkah dan harta gono-gini. Buat apa kalau urusanya sama keluarga seperti merek
Baca selengkapnya

Bab 38 Kerja Sama

Rapat melalui apliasi zoom it hari itu berjalan dengan lancar. Pak Rano selaku direktur dari NL Production bersedia mengirimkan salinan kontraknya padaku. Bahkan Pak Rano juga banyak memberikan nasihat. “Saya suka sekali dengan sikap anda yang teliti. Sebagi calon patner bisnis kita memang harus mempelajari surat kontrak dengan lebih teliti. Agar kita bisa bekerja sama dengan lebih nyaman ke depannya.” Aku menganggukan kepala setuju. “Terima kasih banyak Pak. Bahkan saya masih tidak percaya jika bayaran saya setinggi itu.” Di layar laptopku, Pak Rano sudah tertawa terbahak-bahak. “Mungkin karena anda mengira drama series ini bukan di angkat dari novel. Tapi, tetap saja saya juga harus mengapresiasi jumlah follower serta respon dalam bentuk like dan komen. Harga untuk kontrak kita yang saya tawarkan sangatlah pantas anda dapatkan. Anda akan mendapatkan bagian lima puluh juta rupiah setiap episode. Jika di kali sepuluh maka anda sudah dapat lima ratus juta rupiah.” Sampai detik ini a
Baca selengkapnya

Bab 39 Postingan

“Silahkan duduk dulu Nga.” Pandangan pria yang sudah aku kenal sejak duduk di bangku SMA itu beralih pada wanita yang mengantarku. “Tolong buatkan dua teh hangat dan satu es sirup untuk adeknya.” “Baik Pak.” Mas Aris masih terkekeh tidak percaya kami bisa bertemu seperti ini. Begitu juga dengan aku. Setelah bertahun-tahun kami tidak pernah bertemu lagi sejak dia lulus SMA lebih dulu. “Aku nggak menyangka kalau Aris Haryanto itu kamu mas. Nama kamu kan umum sekali.” “Enak saja. Walaupun namaku umum, setidaknya aku sudah punya kantor.” Aku menganggukan kepala setuju. “Apakah dia anak kamu?” Aku kembali menganggukan kepala. “Iya. Namanya Mawar.” “Halo Mawar. Nama Om adalah Aris. Panggil saja Om Aris. Salam kenal.” Mas Aris memberikan sebuah permen lollipop pada Mawar. Putriku itu sempat melihatku meminta ijin. “Boleh. Jangan lupa ucapkan terima kasih pada Om Aris.” Ucapku setelah Mawar mengambil permen itu. “Terima kasih Om.” “Iya sama-sama.” Tidak lama kemudian wanita yang sep
Baca selengkapnya

Bab 40 Curiga

POV Orang Ketiga “Kamu mau cari apa sih Rum? Bukannya sebentar lagi kamu harus ujian akhir semester ya?” Tina menatap putri bungsunya sebal. “Cari baju baru aja Ma. Tolong beliin satu aja. Mama kan tahu kalau uang jajanku di potong sama Papa. Mana Om Ragil sudah nggak bisa mengirim uang padaku lagi.” Bibir Arum mencebik kesal. “Oke. Satu aja ya. Kalau kedua kakakmu tahu dan ikut minta juga, bisa tekor Mama nanti.” “Sip.” Seru Arum senang. Setelah membeli satu baju untuk Arum di tambah dengan membeli perlengkapan dapur di minimarket mall, mereka mampir ke restoran yang ada di dalam mall itu. Seorang pelayan berjalan mendekati meja mereka. Arum lebih dulu menyebutkan pesanannya. Lalu, di susul dengan Tina. Saat pelayan baru saja pergi dari meja mereka, mata Tina tidak sengaja melihat sosok Bunga yang sedang pergi dari restoran itu sambil menggendong Mawar. “Rum coba kamu lihat ke arah sana. Itu Bunga dan Mawar kan?” Pandangan Arum tertuju ke arah yang di tunjuk Mamanya. “Iya benar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status