POV Bunga Pagi hari ini terasa sangat berbeda karena ada Ibu, Bude Yani dan Asih yang sarapan bersama denganku dan Mawar. Karena itulah pagi ini aku bisa sarapan dengan sayur gori buatan Bude Asih yang sudah terkenal sangat enak. “Ragil itu benar-benar edan. Kalau Satrio tidak mengawasi rumah kalian dengan kamera CCTV, entah apa yang akan terjadi dengan warung Ibumu.” Gerutu Bude Yani yang masih membicarakan pesan dari Satrio pagi ini. “Aku juga sudah mengurus perceraian Bude. Kalau semua urusan sudah selesai aku akan kembali ke rumah Ibu.” “Sudah kamu laporkan juga atas pasal KDRT dan perselingkuhan?” Aku menganggukan kepala. Lalu, sedetik kemudian menggeleng. “Kalau kasus KDRT sudah aku laporkan. Tapi, untuk kasus perselingkuhan tidak. Aku sudah tidak mau lagi berhubungan dengan masalah Mas Ragil. Cukup bisa lepas dari dia saja sudah membuatku lega.” “Bunga benar Yu. Bahkan Bunga juga tidak menuntut nafkah dan harta gono-gini. Buat apa kalau urusanya sama keluarga seperti merek
Rapat melalui apliasi zoom it hari itu berjalan dengan lancar. Pak Rano selaku direktur dari NL Production bersedia mengirimkan salinan kontraknya padaku. Bahkan Pak Rano juga banyak memberikan nasihat. “Saya suka sekali dengan sikap anda yang teliti. Sebagi calon patner bisnis kita memang harus mempelajari surat kontrak dengan lebih teliti. Agar kita bisa bekerja sama dengan lebih nyaman ke depannya.” Aku menganggukan kepala setuju. “Terima kasih banyak Pak. Bahkan saya masih tidak percaya jika bayaran saya setinggi itu.” Di layar laptopku, Pak Rano sudah tertawa terbahak-bahak. “Mungkin karena anda mengira drama series ini bukan di angkat dari novel. Tapi, tetap saja saya juga harus mengapresiasi jumlah follower serta respon dalam bentuk like dan komen. Harga untuk kontrak kita yang saya tawarkan sangatlah pantas anda dapatkan. Anda akan mendapatkan bagian lima puluh juta rupiah setiap episode. Jika di kali sepuluh maka anda sudah dapat lima ratus juta rupiah.” Sampai detik ini a
“Silahkan duduk dulu Nga.” Pandangan pria yang sudah aku kenal sejak duduk di bangku SMA itu beralih pada wanita yang mengantarku. “Tolong buatkan dua teh hangat dan satu es sirup untuk adeknya.” “Baik Pak.” Mas Aris masih terkekeh tidak percaya kami bisa bertemu seperti ini. Begitu juga dengan aku. Setelah bertahun-tahun kami tidak pernah bertemu lagi sejak dia lulus SMA lebih dulu. “Aku nggak menyangka kalau Aris Haryanto itu kamu mas. Nama kamu kan umum sekali.” “Enak saja. Walaupun namaku umum, setidaknya aku sudah punya kantor.” Aku menganggukan kepala setuju. “Apakah dia anak kamu?” Aku kembali menganggukan kepala. “Iya. Namanya Mawar.” “Halo Mawar. Nama Om adalah Aris. Panggil saja Om Aris. Salam kenal.” Mas Aris memberikan sebuah permen lollipop pada Mawar. Putriku itu sempat melihatku meminta ijin. “Boleh. Jangan lupa ucapkan terima kasih pada Om Aris.” Ucapku setelah Mawar mengambil permen itu. “Terima kasih Om.” “Iya sama-sama.” Tidak lama kemudian wanita yang sep
POV Orang Ketiga “Kamu mau cari apa sih Rum? Bukannya sebentar lagi kamu harus ujian akhir semester ya?” Tina menatap putri bungsunya sebal. “Cari baju baru aja Ma. Tolong beliin satu aja. Mama kan tahu kalau uang jajanku di potong sama Papa. Mana Om Ragil sudah nggak bisa mengirim uang padaku lagi.” Bibir Arum mencebik kesal. “Oke. Satu aja ya. Kalau kedua kakakmu tahu dan ikut minta juga, bisa tekor Mama nanti.” “Sip.” Seru Arum senang. Setelah membeli satu baju untuk Arum di tambah dengan membeli perlengkapan dapur di minimarket mall, mereka mampir ke restoran yang ada di dalam mall itu. Seorang pelayan berjalan mendekati meja mereka. Arum lebih dulu menyebutkan pesanannya. Lalu, di susul dengan Tina. Saat pelayan baru saja pergi dari meja mereka, mata Tina tidak sengaja melihat sosok Bunga yang sedang pergi dari restoran itu sambil menggendong Mawar. “Rum coba kamu lihat ke arah sana. Itu Bunga dan Mawar kan?” Pandangan Arum tertuju ke arah yang di tunjuk Mamanya. “Iya benar
Karena Bunga tidak hadir dalam persidangan pertama mereka, akhirnya mediasi yang sudah di jadwalkan oleh pihak pengadilan batal. Selain itu, Ragil juga baru tahu jika Bunga dan Satrio sudah mengantongi sejumlah bukti yang di bawa oleh pengacara Bunga. Mulai dari foto dan video penganiayaan yang di lakukan oleh Ragil pada Bunga, beberapa dokumen yang merupakan hasil visum Bunga dan bukti perselingkuhan di antara Ragil dan Arum. “Semua itu bohong Yang Mulia.” Ragil menggebrak meja karena panik semua keburukannya sudah terbongkar. “Saudara tergugat tolong tenang.” Kata Hakim yang memimpin jalannya sidang. Dari persidangan ini juga Ragil baru tahu jika setiap sudut rumahnya sudah di pasang kamera CCTV. Karena itulah Bunga dapat dengan mudah memberikan bukti ke pengadilan tentang alasannya menggugat cerai Ragil. Dari kamera CCTV yang di pasang oleh Satrio, Bunga juga dapat mengetahui letak berkas yang di simpan oleh Ragil. “Sial.” Gumam Ragil kesal. Persidangan akan di lanjutkan dua m
Keesokan harinya, Ragil kembali pergi ke gedung dimana kantor pengacara Pak Hendra berada. Gedung dengan empat tingkat itu tidak hanya di sewa oleh kantor pengacara di lantai dua, ada juga restoran di lantai satu, kantor akuntan di lantai tiga dan bimbingan belajar di lantai empat. Jadi, hari itu Ragil bisa berdiam diri di restoran sambil mengawasi orang-orang yang masuk ke dalam lift atau menaiki anak tangga. Karena akses tangga dan lift juga berada di dalam area restoran itu. Jarum jam baru menunjukkan pukul delapan pagi saat mobil yang di tumpangi Ragil berhenti di tempat parkir gedung. “Berapa pak?” Tanya Ragil pada sopir taksi online. Pria paruh baya itu menyebutkan biayanya lalu di bayar oleh Ragil. Pria itu memang memutuskan untuk naik taksi online agar jika Satrio atau Bunga datang ke kantor pengacara, tidak melihat keberadaan mobilnya di tempat parkir. Ia sudah turun dari mobil taksi lalu berjalan masuk ke dalam restoran. Ragil lalu memesan menu nasi dan ayam geprek di tamb
Ragil benar-benar melakukan rencananya pada malam hari. Setelah ia mengintai rumah Bu Rati dan memastikan jika Satrio sudah pulang ke rumah. Motor yang ia kendarai melaju menuju pinggiran kota. Dimana rumah Satrio berada. Mudah saja bagi Ragil untuk menyelinap ke dalam pagar. Bangunan pagar itu tidak terlalu tinggi. Bagian ujungnya juga tidak runcing. Ragil sudah memastikan hal itu saat mengamati pagar rumah Satrio dari depan toko swalayan. Ia memarkirkan motornya di depan toko swalayan. Setelah itu, Ragil menyebrangi jalan dan langsung memanjat pagar rumah. Berharap tidak ada yang melihat aksi nekatnya kali ini. Kakinya meloncat ke tanah. Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, Ragil berjalan mengitari halaman samping rumah yang juga sudah di tembok tinggi. Di halaman paling belakang, pria itu tidak bisa untuk tidak terpesona melihat bentuk bangunan rumah Satrio yang sangat aestetik. “Pantas saja rumah ini di kelilingi oleh pagar. Tapi, untunglah aku masih bisa masuk.” Pandangannya meng
POV Bunga Sudah tiga hari ini aku dan Mawar berada di Jakarta. Setelah menandatangani surat pernjanjian kontrak dengan Pak Rano, aku dan Mbak Andini kembali ke hotel yang di sewakan untuk kami. Mbak Andini sudah kembali pagi ini juga. Sementara aku masih harus menjalani pelatihan untuk membuka bimbingan belajar. Tidak hanya itu, aku juga sudah mendaftar secara online untuk kuliah di universitas terbuka yang ada di kotaku. Dengan uang kontrak yang sudah di kirim separuhnya ke rekening atas nama Ibu, aku bisa merealisasikan beberapa rencanaku. Pelatihan akan di adakan jam satu siang. Jadi, aku dan Mawar masih punya waktu sebelum check out dari kamar ini. Setelah memandikan Mawar, aku mengambil hp yang ada di atas tempat tidur. Ada pesan masuk dari Satrio. [Gawat mbak. Mas Ragil kemarin malam membobol rumah ini. Dari rekaman CCTV dia sudah melihat salinan surat kontrak kamu yang ada di atas meja. Berarti Mas Ragil juga sudah tahu jika kamu dan Bunga tinggal di rumah ini.] Hp yang sed
Lima tahun kemudian waktu sudah berlalu begitu cepat. Budi tidak pernah lagi bertemu dengan Tina. Karena desakan Pak Harto Budi sudah menceraikan Tina satu tahun setelah kepergian mantan istrinya itu. Budi juga sudah menikah dua kali. Sayangnya selalu gagal karena istri kedua dan ketiga Budi sama-sama tidak tahan dengan sifat Budi yang tempramen. Di tambah dengan sikap Arga dan Pak Harto yang sangat mengesalkan.Tina mengajak Arum dan Sofia pindah keluar pulau setelah Arum bebas dari penjara. Karena Sinta kukuh ingin menghukum Arum dan Andi, maka Arum di jatuhi hukuman selama dua tahun. Di luar pulau itulah Tina memulai usaha warung tegal bersama dengan Arum dan Sofia. Membuat hubungan Tina dengan Arum dan Sofia menjadi semakin dekat. Begitu juga dengan hubungan Arum dan Sofia yang sudah sangat erat.Ragil dan Bu Jumi sudah bebas dari penjara. Tabungan emas yang sempat di buat Ragil di tambah dengan menjual mobil cukup untuk melunasi kredit rumahnya. Kini hanya ada motor second yang m
Tubuh Tina terasa lemas saat polisi yang bertugas mengatakan jika Arum memang di tangkap karena menjadi wanita penghibur. Kasusnya adalah perselingkuhan dan perzinahan. Tidak hanya Arum yang di tangkap. Tapi, juga beberapa wanita lain yang berprofesi sebagai penghibur. Siska yang merupakan bos Arum berhasil melarikan diri agar tidak di mintai uang oleh Sinta, istri Andi yang memergoki Arum dengan suaminya.Karena Tina sudah mengirim pesan pada pengirim kontrakan akan mengubah jam pertemuan menjadi nanti malam, dia bisa pergi ke rumah tahanan tempat Arum kini di tahan. Tina tahu jika anak bungsunya memang bersalah. Tapi, sebagai seorang Ibu wanita itu tidak mau Arum masuk penjara seperti yang di alami oleh Ragil dan Bu Jumi.Untung saja sopir taksi mau menemaninya terus dan masih menunggu saat Tina masuk ke dalam rumah tahanan. Wanita itu mengisi daftar pengunjung lalu masuk ke dalam ruang tunggu. Disanalah ia akhirnya bisa bertemu dengan Arum setelah sekian bulan Ibu dan anak itu tida
Dua hari kemudian Bunga benar-benar menghubungi Tina lagi. Tapi, bukan untuk memberi tahu tentang lokasi Arum. Melainkan Bunga mengirim nomor kontak Satrio karena akan lebih baik jika Tina berhubungan secara langsung dengan adik laki-laki Bunga itu. Karena ada kemungkinan Arum berpindah lokasi.Hari demi hari sudah berlalu. Tina tetap bersikap seperti biasa. Tidak ada barang yang ia masukan ke dalam koper. Karena Tina berniat untuk meninggalkan semua barangnya di rumah ini. Sama seperti yang di lakukan Bunga dulu agar bisa kabur dengan lebih mudah. Tina juga sudah memesan tiket pesawat secara online untuk keberangkatan siang hari. Karena hanya di waktu itulah Budi tidak ada di rumah.Jika ia pergi sampai sore atau malam hari, Arga dan Pak Harto juga tidak akan peduli dengannya. Mungkin saat Budi pulang ke rumah mereka baru akan mencarinya. Karena itulah kesempatan Tina sangat terbuka lebar untuk pergi. Dia hanya perlu mengambil buku tabungan yang di sembunyikan Budi di dalam toko swal
Pagi ini Tina melaksanakan niatnya untuk pergi ke rumah Bu Rati menemui Bunga. Ia pergi setelah tidak ada orang lagi di rumah. Sehingga Tina tidak perlu menjelaskan alasannya pergi menemui Bunga setelah sekian lama mereka tidak pernah berhubungan lagi. Ia juga takut jika Budi akan melarangnya pergi menemui Bunga. Mengintat pertemuan terakhir mereka yang berakhit dengan pertengkaran dengan keluarga Bunga.Motor yang di kendarai Tina sudah berhenti di halaman rumah yang kini sudah tidak seluas dulu. Karena ada warung di sisi kanan halaman dan ruko untuk bimbingan belajar di sebelah kiri. Tampak beberapa orang yang tengah membeli jajanan pasar pada Asih. Tidak terlalu ramai, tapi beberapa orang terus berdatangan. Terlihat jajanan pasar dan gorengan yang di jajakan tinggal sedikit. Anak-anak juga bermain di teras ruko atau di halaman rumah tempat beberapa permainan berada.Tina turun dari motor lalu melepaskan helm yang di pakai. Ia masih memakai masker untuk menutup wajah saat melangkah
Hp yang ada di tangan Tina terjatuh saat ia melihat semua pesan yang di kirim pada Arum sudah berubah menjadi centang biru. Kelopak matanya mengerjap tidak percaya dengan apa yang sudah ia lihat. Buru-buru Tina meraih hpnya lagi. Memang benar nomor telpon Arum sudah aktif pagi ini. Hanya saja dari banyaknya pesan yang sudah ia kirim pada sang putri, tidak ada satu pun yang di balas. Tina kembali mengirim pesan untuk anak bungsunya itu. Sayangnya nomor telpon Arum sudah mati lagi. Membuat hatinya kembali merasa sedih. Sedetik kemudian Tina sudah menggelengkan kepalanya.“Tidak masalah. Dengan aktifnya hp Arum, aku bisa meminta bantuan untuk melacak lokasi terakhirnya.” Tina lalu memasukan hp dan dompet ke dalam tas. Ada tempat yang ia ingin kunjungi hari ini.Siang ini ia hanya sendirian saja di rumah. Budi sedang pergi bekerja. Sedangkan Pak Harto pergi bersama Arga entah kemana. Menghabiskan waktu berduaan dengan Kakungnya lalu pulang dengan membawa banyak barang. Padahal Arga bukan
"Ap, apa yang sedang kamu lakukan disini? Kenapa satpam mengijinkan orang lain masuk tanpa seijin dariku dulu. Aku akan complain pada manajemen gedung ini." Arum hendak segera menutup pintu kamarnya. Tapi, sudah di tahan oleh satpam sehingga Sinta bisa masuk dengan lebih leluasa. Meninggalkan Arum yang masih berdiri di belakang pintu apartemen itu."Jawabannya gampang. Karena hotel ini milik pamanku. Apa Mas Andi tidak pernah memberi tahu tentang harta kekayaan keluargaku? Apa dia hanya menyombongkan tentang gajinya yang di gunakan untuk membayiai kebutuhanku sebagai istri sahnya?" Tanya Sinta dengan nada sombong yang bisa mengatakan dengan tepat apa yang selalu di ucapkan oleh Andi padanya selama ini.Badan langsingnya melenggang santaidengan suara sepatu hak tinggi yang terdenagr keras. Sinta lalu duduk di sofa. Sama sekali tidak terlihat jika Sinta baru melahirkan satu minggu yang lalu. Karena badannya terlihat sangat ramping. Membuat Arum merasa sedikit iri dengan bentuk tubuh pro
Perasaaan Arum menjadi semakin tidak tenang karena Andi sudah tidak bisa di hubungi lagi. Pria itu telah mengganti nomor telponnya. Entah sejak kapan karena Arum baru sempat menghubungi Andi pagi ini. Bukannya Arum merasa takut jika Andi akan meninggalkannya. Toh mereka tidak ada hubungan spesial apapun selain sebagai teman tidur. Arum hanya takut jika Sinta akan melaporkan hal ini ke polisi dengan pasal perzinahan. Dia sama sekali tidak mau di penjara.Karena merasa kalut, Arum mengambil hp lama yang ia simpan di dalam kotak dan di letakan di bagian paling bawah lemari. Hp itu berbunyi sebentar lalu akhirnya bisa hidup kembali. Jika Sinta memang akan membawa masalah ini ke jalur hukum, maka Arum harus minta bantuan pada mantan pacarnya yang kuliah di jurusan hukum. Kabar terakhir yang Arum tahu, mantan pacarny sudah menjadi pengacara di kota mereka.“Mudah-mudahan dia masih bucin sama aku. Jadi, mau nolong untuk kabur dari sini untuk sementara waktu.”Namun, bukannya langsung mencari
Ada pepatah yang mengatakan sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Artinya semua hal buruk yang di tutupi pasti akan ketahuan juga. Serapat apapun kita mencoba untuk menutupinya. Mungkin hal itu juga yang di lupakan oleh Arum. Padahal hubungan terlarangnya dengan Ragil yang dulu ia kira bisa tertutup dengan rapi akhirnya ketahuan juga. Karena itulah kini Arum jadi lebih berhati-hati saat melakoni pekerjaan ini. Hanya saja ia lupa jika pekerjaan yang Arum lakoni pasti akan ketahuan oleh salah satu istri pelangganya. Seperti yang terjadi malam ini.Istri Andi yang bernama Sinta sudah mengendus sikap aneh suaminya sejak Sinta hamil. Hal itu bermula dari salah satu postingan temannya yang makan malam bersama suami di salah satu restoran terkenal. Suami temannya adalah rekan kerja Andi di kantor. Sinta terkejut karena Andi baru saja mengirim pesan jika ia dan semua rekan kerjanya di suruh lembur sampai tengah malam.Karena itulah Sinta mengirim pesan pada temannya tentan
Sinar matahari menyengat terik di Jakarta. Arum terbangun di kamar apartemennya yang mewah. Tangannya mengucek mata hingga terbuka. Terlihat jarum jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Rambut Arum sangat berantakan karena ia baru tidur jam tujuh pagi dan bangun jam tiga sore. Ia lalu turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.“Jam berapa aku harus pergi malam ini?” Arum segera mengambil hpnya setelah selesai mandi.Bibirnya mencebik kesal saat membaca pesan masuk. Klien yang sudah membookingnya malam ini membatalkan janjial karena istrinya baru saja melahirkan. Arum melempar hpnya ke atas tempat tidur lalu duduk di kursi yang menghadap meja rias. Ia menyisir rambut lalu memakai make up natural karena Arum tidak berencana keluar malam ini.Drrtt… drrtt… drrttt….Panggilan telpon masuk membuatnya harus bangkit lagi. Rupanya teman sekaligus bosnya, Siska yang menelpon. “Halo Sis. Ada apa?”“Kita keluar yuk malam ini. Klien loh sudah ngirim pesan