Hakam mengangguk, “Seperti ini.” Jawabnya, kemudian melepaskan tangannya dari pinggang Puspa, menuntun kedua tangan gadis itu memeluk lehernya, sementara kepalanya sendiri menelisik ke ceruk leher gadis muda itu.Seketika itu juga, Puspa merinding sebadan-badan. Entahlah, dia masih tidak menyangka jika Hakam bisa jadi seagresif ini dalam beberapa hal selain hal pekerjaan. ‘Ini pasti karena dia sedang mempertaruhkan nama keluarganya,’ tebak Puspa dalam hati. Pikirnya, jika bukan karena masalah ini menyeret nama baik keluarganya, dia pasti tidak akan se-aktif ini untuk dekat dengan orang lain.Sementara Puspa berpikir begitu, sebaliknya, Hakam sama sekali tidak peduli pada keluarganya. Dia tiba-tiba jadi begitu berani hanya karena dorongan hati. Menjadi sangat dekat dengan sosok gadis yang bahkan pernah dia jadikan fantasi pelepasan gairah, bagaimana mungkin dia tahan? Itu murni karena nafsu. Hakam memejamkan mata sambil menghirup dalam-dalam aroma gadis muda di pelukannya. Ya, tidak
Baca selengkapnya