Home / Romansa / Rentenir Duda Itu Suamiku / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Rentenir Duda Itu Suamiku: Chapter 61 - Chapter 70

162 Chapters

BAB 61

Puspa membeku, begitu juga dengan Hakam yang langsung memalingkan wajah sambil berdehem. “Rasanya seperti tepung di goreng,” ujar Hakam memecah keheningan setelah mengunyah halus dan menelan makanan yang ada di dalam mulutnya.Puspa menggaruk pipinya canggung, “Iya, bahan dasar basreng memang dari tepung. Mungkin ada sedikit ikannya juga.”Setelah itu, mereka kembali mengobrol seperti biasa. Entahlah, aksi suapan tak disengaja itu seolah dilupakan dalam sekejap. Bahkan, Puspa tidak menyadari jika saat ini sudah menunjukkan pukul setengah sebelas siang.“Ya ampun, Pak. Saya lupa, belum masak makan siang!” Puspa langsung berdiri, hendak berlari pulang. Namun, segera dihentikan oleh Hakam.“Pulang bersama saja. Aku juga mau pulang,” ujar Hakam, kemudian berjalan memimpin Puspa menuju mobil sedan andalannya dan melaju santai melewati jalan raya. Sampai di rumah, keduanya keluar dari mobil bersama-sama, juga berjalan bersamaan menuju pintu utama kediaman Hakam. Ketika Hakam membuka pintu
Read more

BAB 62

Melihat kepergian Zara, Puspa menghela napas. “Merepotkan!” Keluhnya, kemudian berbalik dan kembali fokus sepenuhnya dengan urusan masak yang sama sekali belum ia selesaikan.Di balik dinding dapur, sebenarnya ada Hakam yang mendengar dialog kedua perempuan itu sedari awal. Zara jelas tidak menyadari kehadiran Hakam karena wanita itu langsung berjalan lurus ke depan dan keluar tanpa berpamitan.Hakam sengaja datang ke dapur karena takut Zara akan melakukan sesuatu yang buruk pada Puspa. Tetapi dia salah, ternyata gadis muda itu tidak mudah digertak dan menghadapi kekejaman Zara dengan sangat bijak.“Mungkin dia pilihan terbaik,” gumam Hakam sambil mengangguk pelan, berbalik lagi ke kamarnya dan merenung tentang rencana yang akan dia lakukan. Darma beberapa kali menghubunginya hari ini. Terus menanyakan mengenai pasangan yang harus dia bawa ke jamuan pesta yang akan diadakan beberapa hari lagi. Jelas, kegiatan ini sebenarnya tidak terlalu penting. Hanya sebuah pesta untuk membangun re
Read more

BAB 63

“Pa! Kok kamu diam saja, sih! Kita harus segera menindak tegas kelakuan mereka. Terutama si pelayan kurang ajar itu, suruh Hakam memecatnya sekarang!” Batari masih berapi-api, terutama ketika hatinya belum terbuka soal kesalahan yang dilakukan oleh Zara. Dia hanya menganggap bahwa tidak ada wanita lain yang lebih sesuai daripada mantan menantunya itu.Darma menatap sang istri, kemudian menghela napas panjang. “Kalau memang pelayan itu kurang ajar, kita tidak perlu bertindak, putramu itu pasti sudah lebih dulu membuangnya ke jalanan. Ma, kamu harus tahu bagaimana sikap Hakam. Dia adalah pria yang keras dan punya pendirian. Semua yang jadi pilihannya pasti sudah dipikirkan matang-matang.”“Sejak kapan kamu jadi lembek begini!” Batari mendelik, “Jadi, maksud kamu tidak apa-apa jika Hakam memiliki hubungan dengan orang miskin yang jauh dibawah kita?”Darma mengangkat bahunya, “Selama mereka bahagia, kita bisa apa? Sudah cukup Papa mengatur hidup Hakam. Sejauh ini, dia sudah berusaha keras
Read more

BAB 64

Puspa terdiam. Dia yang terlalu berharap, kini justru merasa kecewa tanpa sebab. Seolah tubuhnya diangkat ke awan, namun seketika dijatuhkan begitu saja tanpa kompromi yang jelas. “O-oh …” Puspa menundukkan kepala. “Jadi pasangan bohongan ya, pak.” Ujarnya, kemudian tertawa masam. Hakam tidak memperhatikan ekspresi sedih Puspa, dan malah lanjut bicara. “Ini penting untuk keluargaku. Zara membuat rumor yang bisa menjadi masalah besar untuk keluargaku. Jadi—”“Jadi Pak Hakam butuh kekasih palsu untuk mencegah rumor yang ada,” sela Puspa sambil mengangguk. “Saya paham, Pak. Kalau begitu permisi, saya mau istirahat dulu.”Tidak membiarkan Hakam menanggapi, Puspa bergegas pergi tanpa menoleh ke belakang. Kini, Hakam terdiam dengan raut bingung. Entah mengapa, dia merasa ada yang aneh dengan reaksi Puspa barusan. Gadis itu terlihat seperti kesal? Atau marah?“Mungkin cuma bayanganku saja?” Hakam menggelengkan kepala dan segera menghabiskan kopi di cangkirnya.Sementara itu, Puspa yang sud
Read more

BAB 65

Makan malam selesai pukul 7, dan sekarang Puspa sedang bersiap untuk ikut Hakam pergi keluar mencari gaun yang nantinya akan dia kenakan di malam pesta. “Sudah siap?” Hakam yang menunggu di ruang tamu melihat kedatangan Puspa. Gadis itu nampak biasa saja, memakai setelan sederhana layaknya hari-hari biasa.Puspa mengangguk, “Sudah, pak. Memang mau ke toko baju yang mana?” Tanyanya.“Toko langganan saya,” jawab Hakam sambil memimpin jalan menuju mobil yang sudah bertengger di halaman rumah. “Semua seragam sekolah Hamun juga dijahit disana.”“Oh,” Puspa mengangguk dan tidak berbicara apa-apa lagi. Sementara itu, Hakam jadi semakin bingung. Jelas sekali sikap pelayannya ini berubah drastis, seolah ada suatu h
Read more

BAB 66

Hakam menunggu dengan sabar, dia duduk di kursi tamu ruangan depan sambil minum secangkir kopi. Setengah jam kemudian, pintu butik terbuka dan sosok wanita cantik datang dengan langkah anggunnya.“Mas Hakam?” Zara terkejut, tidak menyangka jika akan bertemu dengan mantan suaminya di butik ini. “Beli setelan baru untuk pesta di rumahku, kan?” Lanjutnya, kemudian dengan santai duduk berhadapan dengan Hakam.Hakam melirik dengan ekor matanya, “Ya, seperti yang biasa terjadi dalam setiap jamuan. By the way, terimakasih atas rumor yang berhasil membuat keluargaku jadi bahan olokan.” Sindir Hakam dengan senyuman sinis.“Rumor apa? Aku sama sekali tidak paham.” Zara memasang wajah linglung yang tidak natural. Jelas dia sedang berbohong.
Read more

BAB 67

Zara pulang dari butik dengan suasana hati yang buruk. Di depan ibunya, dia mengadu tentang apa yang terjadi beberapa saat lalu.“Mereka benar-benar membuatku marah, Ma!” Pekik Zara tidak terima.Wanita paruh baya di depan Zara nampak tenang menghadapi sikap putrinya yang berapi-api. “Apa yang perlu dikhawatirkan? Keluarga kita sudah tidak ada hubungannya lagi dengan mereka. Dan kamu tidak seharusnya mengemis dibawah kaki lelaki yang tidak pernah mencintaimu. Lupakan Hakam, ada banyak pria yang lebih baik dari dia.”“Aku tidak bisa!” Zara mengepalkan kedua tangannya. “Kalau aku tidak bisa mendapatkan Hakam lagi, maka aku juga tidak akan pernah membiarkan perempuan manapun mendapatkannya!”“Apa yang sebenarnya kamu lih
Read more

BAB 68

Ketika kedua orang itu masuk dan berdiri di hadapan Darma dan Batari, atmosfer di dalam ruangan terasa aneh. Seolah-olah itu adalah scene dalam sebuah drama dimana pasangan yang saling mencintai namun di tentang oleh keluarganya sedang meminta restu bersama-sama.“Kalian pulang.” Darma membuka bibirnya lebih dulu. Kemudian matanya turun dan secara tak sengaja melihat pemandangan tak biasa yang cukup membuatnya terkejut.Tidak seperti Darma yang hanya diam, Batari yang juga melihat ‘pemandangan tak biasa’ itu tidak bisa diam saja. Dengan nada sinis dia berkata, “Begitu gugup kah, sampai-sampai harus bergandengan tangan seperti itu?”Puspa yang mendengar ini terkejut, dan baru menyadari bahwa telapak tangan kanannya di lingkupi rasa hangat sejak diluar tadi. Itu adalah tangan Hakam, yang juga tidak menyadari sejak kapan dirinya menggenggam telapak tangan pihak lain yang ukurannya jauh lebih kecil darinya.Mereka berdua jelas tidak menyadarinya. Karena gandengan itu terjalin begitu natur
Read more

BAB 69

“Pa! Lihat putramu itu!” Amuk Batari pada suaminya. Namun, Darma malah balas menatapnya dengan sinis. “Kamu yang berulah sendiri, jadi jangan salahkan aku. Jika bukan karena mulutmu yang terlalu tajam, hal ini tidak akan pernah terjadi. Ingat, Ma, jika sampai Hakam benar-benar tidak datang ke jamuan itu, kita tidak hanya akan dipermalukan. Tetapi kamu juga tidak akan memiliki wajah untuk bertemu dengan semua orang. Termasuk teman-teman sosialita mu yang begitu kamu banggakan. Aku jamin, mereka akan langsung menendangmu dari kelompoknya.”Setelah berkata panjang lebar seperti itu, Darma berdiri dan beranjak pergi ke kamar cucunya. Meninggalkan Batari yang terus kepikiran dengan kalimat terakhir yang disampaikan suaminya. Perlu diingat, Batari begitu menjunjung tinggi imagenya di depan orang lain. Dia bahkan tidak akan ragu menghabisi seseorang jika memang itu diperlukan untuk membuat namanya dipandang baik oleh orang banyak. Dia haus akan pengakuan, dan terus melakukan berbagai cara
Read more

BAB 70

Waktu berjalan cepat, hanya dengan sekali kedipan mata itu sudah berada di penghujung minggu. Sabtu siang ini Puspa dapat kortingan waktu kerja. Karena malamnya dia harus pergi bersama Hakam, setengah hari ini dia gunakan waktunya untuk bersantai.“Bik Asih, saya masih bisa bantu-bantu kok,” Puspa bersikeras, tidak enak hati jika harus bersantai sementara Bi Asih bekerja seorang diri.“Ya ampun, kamu ini. Ini perintah langsung dari Pak Hakam lo. Kalau sampai dia tahu aku izinkan kamu kerja, yang kena masalah bukan kamu, tapi aku!” Bi Asih langsung mendorong pundak Puspa keluar dari dapur. “Pokoknya kamu harus istirahat. Ingat Puspa, acara malam nanti bukan sembarangan pesta. Kalau kamu kelelahan dan kelihatan loyo saat bersanding dengan Pak Hakam, bayangkan betapa mengerikannya amukan Bu Batari.” Mendengar nama ini, Puspa bergidik. Benar sekali, dia melupakan satu fakta penting bahwa Batari sangat menjunjung tinggi gengsi dan penilaian orang lain terhadapnya. Kalau sampai dia membua
Read more
PREV
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status