Home / Romansa / Rentenir Duda Itu Suamiku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Rentenir Duda Itu Suamiku: Chapter 51 - Chapter 60

162 Chapters

BAB 51

Puspa hanya tersenyum sambil mengangguk kecil, kemudian mengabaikan Batari dan langsung masuk dapur untuk mulai masak. Sesuai arahan Bi Asih, Puspa memasak makan siang yang sesuai dengan standar selera Hakam.Dia mulai merebus kentang untuk karbohidrat, telur rebus dan penyet dada ayam yang tidak terlalu pedas sebagai kebutuhan protein, juga beberapa potong jagung rebus manis untuk makanan penutup. Selesai membuat makan siang Hakam, Puspa membungkus rapi itu semua dalam wadah makan yang ada dalam lemari. Namun, Batari tiba-tiba datang dan mendorong Puspa kesamping.“Makan siang untuk Hakam, kan. Minggir dulu kamu, aku mau periksa ada racunnya atau tidak,” celetuk Batari sambil mengendus semua masakan yang dibuat Puspa.Dalam hati, Puspa terheran-heran, ‘Menantu dan mertua kok bisa sama ya sifatnya. Suka fitnah tanpa alasan yang jelas!’ “Oke, ini kayaknya tidak ada racunnya.” Ujar Batari setelah hampir lima menit memeriksa makanan yang dibuat oleh Puspa.“Kalau mau aman, Bu Batari se
last updateLast Updated : 2023-02-19
Read more

BAB 52

Hakam mengangkat alis, heran. “Kamu ini kenapa? Kesurupan?” Selanya, yang langsung membuat Puspa sadar dari lamunan bodohnya.“Eh,” Puspa berkedip sambil menggelengkan kepala. “Maaf, Pak. Uh … ini bekalnya saya taruh di meja.”Hakam melihat gerakan Puspa nampak tidak natural, jelas sedang salah tingkah akibat sesuatu. Namun, Hakam bukan tipe lelaki yang paham mengenai hal semacam itu, dia tidak menganggap serius kelakuan Puspa barusan.“Saya permisi dulu, ya Pak. Mau jemput Hamun sekolah.” Puspa membungkuk kecil dan berbalik. Memutar knop pintu itu, Puspa bergegas pergi dengan detak jantung yang semakin terasa cepat. Dia jelas malu, karena ketahuan sedang memperhatikan majikannya yang memang tampan.“Huh, bisa-bisanya aku berpikir begini. Sadar Puspa, sadar!” Puspa menampar pipinya pelan, kemudian berjalan pergi keluar dari gedung itu.Namun, ketika dia sampai di halaman gedung, Zara terlihat turun dari mobil dan mendekatinya. “Ngapain kamu kesini,” hardiknya sambil menghalangi jalan
last updateLast Updated : 2023-02-19
Read more

BAB 53

Pukul satu siang, bel sekolah berbunyi. Hamun terlihat berjalan bersama beberapa teman lelakinya. Puspa langsung keluar dari mobil sambil melambaikan tangannya ke udara.“Hamun!” Teriak Puspa. Kemudian di balas lambaian dari Hamun. “Sudah lama nunggu Hamun?” Tanya anak itu sambil menggandeng tangan Puspa.Puspa menggeleng, “Tidak lama, kok.” Keduanya berjalan beriringan, kemudian masuk ke dalam mobil dan pulang dengan berbagai obrolan ringan tentang banyak hal. Terutama Hamun yang ternyata sangat penasaran akan berbagai macam hal.“Puspa, menurutmu kenapa Papa dan Mama cerai?” Tanya Hamun tiba-tiba, yang seketika membuat Puspa kebingungan.“Kenapa bertanya masalah ini? Walaupun mereka sudah pisah, kamu masih bisa sering bertemu dengan Ibumu, lho. Jangan sedih,” jawab Puspa.“Tidak, aku tidak sedih.” Hamun menggelengkan kepala, “Aku cuma bingung kenapa orang dewasa bermusuhannya lama sekali. Hamun di sekolah sering berkelahi dengan teman-teman. Tapi besoknya sudah baikan lagi.”Puspa
last updateLast Updated : 2023-02-20
Read more

BAB 54

Ketika Puspa sampai dirumah, Hamun ternyata ketiduran. Karena tidak tega membangunkan tidur nyenyaknya, Puspa minta tolong Pak Sopir menggendong anak itu menuju kamar tidurnya.“Tolong angkat, ya. Hamun kelihatan lelah.” Pak sopir mengangguk saja, kemudian membawa anak itu dalam gendongan bridal. “Langsung ke kamar?” Tanyanya. “Iya, Pak. Langsung ke kamar saja, ya.” Puspa menjawab sambil mengekor di belakang Pak Sopir. Sesampainya di kamar Hamun, anak itu langsung di baringkan di atas ranjangnya. Puspa langsung membantu majikan kecilnya melepas kemeja dan menggantinya dengan pakaian longgar yang nyaman. Selesai dengan urusan Hamun, Puspa langsung berjalan ke dapur dan membantu Bi Asih bersih-bersih. “Makan malam ini masak apa, Bi Asih?” Tanya Puspa sambil merapikan piring yang selesai di lap sampai kering ke dalam rak piring.“Malam ini masak agak banyakan, ya. Barusan aku dapat telepon dari Bu Batari, katanya mau makan malam disini.” Mendengar nama ini, Puspa seketika menghela
last updateLast Updated : 2023-02-20
Read more

BAB 55

Setelah keluar dari kamar Hakam, Puspa bergegas ke dapur dan menyerahkan keranjang pakaian kotor pada Bi Asih. “Ini taruh dimana?” Tanya Puspa sambil menetralkan detak jantungnya.Bi Asih yang sedang berkutat di depan wajan panas berbalik dan melihat wajah merona Puspa. “Mukamu kenapa? Demam?”“Oh? B-bukan, bukan!” Puspa menggeleng sambil tertawa canggung.Bi Asih juga tak ambil pusing dan beralih pada keranjang yang ada di lantai. “Kamu cucikan, ya. Daripada kamu yang masak, nanti kalau rasanya tidak sesuai dengan selera Bu Batari, kita berdua bisa celaka.”“Oh, oke. Kalau gitu aku cuci baju-baju ini dulu,” Puspa langsung setuju dan bergegas menuju halaman belakang rumah. Letak mesin cuci memang ada di luar, namun masih terlindungi oleh atap lebar yang cukup teduh.Sambil menunggu mesin cuci itu menyelesaikan tugasnya, Puspa duduk sambil melamun. “Pak Hakam ternyata sabar, ya.” Gumamnya, tidak menyadari jika saat ini sosok yang sedang dibicarakan baru saja sampai di ambang pintu bel
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

BAB 56

Bi Asih pertama kali keluar dengan nampan berisi nasi panas. Kemudian Puspa menyusul di belakang dengan nampan berisi lauk beberapa macam. “Siapa ini yang masak?” Tanya Batari ketika melihat lauk itu dibawa oleh Puspa.Bi Asih langsung menjawab, “Saya, Bu. Saya yang masak semuanya.”“Baguslah. Orang baru jangan langsung disuruh masak, siapa yang tahu kalau nanti dimasuki racun,” ujar Batari sambil melirik sinis ke arah Puspa.Hakam memutar mata begitu mendengar kalimat ini, sementara Darma hanya diam saja. Hanya Hamun, yang diam-diam berusaha memahami tatapan sang Nenek yang membuatnya bingung, lantaran melirik ke arah Puspa dengan ekspresi aneh sedemikian rupa.Setelah semua hidangan siap, makan malam dimulai. Puspa dan Bi Asih menunggu di belakang sambil mengobrol dengan suara kecil.“Bu Batari kayanya benaran tidak suka dengan kamu, ya.” Bi Asih menggelengkan kepala. Sementara Puspa menghela napas panjang. “Mau bagaimana lagi,” jawabnya singkat sambil mengangkat kedua bahunya.Di
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

BAB 57

Makan malam selesai. Kini, keluarga itu sedang berkumpul di ruang keluarga sambil membuat berbagai macam obrolan di antara mereka. Hamun jadi peran utama, dimana di antara semua obrolan itu, sebagian besar adalah celotehan si kecil mengenai kehidupan di sekolahnya. Entah itu tentang sifat teman-temannya, tentang pelajaran dan lain sebagainya.Darma hanya tersenyum saja, menanggapi sang cucu dengan sabar karena Hamun memang cucu kesayangannya. Melihat ke arah jam dinding, dia akhirnya menyadari bahwa waktu sudah malam dan mereka harus segera pulang.Sebelum berpamitan, Darma dengan serius mengingatkan Hakam. “Segera pikirkan siapa pasangan yang akan kamu bawa saat jamuan nanti. Papa akan tunggu jawaban secepatnya.”Hakam hanya mengangguk saja, kemudian mengantar kedua orang tuanya sampai ke halaman depan. Melihat sedan mewah itu melaju lambat keluar dari pekarangan rumah dan menghilang tak lama setelahnya.“Ayo masuk,” Hakam menggenggam lengan Hamun masuk.Anak itu melamun sambil berj
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more

BAB 58

Puspa yang baru sampai di dapur bersih, melihat Hakam sedang duduk dimeja makan dengan wajah aneh. “Pak?” Panggil Puspa dengan ekspresi bingung.Hakam berdehem, “Ya? Kenapa?” Tanyanya balik, namun tidak mau melihat ke arah Puspa.“Mau saya buatkan sesuatu? Kopi atau teh hangat, mungkin?” Hakam menggeleng, “Tidak usah, aku cuma mau duduk disini saja. Kamu buatkan susu untuk Hamun, dia menunggu di kamarnya.”“Iya, ini saya memang mau buat susu untuk Hamun.” Puspa berjalan ke depan dan berjinjit untuk mengambil susu formula yang ada di dalam lemari cabinet. Tetapi, karena kotak susu ada dibagian ujung lemari, Puspa tidak bisa menjangkaunya.“Pak Hakam, bisa tolong ambilkan susunya? Ini kayanya Bi Asih yang dorong sampai ujung. Saya tidak sampai.” Pinta Puspa dengan wajah tidak enak.Hakam tidak langsung menjawab, justru sekarang makin berekspresi aneh. Seolah ada sesuatu yang membuatnya tak bisa bergerak leluasa. “Pakai kursi saja. Aku sedang … malas berdiri.” Jawab Hakam, aneh. Namun
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more

BAB 59

Keesokan harinya, Puspa bangun pagi dan menyiapkan sarapan sendirian. Bi Asih izin tidak datang karena ada sesuatu yang harus dilakukan bersama keluarganya.“Ternyata lelah juga mengerjakan semuanya sendirian.” Puspa mengeluh, duduk di kursi dapur setelah menyelesaikan semua pekerjaan paginya. Sarapan kali ini sangat sederhana, hanya roti panggang dengan selai saja. Puspa benar-benar kewalahan mengerjakan semuanya seorang diri.Setelah menyelesaikan pekerjaan dapur, Puspa bergegas membangunkan majikan kecil dan membantunya bersiap berangkat sekolah. Pukul setengah tujuh tepat, pasangan ayah dan anak itu sudah duduk manis di kursinya masing-masing.“Maaf, ya. Sarapan pagi ini cuma roti panggang saja. Saya baru dikabari Bi Asih pagi tadi kalau dia tidak bisa datang. Jadi, semuanya serba mendadak,” Puspa dengan tulus meminta maaf, merasa bahwa dia tidak bisa memenuhi tanggung jawab sepenuhnya sebagai seorang pelayan.Hakam menggeleng, “Tidak apa. Lagipula Bi Asih biasanya memang selalu m
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more

BAB 60

Puspa tidak langsung ke kebun sawit, dia mampir dulu ke warung untuk membeli beberapa cemilan murah. Sengaja cari yang murah, karena semua cemilan mahal sudah dimiliki Hakam di rumahnya. “Pak Hakam!” Puspa melihat lelaki itu sedang menanam sesuatu di bedeng tanah yang beberapa waktu lalu selesai ia cangkul.“Ada apa?” Hakam bertanya sambil mengusap peluh di dahinya. “Ada masalah di rumah?” Tebaknya kemudian.Puspa menggeleng, “Saya tidak ada kerjaan dirumah, jadi mau kesini bantu-bantu Bapak berkebun,” jawabnya jujur. Membuat Hakam terheran-heran dan hanya bisa mengangkat satu alisnya.“Yakin mau bantu?” Tanyanya. “Yakin, lah!” Puspa dengan ekspresi bersemangat langsung datang mendekati Hakam yang barusan selesai menanamkan satu pohon bibit cabai yang berhasil di semai. “Ini tanaman apa, Pak?” Tanya Puspa penasaran.“Cabai rawit. Lahan disekitar sawit cukup lebar, jadi aku manfaatkan untuk berkebun. Kamu kalau mau bantu-bantu, kesana …” tunjuknya kearah kumpulan bibit cabai yang ber
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more
PREV
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status