Home / Romansa / Rentenir Duda Itu Suamiku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Rentenir Duda Itu Suamiku: Chapter 91 - Chapter 100

162 Chapters

BAB 91

“Ehh?” Mendengar jawabanku, pak dokter tua itu terkejut. Dia berjalan ke arahku, kemudian mengambil alih tanganku untuk dia bantu berdiri, kemudian dituntun menuju ranjang kecil yang ada disana. “Jadi dia bukan suamimu? Tapi dia terlihat sangat khawatir.”Aku menggaruk pipi, “Kami memang dekat, tapi belum sampai tahap seperti itu.”“Ahh…” Pak dokter mengangguk karena langsung memahami maksudku. Karena posisiku duduk di ranjang, pak dokter itu duduk di kursi lain yang langsung menghadap ke arahku dan mengangkat kakiku yang terluka.“Aih, kukumu bahkan sampai menganga seperti ini. Bagaimana bisa?” Kepalanya menggeleng prihatin. “Ya, tidak sengaja.” Aku tertawa canggung, “Apa itu akan dibiarkan seperti itu? Atau kukunya harus dicabut semua?” Ketika menanyakan hal ini, aku merasa sedikit ngeri membayangkan betapa sakitnya.“Tidak perlu di cabut semua, karena bagian tengah ke belakang tidak terkelupas,” jawab dokter itu sambil mengamati kukuku. “Kamu setuju untuk memotong sebagian kukunya
Read more

BAB 92

“Itu apa?” Pak Hakam bertanya lagi dengan tidak sabar. Entahlah, aku tidak tahu kenapa saat ini wajahnya terlihat agak tidak senang. Mungkinkah dia menyesali pernyataan cintanya dan memang berharap aku menolaknya saja?Ketika aku membuka mulut hendak menjawab pertanyaannya, Pak Hakam sudah lebih dulu membuka suara. “Jangan bilang kamu berniat menolak perasaanku secepat itu?”“Eh?” Aku terkejut, kemudian buru-buru melambaikan kedua tanganku. “Mana mungkin seperti itu, kaki saya tersandung karena terburu-buru ingin menerima perasaan bapak!”Pak Hakam sepertinya sangat terkejut dengan jawabanku. Terbukti, setelah aku menyelesaikan kalimatku, mobil itu berhenti tiba-tiba karena rem diinjak terlalu cepat. Untung saja jalanan sedang sepi, kalau tidak bisa-bisa kami kena tilang polisi.“Pak!” Aku mengeluh karena terkejut, rambut panjangku sampai berantakan ke wajah semua akibat rem mendadak itu. “Kamu serius dengan apa yang kamu katakan?” Kali ini, aku mendengar suara Pak Hakam seperti seor
Read more

BAB 93

Ketika aku sampai disana, rasanya sangat sepi. Hanya ada sopir yang sekaligus jadi satpam, sedang mencuci mobil milik majikannya sambil bernyanyi ria. Aku mengabaikannya dan langsung masuk begitu saja. Ketika kakiku pertama kali menginjak lantai bagian dalam dari rumah itu, aroma masakan yang sangat harum langsung menyambut hidungku.Aku enggan mengakuinya, namun memang masakan ini cukup menggugah seleraku. Aku melanjutkan langkah menuju dapur, namun Bi Asih terlihat keluar dengan kemoceng di satu tangan.“Nyonya Zara?” Ujarnya terkejut, kemudian memberi salam basa-basi padaku.“Dimana Hakam?” Tanyaku setelah membalas singkat sapaan Bi Asih.Bi Asih berkedip, “Tuan masih ada dikamarnya. Sepertinya belum bangun.” “Belum bangun? Tidak biasanya.” Aku mengernyitkan alis, namun memilih abai dan lanjut berjalan menuju dapur. Disana, aku lihat gadis miskin itu sedang sibuk memasak di depan kompor.Bahkan, dia tidak menyadari kehadiranku. Sekalinya ingat, aku malah dikira Bi Asih, kurang aja
Read more

BAB 94

“Kamu benar-benar tidur dengan Hakam?” Mataku mendelik. “Bukan urusanmu, apapun yang aku lakukan—”PLAK!Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, aku sudah tidak tahan dan tanpa ampun memberinya tamparan keras. “Kurang ajar! Kamu pembantu yang tidak tahu diri!” Aku semakin kalap. Kali ini kudorong keras tubuhnya hingga jatuh ke lantai. Setelah itu, aku tidak berhenti dan beralih memberi pelajaran pada rambutnya yang panjang. Kutarik segenggam dan kubuat kepalanya kesakitan.Aku sungguh puas melihatnya menderita tetapi tidak mampu membalas karena kakinya sedang sakit. Ini kesempatan emas, jadi kubuat dia lebih tersiksa dengan menarik kuat genggaman rambut di tanganku. Alhasil, beberapa helai berhasil tercabut paksa dan dia semakin menjerit kesakitan.“ZARA!” Mendengar teriakan ini, aku tidak terkejut. Kulihat Hakam datang dengan wajah marah, dan aku langsung melepaskan tanganku sepenuhnya dari kepala Puspa.Melihat wajah marah Hakam, aku yakin dia juga marah pada Puspa. Mungkin dia men
Read more

BAB 95

POV HakamAku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Alasannya karena jawaban Puspa beberapa saat lalu terngiang-ngiang di kepalaku. Karena dia setuju, bukankah itu artinya kami sudah menjadi pasangan kekasih? Memikirkannya saja sudah membuatku merasa aneh. Bukan aneh yang bagaimana, ini hanya semacam rasa berbeda yang tidak pernah aku rasakan. Karena memang baru kali ini aku tertarik pada seorang wanita tanpa paksaan siapapun, benar-benar atas kehendak hatiku sendiri.Melihat jam dinding, itu sudah pukul tiga dini hari. Aku tidak bisa terus begadang, karena besok masih harus pergi ke kantor untuk bekerja. Jadi, kupaksa mataku terpejam dan jangan sampai ku buka lagi. Entah berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk tidur, yang pasti, aku terbangun karena kebisingan yang terjadi di luar kamar.Awalnya kukira itu mimpi. Tetapi ketika aku mengerjapkan mata dan perlahan mengembalikan kesadaranku yang belum sepenuhnya terkumpul, teriakan itu terdengar semakin nyata, dan pada saat itu aku baru me
Read more

BAB 96

“Kok bisa ya ada orang sejahat itu,” ujar Puspa sambil menggeleng. “Maksudnya, kok bisa sampai hati melakukan kekerasan seperti itu cuma karena sesuatu yang belum tentu benar adanya.”Aku langsung menjawab, “Makanya aku peringatkan, jangan dekat-dekat dengan Zara. Aku yakin setelah tahu hubungan yang kita jalin sekarang, dia tidak akan tinggal diam.”“Pak Hakam berarti sangat berkarisma, buktinya mantan istrinya pun masih suka, kan?”“Jangan ngawur kamu,” aku mengetuk dahi Puspa pelan, kemudian segera menyelesaikan perban baru di jempol kakinya dengan cukup sempurna. Melihat hasil kerjaku sendiri, aku mengangguk puas. “Oke, sekarang sudah selesai dan kamu sebaiknya istirahat.”“Tapi masih banyak kerjaan, pak.”Aku langsung mendelik, “Ada Bi Asih yang kerjakan, dia juga pasti paham kondisi kamu sedang tidak baik.”“Iya, istirahat saja Puspa. Biar saya yang kerjakan semuanya hari ini.” Bi Asih yang datang teh hangat langsung menyahut. “Teh hangatnya di minum dulu, biar pikirannya jernih
Read more

BAB 97

“Papa juga bilang begitu.” Hamun mengangguk, kemudian menatapku sambil tersenyum lebar. “Teman-temanku bilang masakan Puspa enak, mereka mau lagi!”Aku terdiam sambil menggaruk pipiku yang tak gatal. “Hamun, sepertinya kalau setiap hari aku memasak sebanyak itu, mustahil. Bagaimana dengan satu bulan sekali?”“Oh, benar juga.” Anak itu menepuk dahinya, dia memeluk sebelah lenganku dan meminta maaf. “Maaf, ya. Pasti sangat melelahkan masak sebanyak itu.” “Yah, syukurlah kalau kamu sadar.” Aku tertawa dan menjawab dengan jujur. Memasak dengan porsi sebanyak itu memang lelah, apalagi kerjaanku bukan cuma sekadar memasak, masih ada banyak pekerjaan lain yang harus dikerjakan dalam satu hari. Jika setiap hari aku memasak seperti itu, lebih baik aku resign!Untungnya, Hamun bisa diajak kompromi dan sangat pengertian. Dia mengaitkan jari kelingkingnya padaku dan berkata, “Oke, satu bulan sekali setiap tanggal 15. Bagaimana?”Aku mengedipkan mata sebagai jawaban setuju. Kemudian kami berdua m
Read more

BAB 98

Zara tidak main-main dengan rencananya. Keesokan harinya, dia langsung bertemu dengan sosok teman lama yang ternyata bekerja sebagai pesuruh bayaran. Ya, sebutannya memang pesuruh bayaran karena dia mau melakukan perintah apapun, termasuk membunuh orang, asal dengan bayaran tinggi serta diberi perlindungan. Tentu saja, dalam hal uang, Zara tidak kekurangan. Dan untuk masalah perlindungan, meskipun dia tidak memiliki kerabat di ranah hukum atau semacamnya, setidaknya dia punya uang. Dengan uang, semua bisa diatur sesuka hati.Pagi ini, Zara mengirimkan lokasi kepada pesuruh bayaran itu. Dia bahkan tidak ingin membuang waktu lebih lama dan meminta bertemu di pagi hari. Terlihat tidak sabar untuk segera melakukan rencananya.“Kamu terlambat lima menit,” Zara menaikkan alis ketika melihat sosok itu datang. Tidak ada yang tahu jenis kelaminnya, karena pesuruh bayaran sangatlah menjaga privasi dirinya sendiri. Dengan pakaian berlapis-lapis, bahkan jika dia punya payudara, itu akan tertutupi
Read more

BAB 99

Iya, Elisha Humeera dulunya adalah gadis muda dari keluarga kaya. Dia sangat dimanjakan dalam segala hal, sehingga sikapnya arogan dan suka memerintah. Semua keinginannya harus terpenuhi seketika itu juga, apabila tidak, orang-orang yang ada disekitarnya akan jadi korban.Suatu hari, Elisha Humeera yang masih berusia muda, bertemu dengan seorang lelaki tampan namun sederhana. Sejak pandangan pertama, dia langsung suka pada lelaki itu dan meminta bantuan ayahnya untuk mencari tahu soal latar belakang keluarganya. Namun, begitu sang ayah tahu bahwa lelaki yang disukai oleh putrinya hanyalah pria sederhana tanpa kekayaan apa-apa, dia langsung menolak gagasan Elisha.Namun, Elisha yang sejak kecil selalu dimanjakan merasa tidak adil dengan keputusan sang ayah. Akhirnya, secara diam-diam dia masih terus mendekati lelaki itu. Sementara itu di pihak lelakinya, dia tidak suka pada Elisha. Karena sejatinya dia sudah memiliki pasangan sendiri.Elisha tidak peduli dan terus meluangkan waktu unt
Read more

BAB 100

Hampir satu jam mereka berbincang, sebelum akhirnya berhasil membuat rencana brilian, namun Zara agak kecewa dengan rencana itu.“Aku suka rencananya, tetapi aku ingin sesuatu yang sadis. Bukan seperti ini,” keluhnya. Yang segera mendapat tanggapan bijak dari lawan bicaranya.“Ini bukan soal sadis lagi, tapi tentang keberhasilan rencanamu. Percuma kamu membuat rencana pembunuhan tetapi tidak berpengaruh pada musuhmu, siapa namanya, Puspa kan?”Zara menghela napas, “Awalnya aku ingin begitu. Aku pikir, setelah ibunya meninggal dia akan sedih dan melupakan Hakam.”“Mana mungkin bisa semudah itu. Jika Elisha mati, Puspa hanya akan sedih sebentar, lalu apa? Hakam akan lebih kasihan padanya dan semakin menginginkan dia sebagai pasangan. Setelah itu, tidak menutup kemungkinan mereka akan menikah lebih cepat lagi. Apa ini keinginanmu?”Zara langsung menggeleng, “Kamu benar. Lebih baik pakai rencana ini dulu. Mengancamnya mungkin bisa lebih berguna.”“Bukan cuma mengancam. Setelah kamu memega
Read more
PREV
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status