Home / Romansa / Rentenir Duda Itu Suamiku / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Rentenir Duda Itu Suamiku: Chapter 101 - Chapter 110

162 Chapters

BAB 101

“Kamu pikir aku orang bodoh?” Setelah berpikir sejenak, Elisha kembali mendapatkan kesadarannya. Dia tahu putrinya lebih dari siapapun, Puspa tidak mungkin melakukan hal sekejam itu, apalagi sebelumnya sudah pernah ia peringatkan. “Jangan coba membuat tuduhan kosong tanpa bukti! Jika kamu hanya bisa mengatakannya tanpa memberi bukti, silakan angkat kaki dari sini karena aku lebih percaya pada putriku!”Zara tahu hal ini akan terjadi, jadi dia langsung mengeluarkan semua foto kebersamaan Puspa dan Hakam yang berhasil ia kumpulkan. Zara juga menunjukkan foto pernikahannya dengan Hakam beberapa tahun lalu.“Lihat foto ini, ini aku dan disebelahku adalah suamiku. Sekarang, kamu lihat foto anakmu itu dan bandingkan sosok lelaki yang ada bersamanya.” Zara mendengus, “Kamu pikir, pembantu yang seperti apa, sampai-sampai bisa terlihat mesra begitu bersama majikannya?”“Ini… ini tidak mungkin!” Elisha gemetar ketika melihat lembaran foto-foto itu. Sejak kecil, dia berusaha memberi pendidikan y
Read more

BAB 102

“Ada apa?” Tanya Hakam, yang saat ini sedang berkumpul bersama Puspa dan Hamun di taman belakang.Puspa menggelengkan kepalanya, namun ekspresi wajahnya jelas terlihat tidak baik-baik saja. “Kamu jangan bohong,” Hakam mengerutkan kening, kemudian meminta Hamun pergi masuk ke dalam dan meninggalkan mereka berdua. “Apa yang terjadi? Ibumu sakit?” Lanjutnya.Puspa lagi-lagi hanya menggeleng, “Ibuk sepertinya marah, tapi aku tidak tahu karena apa. Dia bahkan sampai mengancam jangan pernah pulang kalau hari ini aku tidak menjenguknya.”Hakam terkejut mendengar ini, “Separah itu? Apa kamu bahkan tidak pernah meneleponnya akhir-akhir ini?”“Ya, sepertinya karena itu. Karena aku jarang menghubunginya akhir-akhir ini,” Jawab Puspa agak ragu. Sementara ini berasumsi demikian karena belum tahu pasti alasan sang ibu terdengar begitu marah padanya.“Kalau begitu pulang cepat. Hari ini, kamu bisa pulang dan menginap sampai besok. Jangan buat ibumu kesal.” Puspa juga berpikir demikian, jadi dia me
Read more

BAB 103

“Kenapa tidak ambil cuti seminggu? Sebulan, atau kalau bisa selamanya tidak usah kerja.”Puspa terdiam, kemudian menggenggam pergelangan tangan Elisha dan membujuk. “Puspa tahu beberapa hari terakhir jarang menelepon, tolong jangan marah, ya.”“Ini bukan soal itu.” Elisha menghela napas. “Kamu ingat Ibuk pernah bilang apa? Jangan lupa siapa kamu ketika sedang bekerja. Saat ini, kamu bekerja sebagai pembantu di rumah orang lain. Jadi, ingatlah siapa kamu sebenarnya!”Puspa mengangguk keras, “Aku tahu, Puspa tidak lupa siapa Puspa sebenarnya. Ibuk jangan khawatir, ya.”“Ibuk khawatir!” Elisha mulai terlihat emosional. “Sudah ibuk bilang, jangan berhubungan terlalu dekat dengan siapapun di luar sana. Termasuk keluarga majikan yang sedang kamu jadikan sebagai ladang nafkah. Kenapa kamu tidak mengikuti nasehat ibuk?!”Wajah Puspa membeku mendengar kalimat ini, ‘Mungkinkan ibuk tahu kalau…’“Buk, Puspa mau tanya. Apa ada sesuatu yang ingin Ibuk sampaikan? Ibuk baru dapat berita apa?” Puspa
Read more

BAB 104

Ketika malam tiba, rumah kayu itu masih terasa sangat dingin. Meskipun ada dua manusia di dalamnya, namun keduanya seolah orang asing yang enggan untuk berbicara satu sama lain. Elisha masih menyiapkan makan malam seperti biasa, sementara Puspa tetap di dalam kamar dan melamun. Lamunan Puspa buyar ketika suara ketukan pintu itu mengejutkannya. Dari luar, ada suara Elisha yang memintanya untuk makan malam. “Makan malam sudah siap. Keluarlah,” ujar Elisha singkat, kemudian pergi lagi. Sementara Puspa juga beranjak dengan gontai, membuka pintu kamar dengan handuk di pundak, berniat mandi terlebih dahulu sebelum makan malam. Puspa tampak lebih segar setelah mandi, tetapi ketika dia tiba di meja makan, lauk sepertinya sudah berkurang, pun nasi yang ada disana. Sepertinya Elisha makan duluan selagi ia mandi. Puspa tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menghela napas. Dia mengambil tempat duduk dan makan dengan tenang. Setelah makan, Puspa sempatkan masuk ke kamar sang ibu. Tetapi Elisha
Read more

BAB 105

Puspa mengedipkan mata. Kemudian, ketika menyadari maksud dari kalimat Hakam, wajahnya memerah. “Pak, ini hanya sehari, Mungkin juga setengah hari, pokoknya tidak akan terlalu lama. Setelah aku menyelesaikan masalah ini dengan ibuk, pasti langsung kembali. Janji.”“Oke, aku pegang kata-katamu. Aku-- maksudku Hamun, anak itu pasti merindukanmu.”“Yah ...” Puspa menahan tawa. “Itu benar. Hamun pasti yang paling merindukanku.”Mereka terus bicara, tanpa sadar melupakan masalah Puspa yang barusan sedang di keluhkan. Ketika panggilan telepon itu diakhiri, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh. Puspa langsung terdiam lagi, lingkungannya yang sepi mendukung keluh kesah dalam hatinya. Gelisah tak menentu akibat sikap sang ibu yang terlihat sangat berbeda dari biasanya.Keesokan harinya, Puspa berinisiatif bangun pagi dan menyiapkan sarapan. Ketika dia melihat ibunya keluar dan mengambil air putih dari dalam teko, Puspa segera mendekat dan membuka obrolan.“Buk, sarapannya sudah siap. Ayo lang
Read more

BAB 106

“Ada kabar terbaru?” Tanya Zara ketika melihat orang suruhan yang dia minta mengawasi kediaman Puspa datang menghadap. “Tidak ada, Nyonya. Mereka tidak terlihat sedang bertengkar. Justru saya lihat akrab sebagaimana ibu dan anak seperti biasa.”Mendengar ini, Zara menurunkan senyuman di bibirnya. “Ternyata tidak berhasil, ya. Elisha terlalu pengecut untuk memerintah anaknya. Tapi tidak apa-apa,” ujarnya sambil tersenyum menenangkan diri. “Aku sudah menyiapkan rencana lain yang jauh lebih baik dari itu.”Menyesap teh hangat dari bibir cangkir itu, Zara menyunggingkan senyuman penuh arti. Sepertinya Elisha perlu diberi sedikit pelajaran. Jadi, dia harus menggunakan kartu truf wanita itu untuk membuatnya sedikit gentar.“Aku harus pergi.” Zara berdiri dan meminta lelaki di depannya pergi. Setelah itu, dia bersiap-siap dengan mengenakan pakaian terbaiknya dan pergi mengendarai kuda modern yang terlihat sangat mewah.Di sisi lain, Puspa yang baru berbaikan dengan ibunya, kini berniat perg
Read more

BAB 107

“Ada apa?” Hakam baru saja membuka gerbang untuk menyambut kedatangan Puspa, tetapi yang dia dapatkan malah ekspresi aneh dari gadis itu.“Perasaan saya tidak enak, Pak.” Jawab Puspa. Padahal jelas-jelas dia pergi dengan suasana hati yang baik, tetapi baru saja dia seolah mendapat bayangan buruk dimasa depan, walau tidak tahu hal macam apa yang akan ditemui nanti.Telapak tangan Hakam langsung menempel di dahi Puspa, “Mungkin kamu demam. Ayo masuk dulu, biar aku siapkan obat penurun demam.”“Oke,” Puspa tidak menolak dan dengan langkah gontai mengikuti Hakam masuk kedalam rumah.Melihat keadaan rumah yang sepi, Puspa jadi bertanya-tanya. “Hamun mana?” Tanyanya.“Barusan telepon, nanti pulang sekolah langsung pergi ke time zone di mall. Ini mungkin jadwalnya bermain disana, jadi biarkan saja.”Puspa mengangguk, “Berarti Bi Asih dan pak sopir juga pulang telat, ya.”“Jelas. Setidaknya mereka baru pulang sekitar pukul 5 sore nanti.” Jawab Hakam, kemudian langsung menyadari ada yang salah
Read more

BAB 108

“Sudah selesai,” ujarku ketika berhasil melepas sehelai benang yang nyangkut di kalung itu. Tetapi aku tidak langsung menjauh begitu saja. Karena melihat kulit halus itu dengan jarak sedekat ini, darahku mendidih dan tanganku masih gatal ingin menyentuhnya.“Pak?” Puspa tiba-tiba memanggil dan menyadarkan lamunanku yang berbahaya. Aku terkesiap dan seketika mundur beberapa langkah. Kulihat Puspa berbalik dan menatapku sambil menutupi bagian depan tubuhnya menggunakan kedua tangannya. “Saya …” Puspa terlihat sangat gugup saat ini. Kulihat dia menggigit bibirnya sambil menundukkan kepala. Aku juga ingin mengatakan sesuatu, namun bibirku hanya mampu terbuka selama beberapa saat, kemudian menutup lagi dengan sendirinya.“Itu … kamu lanjutkan saja.” Aku akhirnya berkata dengan berat hati. Entahlah, walau niat awalku memang ingin berduaan dengan Puspa didalam sini, tetapi pikiranku langsung berubah ketika melihat reaksi gadis itu yang terlihat sangat gugup. ‘Mungkin aku terlalu buru-buru,
Read more

BAB 109

Namun, Hakam sedang diburu waktu dan hanya bisa menolak gagasan Puspa. “Aku harus berangkat sekarang. Kalau kamu mau menyusul, pakai saja mobil yang ada di bagasi. Maaf, aku harus berangkat sekarang.”Tidak menunggu jawaban Puspa, lelaki itu secepat kilat berlari keluar dengan mengendarai mobilnya seperti orang kesetanan.“Aduh, ini susah sekali!” Karena terlalu panik, Puspa sampai lupa cara mengikat tali jubah mandi di pinggangnya dengan benar. Setelah masalah sepele itu diselesaikan, dia langsung berlari kencang menuju kamarnya dan mengenakan pakaian secara acak.Untunglah, dia bukan tipe perempuan yang lambat berpakaian, dan itu sangat membantunya ketika sedang berada dalam situasi genting seperti ini. “Oke, aku siap!”Puspa berlari ke kamar Hakam dan melihat dua kunci tergantung rapi. Yang satu kunci mobil, sementara yang lain adalah kunci sepeda motor yang sering dipakai Bi Asih bepergian untuk keperluan belanja. Tanpa pikir panjang, Puspa langsung menyambar kunci motor dan berla
Read more

BAB 110

Bukan hanya itu, dia juga sudah menyiapkan beberapa orang yang nantinya siap mengangkut Puspa secara paksa, yang saat ini sedang berkendara sendirian menuju mall. Bukannya ini sempurna? Zara bahkan berpendapat bahwa Tuhan membantu rencananya karena membantunya memisahkan kepergian Hakam dan Puspa, sehingga memudahkannya untuk melakukan rencananya sekaligus membuat dongeng palsu buatannya semakin terlihat nyata.Zara berdiri di depan monitor yang menampilkan dua ruangan yang sudah terpantau kamera. Dari layar itu, dia bisa melihat Elisha sibuk mengacak-acak semua barang dan mengambil apapun yang dianggap sebagai barang berharga.“Ibu yang begitu menyayangi anaknya,” gumam Zara sambil tersenyum sinis. Setelah benda-benda berharga dirumah ini berhasil diambil, Zara akan membuat Puspa menghilang bagai ditelan bumi. Sementara itu, dia akan membuat Hakam percaya bahwa kepergian Puspa memanglah disengaja, seakan-akan kabur setelah puas merampok isi rumahnya.Melihat dari layar monitor Elisha
Read more
PREV
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status