Puspa melongo, tidak menyangka jika pujian secara acak yang disampaikan itu berhasil menyentuh hati orang lain.Puspa tersenyum, "Bukan apa-apa, aku memang berpikir bahwa berkebun itu keren. Jangan pikirkan omongan orang. Jadi diri sendiri akan jauh lebih menyenangkan.""Hmm," gumam Fajar, kemudian mereka berjalan beriringan melewati jalan setapak kecil mengarah ke tengah sawah."Astaga, Puspa! Ibuk kira kamu kemana!" Baru saja mereka sampai di halaman rumah itu, Elisha langsung berhamburan keluar dengan ekspresi khawatir di wajahnya. Puspa yang sudah tahu ibunya khawatir dia kabur, hanya mencoba memasang wajah lucu."Ibuk ini ada-ada saja, lihat, belanjaan Puspa sangat banyak. Tentu saja memakan waktu lama. Ini bahkan dapat tumpangan gratis dari yang punya toko. Kalau tidak, Puspa sampai rumahnya besok."Elisha menghela napas, kemudian menatap Fajar yang tampan penuh makna. "Terimakasih ya, nak." Ucapnya sambil menatap dalam-dalam wajah pemuda itu.Seketika itu juga, Elisha langsung
Read more