Home / Romansa / Rentenir Duda Itu Suamiku / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Rentenir Duda Itu Suamiku: Chapter 121 - Chapter 130

162 Chapters

BAB 121

“Ini warungnya.” Si botak menghentikan langkah di pinggir jalan. Di sebelah kanannya terdapat ruko besar yang memiliki tiga pintu. Masing-masing menjual benda-benda yang berbeda. Ruko paling ujung berjualan sembako, yang tengah seperti perabotan rumah tangga, dan yang ujung sebelah kiri menjual berbagai sayur-mayur segar.Melihat ini, Puspa seakan melihat pemandangan surga. Betul-betul menyenangkan bisa menemukan satu tempat yang menjual banyak keperluan sekaligus. Karena bisa menghemat waktunya untuk bepergian karena semuanya sejalur.Puspa mengangguk, “Ayo ikut masuk, kalian langsung ambil es krim yang manapun, sesuka kalian,” ujarnya sambil berjalan menuju toko yang menjual sembako. Di bagian paling depan ada kulkas khusus es krim berbentuk kotak, dan anak-anak itu tampak antusias melihat kedalamnya.“Eh, eh. Anak-anak tidak boleh main di sana, kalau cuma mau lihat-lihat dan gak mau beli, silakan pergi!”Senyuman Puspa langsung runtuh begitu mendengar interupsi yang sangat menyingg
Read more

BAB 122

Puspa langsung berjalan ke ruko yang menjual sayuran dan melihat-lihat dengan semangat. "Ini bahkan lebih segar dari yang ada di supermarket," gumamnya sambil memilah sawi manis yang ada di depannya."Tentu saja segar, semua sayur ini hasil tanaman keluarga kami." Puspa yang sedang fokus memilih sayuran dikejutkan dengan sosok pemuda yang ada di sebelahnya. Kalau di lihat dari wajahnya, kemungkinan besar mereka seumuran.Puspa tersenyum, "Wah, jadi sayuran ini kamu yang tanam?"Lelaki itu tersenyum sambil mengangguk, "Namaku Fajar Swara. Panggil saja Fajar. Namamu siapa?""Oh, aku Puspa." Puspa langsung membalas jabatan tangan itu dan tersenyum. "Aku lihat semua sayurannya segar, kamu penanam yang hebat." Pujinya, membuat lelaki bernama Fajar itu terkejut sejenak.Ini karena sangat jarang perempuan menghargai pekerjaannya sebagai pencinta berkebun. Fajar seakan-akan mendedikasikan dirinya untuk menanam segala jenis sayuran bersama keluarganya. Tak banyak yang tahu, tetapi kalian har
Read more

BAB 123

Puspa melongo, tidak menyangka jika pujian secara acak yang disampaikan itu berhasil menyentuh hati orang lain.Puspa tersenyum, "Bukan apa-apa, aku memang berpikir bahwa berkebun itu keren. Jangan pikirkan omongan orang. Jadi diri sendiri akan jauh lebih menyenangkan.""Hmm," gumam Fajar, kemudian mereka berjalan beriringan melewati jalan setapak kecil mengarah ke tengah sawah."Astaga, Puspa! Ibuk kira kamu kemana!" Baru saja mereka sampai di halaman rumah itu, Elisha langsung berhamburan keluar dengan ekspresi khawatir di wajahnya. Puspa yang sudah tahu ibunya khawatir dia kabur, hanya mencoba memasang wajah lucu."Ibuk ini ada-ada saja, lihat, belanjaan Puspa sangat banyak. Tentu saja memakan waktu lama. Ini bahkan dapat tumpangan gratis dari yang punya toko. Kalau tidak, Puspa sampai rumahnya besok."Elisha menghela napas, kemudian menatap Fajar yang tampan penuh makna. "Terimakasih ya, nak." Ucapnya sambil menatap dalam-dalam wajah pemuda itu.Seketika itu juga, Elisha langsung
Read more

BAB 124

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Batari kepada dokter lelaki yang baru saja selesai memeriksa keadaan Hakam.Dokter itu tersenyum, "Tidak apa-apa. Hanya syok berlebihan yang membuatnya lemas. Setelah bangun nanti, langsung siapkan air hangat untuk diminum. Juga, pastikan untuk tidak menanyakan hal yang bersangkutan dengan … kau tau, pemicunya."Dharma langsung paham, "Baik, kami tidak akan menanyakan hal apapun terkait dengan Puspa." "Itu bagus," Dokter itu menghela napas. "Ini adalah pertama kali aku melihatnya sampai seperti itu. Bukannya ini berarti perempuan itu sangat penting baginya?"Batari terdiam dengan wajah menyesal. Sementara Dharma juga ikut menghela napas. "Bukan sekadar kemungkinan. Itu fakta bahwa Puspa adalah wanita pertama yang dia suka. Jadi wajar reaksinya akan jadi seperti ini."Dokter lelaki itu kurang lebih sudah tau mengenai sifat orang-orang yang ada di keluarga ini. Termasuk Batari yang cukup pemilih dalam urusan pasangan Hakam. Dia bahkan juga tau jika pernika
Read more

BAB 125

"Aku benar-benar berdosa," Batari menangis lagi. "Ini semua karena Zara—"Berhenti menyalahkan orang lain. Entah itu aku atau kamu, kita berdua sudah salah sejak awal. Tidak ada gunanya menyalahkan orang lain," potong Dharma dengan wajah tak senang."Aku tau, tapi Zara juga mengambil peran besar dalam keputusanku. Aku dulu selalu merasa bahwa tidak ada wanita sebaik dirinya, sehingga aku buta dan enggan melihat orang lain, enggan menyadari kesalahan yang sudah dia lakukan sejak menikah dengan Hakam.""Bagus kalau kamu sadar," Dharma mengangguk, "Tetapi tidak ada gunanya menyesalinya. Yang harus kita lakukan sekarang adalah meminta maaf pada Hakam dan membujuknya.""Aku tahu," Batari mengabaikan Dharma dan mulai fokus pada Hakam saja. Melihat sang istri seperti enggan bicara padanya, Dharma langsung pergi meninggalkannya dan berjalan menuju ruang tamu. Disana, Zara dan Hamun terlihat sedang bercengkrama hangat. "Apa yang kalian lakukan?" Tanyanya menatap cucu lelakinya dengan pandang
Read more

BAB 126

"Papa!" Hamun begitu bersemangat dan langsung memeluk Hakam. "Hamun, jangan ganggu Papamu dulu," Dharma mengingatkan sambil menuntunnya untuk turun dari ranjang. Melihat sang putra yang hanya membuka mata tapi tidak mengatakan apapun, Dharma jadi sedikit khawatir. "Aku … haus," Hakam mengerutkan kening, kemudian duduk dan menyentuh lehernya.Zara yang juga ada disana langsung menuangkan air hangat kedalam gelas. Kemudian mendekati lelaki itu dan memberikannya pada Hakam.Hakam langsung meminumnya sampai tandas. Kemudian memijat pelipisnya sambil memejamkan mata."Kepalamu pusing? Biar Ibu pijat, ya?" Batari mendekat dan mengulurkan tangan. Tetapi Hakam langsung menepis tangan itu dan menatapnya dengan aneh. "Kepalaku tidak sakit, aku baik-baik saja." Hakam terlihat sangat pucat. Tetapi dia berpura-pura kuat di depan orangtua yang selalu membanggakannya.Dharma melihat Hakam dengan pandangan rumit. Dia tahu, anak itu akan selalu bersikap seperti ini ketika sedang sakit. Sejak kecil
Read more

BAB 127

Siang harinya, Hakam sudah sedikit lebih hidup dibanding sebelumnya. Dia mau bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke halaman belakang rumah orang tuanya.Saat ini, Dharma yang melihat putranya duduk sendirian dibawah kursi kayu itu, berinisiatif datang mendekat."Apa yang kamu lakukan?" Tanyanya dan duduk tepat di sebelah Hakam.Hakam terkejut sesaat, kemudian menyesuaikan ekspresi wajah dah tersenyum. "Tidak ada. Anginnya terasa sejuk, siang ini tidak terlalu terik. Aku ingin berlama-lama disini.""Papa minta maaf," Dharma akhirnya berani mengatakan ini secara langsung. Dia meninggalkan ego dan gengsinya jauh di belakang. Yang dia inginkan hanyalah berdamai dengan sang putra dan menjadi orangtua bijak untuk semua anggota keluarganya.Hakam sendiri terkejut. Belum cukup dengan kalimat lembut yang dikatakan Dharma ketika dia baru bangun dari pingsan, kini permintaan maaf itu benar-benar keluar dari bibir lelaki yang seakan tidak pernah mengaku kalah. Ayahnya memiliki ego yang besar,
Read more

BAB 128

Sudah satu minggu sejak Puspa datang ke desa ini. Dia sudah beradaptasi dengan cukup baik dan mengenal banyak orang baik disini. Termasuk Fajar Swara, yang begitu murah hati memberinya pekerjaan di toko sayurnya.Ya, tiga hari lalu, Puspa mulai mengeluh bosan lantaran tidak memiliki kegiatan apapun di rumah selain makan dan tidur. Dia berinisiatif datang ke warung Fajar dan menanyakan pekerjaan. Awalnya Puspa tidak berpikir untuk melamar kerja disana, dia hanya ingin bertanya dimana tempat yang sekiranya sedang membutuhkan pegawai baru.Namun, tanpa di duga-duga, Fajar malah menawarkan pekerjaan sebagai kasir sekaligus pengurus di warung sayurnya. Pagi ini hari ke empat Puspa bekerja disana, dia sudah siap dengan pakaian sopan. Kini sedang menguncir rambut di depan cermin dan memoles wajahnya dengan sedikit bedak. "Kamu kelihatan semangat," Elisha masuk kedalam kamar Puspa dan bertanya. Sejujurnya dia agak was-was, takut jika Puspa nanti pergi dari sisinya. Tetapi, ketika melihatnya
Read more

BAB 129

Keesokan harinya, Fajar langsung bertanya pada Puspa sambil menata sayuran di atas rak."Aku?" Puspa menunjuk hidungnya dengan wajah kaget. Barusan, dia dengar Fajar bertanya tentang suaranya, maksudnya apa dia suka bernyanyi? Fajar mengangguk, "Ya, aku cuma tanya apa kamu suka menyanyi?""Uh," Puspa menggaruk pipinya yang tak gatal. Sebenarnya dia memang suka bernyanyi, tetapi ibunya melarang. Jadi, sejak kecil Puspa hanya bisa diam-diam bersenandung ketika berada di luar area rumah.Puspa cukup percaya diri dengan suaranya. Dia bahkan berpikir bahwa ibu kandungnya mungkin seorang penyanyi yang memiliki suara luar biasa. "Yah, aku memang suka menyanyi. Tapi untuk bagus atau tidaknya, tergantung orang yang menilai." Puspa tertawa, bagaimanapun juga, dia tidak bisa begitu saja langsung mengklaim suaranya indah. Apalagi mengingat pekerjaan Fajar sekarang juga berkaitan dengan musik. "Kalau gitu, bisa coba bernyanyi? Aku pengen dengar!" Fajar jadi antusias. Tetapi Puspa malah gugup,
Read more

BAB 130

"Kamu setuju?" Tanya Fajar dengan antusias. Dia dan Puspa sedang menata sayuran segar ke dalam rak seperti biasa.Puspa mengangguk, "Tapi semua keputusan tetap ditanganmu. Kalau kamu tidak suka ya jangan di paksakan. Nilai aku secara objektif.:"Oke, tentu saja aku akan melakukannya. Btw, kamu sudah coba menyanyikan lagunya sendiri?" Tanya Fajar yang langsung mendapat anggukan dari Puspa."Sudah. Dan ada beberapa part yang sulit untuk di nyanyikan. Tapi aku akan berusaha semampuku. Jangan khawatir."Fajar tersenyum, "Tidak masalah. Projek kali ini memang cukup serius, karena nantinya promosi yang akan aku lakukan juga sedikit lebih baik dari sebelumnya. Aku sebisa mungkin menciptakan lagu yang bagus untuk dinikmati semua orang.""Aku harap kali ini berhasil. Kalau bisa, kamu harus masuk televisi juga!" Puspa tertawa, kemudian keduanya kembali fokus mengerjakan pekerjaan masing-masing hingga siang tiba.Karena Fajar tidak sabar, dia memutuskan untuk menutup warung sayur lebih cepat dar
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status