“Puspa?” Fajar melambaikan tangannya di depan wajah melamun itu. “Oh, maaf. Aku malah melamun,” Puspa terkesiap, kemudian mengajak Fajar duduk di depannya dan memesan minuman untuknya. “Bagaimana? Ibuku benar-benar pergi?”Fajar terlihat menyesal, “Apa mungkin itu karena kalimatku, ya?”“Tidak apa-apa. Sebenarnya aku juga mengharapkan hasil ini. Maksudku, kalau ibuk ada disini, kegiatan kita akan terganggu.”“Tetap saja,” Fajar berkata sambil menghela napas. “Jadi, rencanamu selanjutnya apa?”Puspa menggeleng, “Tidak ada. Kita harus fokus promosi sampai balik modal.”“Uhuk …” Fajar yang sedang menyeruput es jeruk langsung tersedak. “Kenapa malah membahas masalah itu?” Puspa tertawa, “Aku tahu semua laporan pengeluarannya dari staf. Ternyata itu uang yang banyak.” Di akhir kalimat, Puspa berkata lirih karena merasa tidak enak. “Pokoknya kita harus gencar promosi. Biar saja promosi sederhana seperti video-video pendek di channel agar para penggemar merasa lebih dekat denganku.”“Yah,
Read more