Bi Asih menggeleng, “Dia hanya mengambil kotak perhiasan dan semua koleksi jam tangan pak Hakam. Tetapi anehnya, dia tidak menjamah tempat lain selain kamar bapak.”Ekspresi Hakam berubah aneh, “Aneh sekali, seharusnya kesempatan seperti itu dia gunakan untuk mengambil semuanya, kalau memang pekerjaannya sebagai mencuri.”“Saya juga tidak mengerti,” Bi Asih menggelengkan kepala.Zara melihat celah di percakapan itu, dan dia tidak menyia-nyiakan kesempatan melainkan segera mengangkat nama Puspa. “Ngomong-ngomong, dimana pembantu miskin itu— maksudku, Puspa.”Hakam mengangguk, “Sejak siang aku tidak bisa menghubunginya. Apa dia dirumah?”“Ini juga yang membuat saya bingung,” Bi Asih menghela napas. “Sejak siang, ketika Pak Hakam meminta saya memperhatikan jalan kalau-kalau berpapasan dengan Puspa, kami tidak bertemu dengannya. Kemudian saat sampai dirumah, kami juga tidak melihatnya. Nomor teleponnya bahkan tidak aktif lagi, entah dimana dia sekarang.”“Puspa juga hilang?” Wajah Hakam l
Baca selengkapnya