"Hamun!" Zara menyambut hangat putranya di depan pintu. Melihat Hakam, ia tersenyum. "Mau masuk dulu?" "Tidak," Hakam tanpa ragu menggeleng. "Aku ada urusan yang harus diselesaikan. Titip Hamun." Lanjutnya, kemudian berbalik dan pergi.Zara hendak mengatakan sesuatu, tapi Hakam tidak mau mendengar dan langsung pergi begitu saja. Akhirnya, ia hanya bisa mengalihkan perhatian pada Hamun dan mengajak sang putra masuk kedalam rumah."Sudah makan?"Hamun menggeleng, "Belum, tapi tidak lapar. Nanti saja, ya?""Oke," Zara mengajak Hamun masuk ke dalam kamarnya sendiri, tapi anak itu menolak."Ma, boleh tidak Hamun tidur di kamar Mama?" Tanya Hamun dengan ekspresi berharap.Zara tidak menaruh curiga sama sekali, hanya menggodanya sedikit. "Memangnya kenapa? Tiba-tiba sekali. Biasanya mau tidur sendiri.""Tidak ada, cuma ingin saja." Hamun menggelengkan kepala. Zara mengangguk, "Tentu saja boleh. Tapi Mama ada urusan sebentar. Kamu bisa main sendiri, kan?""Kakek dan Nenek tidak ada?" Tanya
Read more