Semua Bab Atasanku, Suami Keduaku: Bab 191 - Bab 200
202 Bab
ASK-191
“In, Abang ke kafe lantai satu dulu ya. Mau ngobrol sama Mika.” Pelan-pelan Arsya melepaskan tangan Indah dan meletakkannya ke pangkuan wanita itu. “Kalau ada apa-apa hubungi Abang, atau ngomong ke Sarah. Dia duduk di sana.” Arsya menunjuk Sarah yang duduk bersandar di barisan kursi tunggu dengan tatapan waspada. Indah hampir tergagap menjawab ucapan Arsya. Benar-benar tidak menyangka respon Arsya akan seramah itu pada Mika. Atau dalam bahasa lainnya, tidak biasanya Arsya seramah itu pada Mika. Iya. Dia tahu Arsya pasti melakukan itu dengan banyak alasan. Tapi tetap saja hatinya sedikit tercubit. Meski begitu Indah mengangguk dan tersenyum. “Iya. Pokoknya aku tunggu Abang di isni dan bakal langsung hubungi Abang kalau ada apa-apa. Lagian di sana juga ada Galih.” Indah menepuk-nepuk punggung tangan Arsya. Ia memandang Mika tapi wanita itu tidak mau memandangnya sedikit pun. Karena jengkel, ia memutuskan menyapa lebih dulu. “Mbak Mika, kalau nanti Abang pesan kopi, tolong dilarang y
Baca selengkapnya
ASK-192
Arsya merasakan perubahan suasana di antara mereka. Ada kecanggungan yang tak biasa. Ia dan Mika seperti dua orang yang berada di medan perang. Mereka bertatapan seakan berusaha saling membaca pikiran satu sama lain. Saat itu mereka adalah otak dari masing-masing peperangan yang sedang mereka jalani.Hampir saja Arsya terbahak karena raut wajah Mika yang terlalu serius. Mika pasti mengira ia tidak tahu maksud pertanyaan-pertanyaan itu. Jika ia berbohong, Mika pasti tahu kalau mereka sudah punya rencana tertentu. Arsya tetap mempertahankan raut seriusnya. “Sebenarnya Indah sedikit syok sewaktu diminta menggandakan dokumen sepenting itu. Apalagi malam sebelumnya aku sempat ngomong kalau perusahaan Eric bisa saja menganggap dia mata-mata. Tapi dibanding dengan syok melihat dokumen itu, Indah lebih syok sewaktu melihat kamu ternyata bekerja di sana.” Secara garis besar Arsya yakin dirinya tidak berbohong.“Hanya melihat bagian depan?” Mika tidak puas dengan jawaban Arsya.“Aku rasa Inda
Baca selengkapnya
ASK-193
Selama masa pernikahannya, Indah memastikan bahwa ia akan mengingat malam itu sepanjang hidupnya. Indah memperhatikan reaksi hampir semua orang yang ada di sana. Tadinya, Harris si pemilik rumah sakit duduk mengobrol dengan Bu Della. Saat Arsya menerima kabar soal smelter dari Sarah, Arsya mengajak sekretarisnya menepi dan bicara berbisik-bisik. Saat itu terjadi, dua orang perwakilan dari direksi juga menghampiri Arsya. Di akhir waktu, Arsya terlihat sendirian menatap ponselnya. Saat itu rasanya Indah ingin menghampiri Arsya, tapi sepertinya pria itu butuh waktu sendiri. Arsya mengetikkan sesuatu di ponselnya dengan sangat cepat. Saat Sarah menyampaikan kabar dari smelter, Arsya terhenyak. Pria itu sempat diam dan Indah sempat mengusap rahangnya yang mengeras. Dan raut wajah mengeras itu berganti dengan sorot mata yang tidak dimengerti Indah. Segala lamunan dan isi kepala Indah buyar saat Harris tiba-tiba berdiri ke tengah ruangan mengabarkan kondisi Ari Subianto. Pertama kali y
Baca selengkapnya
ASK-194
Arsya kembali melambai pada Indah yang berdiri di ambang pintu depan. Wanita itu berkali-kali mengingatkannya untuk tidak terlambat makan dan tetap makan banyak sesuai porsi yang biasa. Tapi tahukah Indah kalau ia semakin sulit tidur akhir-akhir ini. Ia pulang larut malam saat Indah sudah tidur dan berbaring miring memandang istrinya berlama-lama.Ketika dunia di luar terasa amat melelahkan, Arsya merasa sangat beruntung bisa pulang dan memandang hal-hal menenangkan di rumah. Saat Indah mengobrol soal masakan bersama Bu Anum dan Ratmi; saat Indah antusias memangkas bonsai lalu semenit kemudian menyesal karena salah memotong bagian tertentu; saat Indah menyibukkan diri menyusun buku-buku di perpustakaan kecil lalu datang menghampirinya dan bertanya tentang salah satu buku unik yang berhasil ditemukannya. Hanya dengan melihat hal itu Arsya sudah merasa di rumah.“Bu Indah pagi tadi ngingetin saya soal makan siang, Pak. Kata Bu Indah, tolong masuk ke ruangan Pak Arsya lima menit sebelum
Baca selengkapnya
ASK-195
Mungkin hari itu konsentrasinya sedang tidak baik untuk berurusan dengan dua komisaris. Arsya bukan anak kemarin sore yang mau duduk mendengarkan dua pria paruh baya memaksakan mimpi-mimpi mereka padanya. “Pak Arsya, Pak Arsya …. Kita sudah datang jauh-jauh dan meluangkan waktu menemui Anda. Bukan cuma Anda yang sibuk.” Pak Binsar berdiri dan nyaris mengejar Arsya ke pintu. Namun, langkah Sarah lebih gesit. Ia berdiri di ambang pintu dengan senyum yang berarti perintah tak terbantah. “Maaf, Pak. Silakan duduk kembali. Mari kita jadwalkan pertemuan dengan Pak Arsya yang berikutnya.” Sarah mengibaskan tangan menunjuk meja. Pak Binsar terlihat kesal namun menghentikan langkahnya. “Apa dia nggak tahu kalau kami ini komisaris? Apa dia nggak tahu apa wewenang kami? Kenapa terlihat sepele sekali? Etikanya ke orang tua pun nggak ada.” Pak Binsar berjalan kembali ke kursinya. Sarah mengikuti langkah kembali ke kursi. Ia duduk tenang membuka tablet dan mengecek jadwal Arsya. “Seperti yang b
Baca selengkapnya
ASK-196
“Anda mengejutkan saya,” ucap Arsya seraya tertawa. “Kenapa Anda tahu kalau saya memperhatikan pasangan yang ini?” Arsya menyentuh foto polaroid yang memang menarik perhatiannya. “Karena banyak orang yang ke sini bertanya soal mereka. Setelah mereka, saya belum punya foto pasangan lain untuk diletakkan di sini.” Wanita pemilik toko bunga mengusap bingkai tempat ia menempelkan puluhan foto pasangan di sana. “Apa Anda punya syarat tertentu agar foto bisa diletakkan di sana?” Arsya menjadi tertarik. “Sedikit contoh … saya menganggap cerita mereka sangat unik. Si pria tidak menyadari dirinya sudah bertahun-tahun jatuh cinta sampai dia rela menunggu si wanita dari remaja hingga tumbuh menjadi wanita dewasa yang sangat cantik. Dan … soal syarat agar foto pasangan saya letakkan di sini? Sebentar saya akan mengambil sesuatu.” Wanita pemilik toko bunga masuk ke bengkel kecilnya di sudut ruangan dan keluar dengan sebuah buket bunga yang sangat cantik. Ia menyerahkan buket bunga itu pada A
Baca selengkapnya
ASK-197
“Maksudnya? Abang mau ke Morowali beberapa hari?” Indah sedikit curiga dengan penyampaian izin Arsya yang sangat lembut. Seakan pria itu sedang izin melakukan kesalahan.Arsya mengatupkan mulut sejenak. Gemas sekaligus iba melihat raut khawatir Indah. “Kalau Abang bilang beberapa hari sepertinya kurang tepat. Abang mungkin bisa menghabiskan dua minggu atau lebih. Atau bisa jadi satu bulan kalau masalahnya cepat selesai. Abang sebenarnya sedih karena harus pisah dengan kamu. Tapi buat ngajak kamu juga sepertinya nggak mungkin. Kamu nggak akan nyaman dan fokus Abang pasti terbagi.”“Cuma berdua aja dengan Pak Pengacara itu? Bukannya daerah tambang itu juga rawan? Warga sana juga nggak terlalu ramah dengan orang-orang yang berhubungan dengan smelter. Selama ini smelter selalu dianggap sebagai perusak lingkungan mereka. Kalau pimpinan smelter dan direktur operasional tidak bisa mengatasi itu selama ini, bukan berarti sebegitu Abang ke sana semua selesai, kan? Nggak ada yang jamin keselamat
Baca selengkapnya
ASK-198
Sehari sebelum keberangkatan Arsya. Tak terhitung berapa kali Indah mengecek semua bawaan Arsya sehari sebelum keberangkatan. Walau Arsya meyakinkan bahwa semua sudah beres dan tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan, Indah tetap merasa perlu mengalihkan dirinya dari kesedihan dan berkecil hati.Sore sebelum berangkat, Arsya tiba dari kantor sedikit lebih cepat. Saat sedang mengecek semua perangkat elektronik yang akan dibawa, Indah tercenung saat membuka salah satu laci kerja Arsya. Tadinya ia memang hanya ingin mencari kabel. Bersamaan dengan itu, Arsya muncul di depan pintu.“Lihat apa? Kok, mukanya gitu?” Arsya cepat-cepat menyusul Indah.“Sejak kapan jurnal ini ada di Abang? Bukannya ini sebelumnya aku kasih ke Mbak Yeni?” Indah memegang jurnal yang isinya tentang jenis pakaian Arsya dan beberapa contoh padanan busana yang diklipingnya sewaktu menjadi asisten sekretaris. “Oh, itu .... Itu memang Abang ambil dari Yeni. Dulu ada cewe yang ngambek langsung mengundurkan diri. Semua
Baca selengkapnya
ASK-199
Deden dan Ipul yang bekerja merangkap keamanan dan segala tukang di rumah Arsya, masuk bersamaan pagi itu. Kemarin, Arsya sudah mewanti-wanti keduanya. “Saya minta waktu ekstra kalian berdua. Bu Indah lebih senang di rumah merawat bonsai-bonsainya. Jadi, jangan ambil libur tanpa seizin saya. Jangan tinggalkan pagar tanpa pengawasan karena saya bisa mengakses CCTV dari mana saja. Saya harap kalian bisa diandalkan saat saya pergi bersama Galih.” Setelah menyampaikan pesan-pesannya, Arsya bergeser untuk menerima uluran tangan Bu Anum. “Jaga diri, Pak Arsya. Pergi sehat kembali sehat. Tiga bulan lagi bakal ketemu dede bayi. Bukan Pak Arsya aja yang nggak sabar, saya juga nggak sabar,” kata Bu Anum. Arsya menambahkan satu tangannya lagi di atas jabatannya bersama Bu Anum. Genggamannya semakin kuat. Wanita paruh baya di depannya itu adalah orang pertama yang dipercayainya dalam soal menjaga Indah. “Bu Anum, saya mempercayakan istri dan calon bayi saya ke Bu Anum. Tetap baik-baik saja sela
Baca selengkapnya
ASK-200
Percakapan selama perjalanan itu tidak berlangsung lama. Perjalanan panjang dan beberapa kali berpindah moda transportasi bisa membuat orang cepat letih. Terutama buat orang yang jarang melakukan perjalanan jauh seperti Abdul. Pria itu lebih banyak menghabiskan waktunya di depan komputer. Sedangkan Vino rekannya terlihat tidak sabar untuk segera mengakhiri perjalanan. Vino sering melihat jam dan mengecek map. Seolah ada petualangan khusus yang sedang dinantinya.Di sisi lain, Galih sang ajudan pimpinan lebih banyak diam memperhatikan sekitar mereka. Galih memandang tiap orang lebih seksama terutama orang baru yang kebetulan melintas atau tiba-tiba saja berada di dekat mereka. Galih berusaha keras agar pimpinannya tidak terlihat terlalu mencolok meski hal itu sangat sulit dilakukan. Rupa Arsya sangat menonjol. Gayanya sederhana, tapi terkesan eksklusif dan mahal. Apalagi ditambah dengan Arsya sedang berada di sebelah pengacara yang terlihat selalu rapi dan licin dengan jas mahalnya. Sem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status