"Katakan lagi," lirihku dengan suara bergetar, menyeruak rasa di dadaku."A-aaku di sini, Mas! Diandra Safaluna ada di sini," ucap Luna terdengar berat. Nafasnya hangat terasa di punggungku."Katakan lagi! Aku tak mendengarnya.""Mas!" pekik Luna mengeratkan pelukannya sambil terisak.Aku membalikkan tubuhku dengan cepat. Kupeluk istriku. Kucium kepalanya, dahinya, pipinya, bibirnya. Aku memeluknya erat bersamaan dengan air mataku berurai deras dan jatuh di tubuhnya. Luna tak kalah histerisnya."Maas ... aku pulang, Mas! Aku ... aku masih hidup, Mas!" isaknya mengeratkan pelukannya.Lagi-lagi aku mencium keningnya. Kuangkat wajah istriku. Dia masih menangis dan menatapku sekilas lalu membuang wajahnya."Kenapa kau membuang wajahmu sayang? Kamu tak tahu, aku hampir mati karena kehilanganmu.""Bohong! Buktinya kamu enak-enak jalan dan telpon-telponan terus sama Karmila. Kamu jahat, Mas! Kamu buaya muara!" rajuknya mencubitku."Akkkh ... sakit ih!!! Keahlianmu mencubit makin meningkat ya!
Last Updated : 2023-03-10 Read more