Home / Romansa / Namanya, Kalendra / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Namanya, Kalendra: Chapter 31 - Chapter 40

82 Chapters

31. Perubahan

"Iya, sebentar lagi aku berangkat. Kamu sudah sampai?"Dengan mengenakan sepatu tanpa hak, aku berlari keluar dari kamar.Pagi ini aku memiliki janji bertemu dengan Fattah di salah satu  restoran di dekat kantorku. Tujuannya adalah hanya untuk menyerahkan contoh undangan yang dikirimkan WO kami pada Fattah. Fattah bilang dia tidak mengerti sehingga menyerahkan hal ini pada aku dan keluargaku. begitu juga dengan Ibu yang membebaskan aku untuk memilihnya.Tapi karena semalam aku mengalami flu, aku nyaris tidak bisa tidur sampai pagi sehingga akhirnya aku kesiangan. Jam tujuh aku baru bangun dan terburu-buru bersiap untuk berangkat ke kantor."Loh, enggak sarapan?" tanya Mama saat aku malah melewati meja makan begitu saja."Telat, Ma. Aku janjian sama Mas Fattah di dekat kantor, jadi harus buru-buru berangkat karena Mas Fattah juga ada meeting penting sama koleganya," kataku.Aku memeriksa barang bawaan ku di tas,  memastikan bahwa
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more

32. Tidak sengaja

Anehnya, sore itu aku tiba-tiba ingin berjalan-jalan. Padahal pekerjaan di kantor seharian begitu padat hingga aku sudah membayangkan diriku yang berbaring di kasur saat pulang kerja. Tapi ketika waktu pulang kerja tiba, aku terpikir untuk berkeliling mall bersama dengan Lalisa. Dan kebetulan sekali karena Lalisa langsung mau begitu aku ajak.Kami menggunakan taksi online untuk sampai di salah satu mall besar yang tidak jauh dari kantor. Jaraknya hanya lima belas menit.Aku dan Lalisa sama sekali tidak terpikir untuk membeli sesuatu. Tujuan kami sama, kami hanya ingin berkeliling untuk menghilangkan penat. Semenjak sampai, aku menggandeng lengan Lalisa sambil berjalan. Lalisa tidak keberatan, dia malah balas memegangi lenganku.Mungkin orang lain yang melihatnya akan menganggap bahwa kami berlebihan, tapi entah kenapa aku ingin melakukannya."Laper enggak sih, Len?" tanya Lalisa.Aku tidak langsung menjawab, lebih dulu mencari t
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more

33. Clue

Setelah dari mall, aku langsung pulang dengan menggunakan taksi online. Karena rumah Lalisa lebih dulu daripada rumahku, maka aku yang menjadi terakhir untuk sampai di rumah.Dalam mobil hanya berdua dengan supir, aku sempat berpikir yang tidak-tidak. Aku takut supir itu melakukan sesuatu yang jahat padaku, lalu kemudian aku menyadari bahwa aku sudah terpedaya keyakinan konyol milik Kale.Aku sampai tertawa saat memikirkan soal itu."Kamu kok baru pulang? Memangnya ada lembur?"Sedikit terkejut, aku tidak menyangka jika Mama dan Papa akan duduk di ruang tamu."Ngapain disini?" tanyaku.Aku memperhatikan meja yang terdapat beberapa gelas yang belum sempat dibersihkan. Sepertinya mereka baru saja menerima tamu."Tadi ada bawahan Papa yang datang. Baru aja pulang," kata Mama. Ia berdiri dan kemudian mulai membereskan gelas-gelas yang kotor.Tidak enak melihat Mama hanya bekerja sendirian, aku membantunya untuk memb
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

34. Yang ada di sisiku

Ternyata obat nyeri kali ini tidak berhasil membuat diriku menjadi baik-baik saja. Hampir seharian aku menahan sakit di meja kerjaku. Sebisa mungkin aku mengerjakan tugasku walaupun sebagian besarnya dikerjakan oleh Lalisa.Untunglah ada dia yang kau membantu ku yang sakit ini. Lalisa mau-mau saja aku repotkan. Tadi dia bahkan sampai turun ke lantai bawah untuk mencari jamu pereda nyeri haid karena di klinik kantor ternyata tidak ada obat semacam itu. Dan setelahnya, melihat aku yang kesakitan dia dengan sukarela menawarkan bantuan untuk mengerjakan setengah dari tugasku yang belum selesai."Masih sakit ya? Gue anter ke klinik aja deh."Lalisa tampak cemas. Dia langsung bangkit dari duduknya dan memegangi lenganku."Fahri, nanti kalau Mas Adit balik lagi, bilangin kalau gue nemenin Alen di klinik ya."Pria yang duduk agak jauh dari kami itu, langsung mengacungkan jempol.Aku sudah tidak memiliki pilihan lain selain ikut ke klinik
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

35. Ada yang janggal

Kemarin saat aku pulang dengan diantar oleh Fattah, itu menjadi kali terakhir aku bisa menghubungi calon suami ku itu. Karena setelah beberapa hari kemudian, aku tidak bisa bertemu dengannya.Ini seperti dejavu. Sama seperti saat Fattah ada dinas ke luar kota dimana dia menghilang selama dua hari tanpa kabar. Yang aneh adalah, jika saat itu aku merasa panik bahkan sampai mendatangi rumah Fattah, kali ini aku merasa tidak perlu melakukan hal itu. Entah apa yang terjadi padaku, tapi aku berpikir jika dia memang merindukan aku, pasti dia akan datang padaku tanpa aku mencarinya."Persiapan pernikahan lo, udah sampai mana?"Aku yang tengah asik menikmati es boba ku, mengangkat pandangan pada Nindi dan juga Rosa yang menunggu jawaban ku.Hari Sabtu yang cerah ini, aku putuskan untuk menikmati waktu bersama dengan dua sahabatku semasa sekolah. Kebetulan Nindi memiliki waktu luang karena anaknya dibawa ke rumah Ibu mertuanya. Maklum cu
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

36. Sehari sebelumnya

Pagi hari, seperti biasa aku berangkat bekerja menggunakan ojek online karena menurutku tidak ada yang bisa lebih cepat daripada ini.Aku yang biasanya tiba di kantor jam delapan kurang sepuluh menit, kini sudah tiba di kantor pukul setengah delapan. Tentu saja ini pencapaian yang luar biasa, karena aku biasanya tidak akan mau berangkat sepagi ini.Tapi ada perekrutan pegawai yang dilakukan untuk mengisi kekosongan tim pemasaran sehingga sebelum jam interview tiba, aku perlu mempelajari profil para pelamar untuk menentukan pertanyaan tambahan yang akan aku ajukan pada mereka.Sebelum itu, aku lebih dulu menghubungi Kale yang belum datang demi menitipkan amunisi untuk semangatku pagi ini."Kal, sebelum naik, tolong beliin kopi di kedai kopi yang biasa ya," pintaku padanya.Meskipun anak itu menggerutu dan berkata tidak akan membelikan pesanan ku, tapi aku sangat yakin jika nantinya dia akan datang dengan membawakan pesanan ku itu.
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

37. Patah arang

"Kayaknya hubungan lo sama Lili emang enggak baik ya? Kenapa sih, Len?"Aku yang baru saja menyeruput es campur ku, langsung mendongak ke arah Mas Adit yang bertanya padaku. Aku sempat melirik pada Lalisa dan Kale, keduanya diam meskipun Lalisa sempat tersenyum miring ke arah ku."Ya enggak bisa dibilang begitu juga sih, Mas. Faktanya kami cuma saling enggak perduli aja. Istilah lainnya, kami enggak cocok.""Karena Kale?"Kening ku berkerut. Ucapan Mas Adit seakan-akan aku dan Lili berhubungan kurang baik karena berebut Kale. "Dia yang nyangka nya kalau saya ini ada hubungan sama Kale, makanya dia jadi sentimen sama saya."Mas Adit tertawa. "Ya wajar sih kalau kata gue. Gue aja pas belum tahu lo punya cowok, nyangka nya lo sama Kale emang punya hubungan. Habisnya Kale jinak nya cuma sama lo doang, Len."Aku mendapati Kale yang memutar bola matanya malas."Enggak begitu, Mas. Saya cuma menghargai orang yang lebi
last updateLast Updated : 2023-02-11
Read more

38. Putus

Dulu, aku pernah memiliki pacar dan aku diputuskan olehnya saat aku menolak untuk berciuman dengannya. Kejadiannya adalah saat aku masih SMA. Seorang kakak kelas yang paling tampan, tanpa diduga ternyata menyatakan cinta padaku.Siapa yang tidak merasa senang disukai oleh pria semacam itu? Jelas saja aku langsung menerimanya saat itu juga. Awalnya semua masih baik-baik saja, dia adalah tipe pria yang baik dan juga romantis. Nyaris semua orang merasa iri karena aku bisa mendapatkannya, pun dengan Rosa, sahabatku yang juga menyukai dia.Tapi kemudian setelah satu bulan menjalin hubungan dengannya, dia mulai meminta hal itu padaku. Aku menolak dan dia mengerti dengan penolakan ku. Walaupun begitu, itu bukan lah terakhir kalinya dia meminta. Selanjutnya setiap kali ada kesempatan, dia akan langsung mencoba mencium ku dan aku selalu menolak.Mungkin lama-lama dia jengah karena aku tidak bisa memberikan apa yang dia mau, sehingga pada akhirnya di kali terakhir d
last updateLast Updated : 2023-02-12
Read more

39. Keputusan

Setelah melihat panggilan masuk dari Ibunda Fattah, sisa hari aku habiskan dengan merasa cemas. Itu karena aku mulai teringat pada keluargaku.Keluarga yang sudah terlanjur memeluk harapan bahwa anak gadis bungsunya akan menikah sebentar lagi. Apa yang akan terjadi pada mereka jika mereka mendengar bahwa pria yang seharusnya menikah dengan anak mereka, justru akan menikahi orang lain?Membayangkan wajah sedih Mama, membuat ulu hatiku terasa sakit bukan main. Aku kebingungan mencari cara untuk mengatakan hal ini pada Mama dan Papa."Mbak enggak pulang?"Aku terhenyak. Tanpa ku sadari ternyata Kale sudah ada di depanku.Memang semua orang sudah pulang, pun dengan Lalisa yang tadi buru-buru pamit karena Abangnya sudah menunggu di bawah. Hanya aku dan Kale yang tadi masih bertahan. Kale masih menyelesaikan tugasnya, sedangkan aku segan untuk pulang karena belum menemukan keberanian untuk bertemu dengan kedua orang tuaku."Pulang dong
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more

40. Keluarga

Hal yang mustahil aku lakukan saat ini adalah menyembunyikan kenyataan dari keluargaku, terutama dari Mama yang langsung aku temui begitu aku sampai di rumah.Dengan wajah yang bengkak dan mata yang sembab, mustahil Mama tidak menyadari bahwa sesuatu telah terjadi padaku. Hal itu langsung terbukti begitu aku menginjakkan kaki di ruang tengah dan Mama menoleh padaku.Senyum lembut yang selalu dia berikan padaku setiap aku pulang, langsung berubah menjadi raut cemas saat melihat bagaimana kacaunya wajahku.Dia berdiri dengan segera dari kursi dan berlari ke arah ku."Kamu kenapa?" Nadanya sangat cemas dan panik, membuat hatiku ikut merasakan sakit.Baru seperti ini saja aku tidak sanggup melihatnya. Bagaimana nanti setelah Mama mengetahui kenyataan yang terjadi? Aku takut sekali. Namun saat ini lebih jauh lebih baik karena Mama hanya sendiri, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau Papa ada disini juga."Ma.. Mama.."
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status