Home / Romansa / Namanya, Kalendra / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Namanya, Kalendra: Chapter 51 - Chapter 60

82 Chapters

51. Angin sore

Hal yang paling membahagiakan bagi karyawan seperti kami adalah dapat pulang tepat waktu tanpa harus buru-buru menyelesaikan pekerjaan. Hari ini kami diberi keistimewaan itu untuk pulang di jam lima teng, tidak masalah kalaupun pekerjaan kami belum selesai.Kata Mas Adit, ini karena hari ini akan diadakan kunjungan oleh atasan dari kantor pusat sehingga para petinggi dimulai dari Kepala Divisi harus menyabut dan menjelaskan kinerja tim mereka dalam waktu sebulan ini.  Dan para kroco seperti kami diminta pulang agar tidak menganggu."Lo beneran mau langsung pulang? Mampir dulu yuk!"Aku menoleh pada Lalisa yang sudah berdiri di depan mejaku. Wajahnya tampak tidak bersemangat, padahal aku sendiri merasa gembira riang tak terkira karena dapat pulang lebih cepat."Enggak mau ah. Palingan juga lo ngajakinnya ke mall."Dia menyengir menanggapi tebakan ku itu."Mall adalah tempat yang paling nyaman dan aman untuk dikunjungi. Buat cewek,
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

52. Salah perkiraan

Lambat laun, Tuhan seperti menyentak kesadaran dan kesombongan ku tentang perasaan. Itu semua terjadi di hari paling menyakitkan dalam hidup ku. Itu adalah saat hari pernikahan Fattah dengan Imelda, dimana luka yang aku pikir akan berdarah-darah, justru baik-baik saja berkat seseorang.Saat itu aku sudah bertekad untuk tidak datang sekalipun Fattah mengirimkan undangan nya padaku tiga hari sebelum hari pernikahan. Tiga hari sebelum hari pernikahan itu, aku menangis dan mengurung diri di dalam kamar saat mendapati nama Fattah yang harusnya bersanding dengan namaku di undangan, justru kini dengan wanita lain.Keluargaku mencemaskan aku, bahkan Aleya sampai menginap di rumah dan membujuk aku untuk keluar dari kamar. Tapi seharian itu aku benar-benar tidak keluar kamar, bahkan aku beralasan sakit untuk tidak masuk kantor. Aku hanya ketakutan menghadapi tiga hari lagi dimana aku akan mendapatkan kabar terburuk sepanjang hidupku. Bahwa mantan calon suamiku meni
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

53. Pelipis

Karena dihadiahi tatapan tanpa henti sepanjang aku berada di tempat resepsi itu, pada akhirnya aku dan Kale tidak bisa makan dengan tenang dan memilih langsung meninggalkan tempat acara.Alhasil kini kami terdampar di warung bakso yang tidak jauh dari tempat acara untuk mengisi perut lapar kami."Padahal makanan di sana tadi lumayan enak. Sayang banget kita enggak bisa makan banyak."Mendengar keluhan yang disuarakan oleh Kale, aku mengulum senyum tipis."Ya tentu saja enak. Itu semua aku yang pilih menunya."Terbayang di benakku saat aku dan Fattah mengunjungi produksi katering rumahan yang menjadi konsumsi di acara pernikahan kami. Aku sendiri yang memilih semua menunya setelah mencoba tester yang diberikan oleh pemilik katering itu."Oh ya? Selera lidah Mbak lumayan juga. Nanti kalau saya ada acara syukuran gitu, saya akan minta kontak kateringnya sama Mbak."Kepalaku mengangguk. Sedang tanganku menyendok bakso yang w
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more

54. Perubahan rasa

Ini salahku! Aku yakin bahwa ini adalah salahku.Karena setelah kejadian di toko sepatu itu, hanya aku yang menjadi salah tingkah setiap kali bertemu dengan Kale. Padahal Kale sendiri biasa saja, mungkin kejadian itu sama sekali tidak berarti baginya karena selang beberapa saat setelah dia 'mencium' pelipis ku, dia langsung meminta maaf dengan santai tanpa ada adegan kikuk sama sekali.Yang menyebalkan adalah aku yang kena imbasnya. Bahkan setelah tidak bertemu dengannya di satu hari libur, saat senin perasaanku masih tidak baik-baik saja. Aku bahkan tidak bisa menatap matanya dengan benar."Lo kenapa sih? Beneran sakit mata?"Aku tidak mendongak sama sekali walaupun  Lalisa berdiri tepat di depanku. Maksud dari pertanyaannya adalah karena hari ini aku memakai kacamata hitam ke kantor dengan alasan bahwa mataku merah karena sedang sakit mata. Padahal faktanya, aku hanya tidak ingin orang-orang tahu betapa salah tingkah nya aku saat berta
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more

55. Lembur

Satu bulan meninggalkan hari dimana pernikahan Fattah diadakan, aku sudah tidak lagi memikirkannya. Selain karena aku memang berusaha keras untuk move on, juga karena kesibukan di kantor membuat aku tidak memiliki waktu untuk memikirkan yang lainnya lagi. Hampir setiap hari kami lembur, sehingga hampir setiap hari juga aku dan Kale pulang menggunakan taksi online karena bus tidak ada lagi setelah melewati jam delapan. Terkadang hanya ada aku dan Kale saja saat pulang, namun terkadang Fahri juga pulang bersama dengan kami seperti terakhir kali. Kesibukan ini dikarenakan perusahaan tempatku bekerja sedang membuka kantor cabang baru sehingga membutuhkan banyak sekali tenaga kerja. Dan tim kami lah yang harus bekerja keras untuk memilah orang-orang yang melamar lewat email dan kemudian mengirimkan undangan interview pada mereka.Penderitaan kami ini baru akan selesai setidaknya satu minggu lagi."Mbak, yang terkahir udah saya kasih tanda ya. Kualifi
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more

56. Kura-kura dalam perahu

"Kamu kayaknya baik-baik aja walaupun ditinggal nikah."Aku menoleh malas pada Aleya yang menyuarakan ucapan tidak berguna."Memangnya, Kakak berharap aku jadi gimana? Jadi gila? Jadi trauma nikah? Jadi enggak suka sama cowok?"Aleya tertawa, membuat aku mendengus malas."Ya aku pikir, kamu bakalan susah move on. Kan waktu itu kamu juga sampai ngurung diri beberapa hari sebelum dia nikah."Aku mengangkat bahu ku dengan acuh, satu tanganku membalik lembaran buku novel yang sedang aku baca. Fyi, kami sedang berada di dalam kamarku dan Aleya akan menginap malam ini karena suaminya kembali pergi dinas."Aku pikir juga akan sulit buat move on dari cowok sebaik Fattah. Tapi ternyata enggak juga. Pas datang ke pernikahannya, aku baik-baik aja. Malah dia yang kelihatannya nyesel banget karena enggak nikah sama aku.""What?!"Aku terkejut saat Aleya tiba-tiba saja berteriak. Berniat protes padanya, namun dia malah memuku
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more

58. Penolakan

Aku pikir sesaat tadi, hadirnya Valani di ruangan kerja kami adalah untuk mengajak Kale pulang, tapi ternyata Kale malah mengajakku untuk pulang bersama dengannya menaiki motornya lagi."Kamu enggak pulang bareng Valani?"Aku bertanya saat kami sudah keluar dari dalam lift. Dia menoleh padaku."Kenapa saya harus pulang bareng dia?"Wajahnya terlihat heran, seakan aku baru saja melontarkan pertanyaan yang aneh."Ya enggak tahu. Tapi tadi kan dia nyamperin kamu, jadi aku pikir emang kamu bakalan pulang bareng dia."Dia mengangguk sekilas, kemudian kepalanya celingukan seakan mencari sesuatu.Ternyata yang dia cari adalah motornya yang entah kenapa di parkir jauh dari lobi."Dia emang ngajakin saya pulang bareng, tapi saya tolak karena saya bilang kalau saya mau ada urusan."Aku mengekori langkahnya hingga sampai di belakang tubuhnya."Urusannya itu adalah ngomong sama aku?"Menoleh sejen
last updateLast Updated : 2023-02-24
Read more

57. Berlalu

Sayangnya, hubunganku dengan Kale sudah terlanjur berubah. Aku jadi merasa gampang tersulut emosi setiap kali melihat dia bersama dengan wanita lain. Apalagi belakangan, wanita berhijab itu lebih sering muncul di depan Kale, bahkan sampai dengan berani menghampiri kami saat kami sedang makan di kantin."Maaf ya, Kal, kalau boleh tahu, memangnya ka-lo ada hubungan apa sama cewek itu?"Aku menoleh ke arah Lalisa saat dia bertanya pada Kale. Pertanyaan yang juga ingin aku tahu dari Kale.Dan seperti tahu bahwa aku juga menunggu jawabannya, Kale melirik padaku sebelum menjawab."Enggak ada hubungan apa-apa. Cuma teman kerja biasa."Aku memilih diam, menunduk sambil memakan mie ayam dari mangkuk ku."Tapi kayaknya belakangan ini dia jadi lebih sering datang deh. Aku pikir kalian beneran jadian."Kale menggeleng. "Saya kan udah bilang, kalau saya enggak mau pacaran."Tenggorokan ku terasa berat hanya untuk menelan mie
last updateLast Updated : 2023-02-24
Read more

59. Pernyataan

Lama aku hanya terdiam sambil menatap Kale yang ada di depanku. Aneh sekali, kami berhenti di pinggir jalan hanya untuk berdebat. Memperdebatkan sesuatu yang sebenarnya sangat ingin aku tutupi."Mbak suka kan sama saya? Walaupun Mbak ngelak, tapi saya tahu gimana perbedaan sikap Mbak sebelum ini dan sekarang. Saya masih ingat gimana Mbak bersikap ke saya selama ini dan belakangan tiba-tiba saja Mbak mulai berubah. Dengan alasan yang sekuat itu, Mbak masih mau ngelak?"Mataku masih menatap nyalang padanya, dia yang terlihat sangat percaya diri menuduh aku suka padanya."Terus apa?" tanyaku.Dia terlihat bingung."Maksudnya?""Terus apa? Terus apa kalau aku menang suka sama kamu? Apa bedanya? Baik aku, Lalisa, Lili ataupun Valani, kami semua enggak ada bedanya. Perasaan kami sama dah nasib kami juga sama. Sama-sama akan ditolak sama kamu. Benar kan?"Wajahnya mulai terlihat tidak tenang, berulang kali dia memalingkan wajah
last updateLast Updated : 2023-02-25
Read more

60. Keputusan terbaik

Sepanjang makan siang, aku terus memikirkan ucapan Mas Adit yang menyarankan agar aku berbicara lagi dengan Kale untuk membahas masalah di antara kami. Aku setuju dengan pendapat itu, karena hingga detik ini aku memang masih belum bisa bersikap biasa di depan Kale. Tapi untuk berbicara ulang dengannya pun rasanya berat sekali. Karena dalam pembahasan di antara kami, ada perasaan ku yang ikut terbawa."Permisi, bisa saya bertemu dengan Mbak Alena."Sontak semua kepala di dalam ruangan kami, langsung menoleh kepada si pemilik suara manis dan lembut itu. Aku mengerjap, teringat dengan kesan pertama saat aku mendengar suara Lili. Karena suaranya, aku berpikir bahwa Lili adalah sosok yang ramah, ternyata pada akhirnya dia jadi ular juga.Dan sekarang, wanita yang menjadi penyebab aku secara terpaksa terdorong untuk menyatakan perasaanku, sedang berdiri di ambang pintu sambil tersenyum kikuk karena dipandangi oleh semua orang yang ada disini."Loh, Neng
last updateLast Updated : 2023-02-25
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status