Home / Romansa / Bukan Cinta Duda Biasa / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Bukan Cinta Duda Biasa: Chapter 101 - Chapter 110

126 Chapters

SAYANGNYA PAPA

“Aku kira Paklik Gun udah pindah. Bulik Semi masih disini?”“Saya dan Semi sengaja gak mau pindah, Mbak. Sesuai dengan janji kami ke almarhumah Mas Rian. Kami gak akan pindah, jadi kami minta sama yang membeli rumah ini dan saudara-saudara Mbak Diani, bahwa kalau rumah ini dijual, kami ingin tetap mengurus rumah ini. Kami berharap suatu saat kami bisa liat anak-anak Mas Rian lagi.”Diani tersenyum dengan air mata mengalir deras di pipinya.“Ini siapa, Mbak?” ucap Gun sambil menunjuk Samudera yang berdiam diri dengan jarak sangat dekat.“Ini suami Diani, Paklik. Namanya Samudera,” ucap Diani dengan senyuman mengembang di pipinya. Samudera mengulurkan tangannya terlebih dahu
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more

KEMARAHAN DIANI

Gavin menatap sengit pemuda yang semenjak tadi menatap kosong ke lantai. Wajahnya penuh dengan luka lebam, namun rasanya tidak ada rasa sakit yang dirasakan. Bahkan berbagai pukulan yang mendarat di tubuhnya, tak membuat pria bertubuh kurus itu membalasnya.Baru saja pria paruh baya yang membawa anggur di tangannya itu akan mengeluarkan suara, tiba-tiba suara hantaman keras terdengar hingga membuat pria bertubuh kurus itu tersungkur.“Brengsek! Lo Brengsek! Kurang ajar lo! Mati aja lo!” teriak Samudera tak beraturan dengan tendangan bertubi-tubi. Membuat Gavin terbelalak.Gavin segera menyuruh anak buahnya untuk memisahkan Samudera. Jika tidak, ia yakin tak bisa membawa pria brengsek bernama Reval itu ke hadapan menantu kesayangannya.Badan Samudera yang tak
last updateLast Updated : 2023-03-22
Read more

SURAT CERAI

Beberapa hari setelah itu, Diani mendapatkan panggilan ke kantor polisi terkait insiden yang menyebabkan dia pendarahan beberapa waktu lalu.Diani didampingi oleh ibu dan ayah mertuanya. Samudera belum bisa mendampingi Diani karena memang ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa ditunda.Awalnya Samudera cukup enggan melepaskan Diani sendiri, namun karena bujukan maut Papa dan Mamanya yang mengatakan bahwa Diani akan mendapatkan pengawalan ekstra, membuat Samudera akhirnya melepaskan Diani untuk pergi bersama orang tuanya.Sesampainya di kantor polisi, nampak seorang gadis muda dengan tangisnya dalam dekapan ayahnya. Ibunya juga nampak menangis. Sedangkan calon ibu mertuanya hanya menatap nanar keluarga calon menantunya.Pandangan calon mertua yang merupakan ibu Reval itu,
last updateLast Updated : 2023-03-22
Read more

IBU

Samudera menaruh tas yang sudah semenjak tadi di jinjingnya. Melepas kancing-kancing di tangannya dan melipat bagian lengannya hingga ke siku. Sambil menyingsingkan lengannya, ia memandangi wajah damai istrinya dengan perut yang nampak sedikit menyembul itu tertidur dengan pulas.Senyuman terbit dari wajah Samudera. Ia mengecup kening Diani lama sambil merapalkan doa. Kemudian ia berbaring tepat dibelakang Diani. Ia memeluk istrinya itu dan membau aroma rambut Diani yang wangi. Rambut hitam legam itu sangat halus dan beraroma mawar. Membuat Samudera enggan untuk beranjak dari posisi rebahannya.“I love you, Sayang.”Samudera membisikkan kata-kata itu dan setelahnya ikut memejamkan mata. Hingga tak Samudera sadari bahwa ia sudah jauh terlelap. Kesadarannya kembali setelah ia merasa ada yang sedang membela
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more

IGD

Diani dan Samudera sedang menikmati pagi yang indah dengan berjalan kaki berkeliling komplek perumahan orang tua Samudera. Sesekali mereka berhenti jika melihat hal yang menarik. Seperti kucing yang sedang berduaan, tanaman tetangga yang terlihat indah karena sedang berbunga bersamaan, atau sekedar mengomentari para pengguna jalan lainnya.Setelah berjalan-jalan selama dua puluh menit, Diani menyerah karena melihat penjual bubur ayam langganannya sedang melayani pelanggan. Ia begitu tergiur melihat potongan cakue dan pelengkap lainnya yang ditabur di atas bubur ayam. Mereka pun duduk sambil melihat jalan yang nampak begitu ramai pagi itu. Termasuk pembeli bubur pagi ini."Tumben banget ini anak-anak Pak Gavin makan disini?" tanya penjual bubur yang nampak familiar dengan anggota keluarga Gavin.
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more

BANYU

Samudera mengerjap untuk sesaat dan menatap sekelilingnya. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati langit-langit putih dengan bau bayi dan obat yang saling bergantian menusuk hidungnya.Ia langsung duduk begitu saja tanpa tahu efek sampingnya. Saat ia terduduk, kepalanya bagai di pukul palu godam. Ia mengerang sesaat sebelum akhirnya merasakan sentuhan yang membuatnya terbaring.Saat Samudera mulai bisa membuka matanya, ia melihat Mamanya sedang memandangnya dengan raut wajah tak terbaca.Tak disangka wanita paruh baya itu malah berdecak kesal melihat anaknya yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan infus yang ternyata terpasang di salah satu tangan Samudera."Sam, perasaan mama nih, yang lahiran itu Diani. Bukan kamu. Kamu tuh ngapain coba pakai acara pingsan segala.
last updateLast Updated : 2023-03-24
Read more

EPILOG

*Samudera’s POV*Kita tidak pernah tahu kehidupan apa yang akan kita jalani kedepannya. Entah susah atau senang. Entah bahagia atau duka. Tapi, sepanjang yang aku tahu, Bumi akan tetap berputar walaupun kita kesakitan dan meminta berhenti dan semuanya tetap berada di garis edarnya masing-masing.Seperti aku yang tak menganggap hidup ini berharga setelah kepergian Tania dan juga putih. Aku yang gagal menjaga milikku selalu merasa bahwa aku manusia yang tidak akan pernah berhasil. Kini mulai membuka hatiku untuk merasakan nikmat yang sudah Tuhan berikan kepadaku.Bagi aku yang hidup setelah kecelakaan maut yang menewaskan anak dan istriku, aku tahu bahwa hidup akan tetap berjalan dan yang utama adalah mereka yang hidup. Kalian tahu bahwa cinta tidak akan begitu mudahnya padam jika sudah tertanam kuat dalam hati kita kan? Sama seperti
last updateLast Updated : 2023-03-24
Read more

EXTRA PART I (DIANI POV)

Aku memandangi ranjang besar yang dipesan khusus agar bisa tidur bersama-sama. Aku memandangi anak bungsuku, namanya Kai Alister Adnan. Kami memanggilnya Kai. Kai berarti laut dalam bahasa hawaii. Wajah Kai ini yang paling ramah di antara kedua Kakaknya. Dia bayi yang juga paling ceria di antara Kakak-kakaknya. Walaupun umurnya belum genap satu tahun, namun dia bisa mengerti dengan baik jika kami mengajaknya berkomunikasi. Selanjutnya aku memandangi anak keduaku, namanya Sagara Savero Adnan. Kami memanggilnya Aga. Aga yang lebih bandel dari semuanya. entah mengapa dia susah sekali untuk diberitahu. Seolah kekeraskepalaan ku menurun semuanya pada Aga. Dia cerdas, namun sikap jahil dan nakalnya sungguh diluar nalar anak umur delapan tahun. Membuatku dan Samudera seringkali geleng-geleng kepala melihat kelakuan Aga. Terakhir adalah putra kami yang pertama. Ocean Banyu Adnan. kami memanggilnya Banyu. Namun teman-temannya lebih suka memanggilnya Sean. Sekarang dia sudah berusia sepuluh t
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

EXTRA PART II (DIANI POV)

Perjalanan panjang dari Jakarta menuju salah satu desa di Kabupaten Jawa Tengah membuatku kelelahan.Aku sudah lama tidak bepergian jauh menggunakan mobil. Terakhir seingatku waktu aku kabur dari suamiku. Itu artinya sudah hampir delapan tahun yang lalu. Aku harus naik bis dari Jakarta menuju Surabaya. Jaraknya tentu lebih jauh saat dulu aku kabur dibanding perjalanan menuju lokasi tanah yang dibeli oleh suamiku.Mungkin karena faktor umur dan tubuhku yang sudah lelah mengurus tiga jagoan kecilku. Aku jadi tidak bisa lagi merasakan asiknya perjalanan jauh menggunakan mobil, senyaman apapun mobil yang digunakan.Separuh perjalanan kali ini aku habiskan dengan tidur. Hingga akhirnya aku terbangun dan mendapati kami sudah sampai di sebuah jalanan antar kota - antar provinsi. Jalanan ini menghubungkan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah.Sepanjang perjalanan aku meihat pepohonan tinggi menjulang dengan jalanan menanjak. Tak lama kemudian aku melihat bukit berjajar dengan hamparan kebun sel
last updateLast Updated : 2023-03-26
Read more

EXTRA PART III (DIANI POV)

10 Tahun KemudianBanyu sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Aku tak menyangka anak sulungku kini sudah berusia tujuh belas tahun. Wajahnya benar-benar menuruni keluarga Adnan.Wajah khas Timur Tengah dengan kulit putihnya, aku yakin ia cukup populer dikalangan teman-teman sekolahnya. Belum lagi kepintarannya memadupadankan pakaiannya dengan sepatu, tas, atau aksesoris lainnya. Itu pasti menuruni kepintaranku dalam berpakaian.Hal itu membuatku tersenyum pagi ini. apalagi melihat kedua anakku yang lain dan suamiku sudah siap untuk beraktifitas pagi ini. Suamiku dengan setelan kerjanya dan ketiga anakku dengan setelan sekolahnya masing-masing.Ketiga anakku memang terlihat menikmati sarapannya. Tapi tidak dengan suamiku, sejak kemarin ia pulang dari kantor, wajahnya terus di tekuk. Bukannya menjelaskan padaku apa yang terjadi, semalam ia malah memelukku erat lalu tertidur begitu saja. Membuatku bertanya-tanya apa yang membuatnya gusar."Kemarin Papa lihat kamu gak pakai motor dari Pap
last updateLast Updated : 2023-03-27
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status