Home / Romansa / Sang Primadona Rumah Bordil / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Sang Primadona Rumah Bordil: Chapter 51 - Chapter 60

117 Chapters

Steril?

“Apa?” tanya Gaza pelan. “Kamu mendengarnya, aku malas mengulang pertanyaan yang sama,” keluh Natasya.Gaza tertawa kecil. “Iya dengar, tapi kaget saja kamu tanyakan hal itu. Padahal selama ini aku tidak pernah menyinggung ke sana bukan?” “Iya memang, tapi kita memang akan membahas hal itu cepat atau lambat,” aku Natasya pelan. “Kamu mau kita bahas sekarang? aku bisa kapan saja.” Gaza masih bertanya untuk memastikan. “Aku tanya sekarang berarti aku siap bahas sekarang,” dengus Natasya dan membuat Gaza melepas tawa kecilnya. “Baiklah mari kita bahas, di pagi hari yang cerah ini.” Gaza mengangkat Natasya dari pangkuannya karena akan membicarakan hal serius. Setelah Natasya mengikat rambut dan duduk dengan baik, ia meminum beberapa teguk terlebih dahulu kopi milik Gaza yang masih hangat. “Jawab dulu pertanyaan aku yang tadi,” pinta Natasya.
Read more

Kenyataan Lain

Acara liburan mendadak mereka dilewati dengan penuh suka cita, tidak membicarakan pekerjaan. Hanya merencanakan masa depan mereka kelak akan mereka lukis seperti apa dan bagaimana. Sesampainya kembali ke Ibu Kota, Gaza menemani Natasya ke Dokter untuk memeriksakan diri. “Hai Sya, lama tidak bertemu. Bagaimana kabar?” Seorang Dokter wanita menyapa dengan ramah. “Kabar baik Dokter Aile, iya lama ya aku enggak ke sini.” Natasya menerima jabat tangan dan pelukan lembut dari Dokter cantik di sana. “Silakan duduk Sya, Pak.” Dokter berambut ikat satu tersebut mempersilakan kedua tamunya duduk. “Jadwal suntik? Atau another .... “ “Aku mau berhenti suntik dan periksa apakah keadaan badan aku memungkinkan untuk bisa hamil. Oh iya maaf lupa, ini suami aku namanya Gazalio.” Natasya menepuk lengan Gaza dengan senyuman lebah. “Are you married? Congratulation Sya, astaga kenapa tidak meng
Read more

Kapan Resepsi?

Natasya memijat keningnya pelan, pertengkarannya tadi pagi dengan Gaza adalah pertama kalinya untuk mereka semenjak menikah. Pertengkaran dalam artian sesungguhnya dalam rumah tangga keduanya. Natasya sekarang berada di sebah bangunan besar berlantai tiga yang baru saja selesai. Bangunan inilah satu-satunya yang belum ia beritahukan pada Gaza, ia memang sudah lama tidak mengunjunginya. “Sudah 98% coba dicek satu-satu alat-alatnya. Kalau bangunan sih oke aku menelitinya tiap inci,” kelakar sang penanggung jawab yang Natasya percayakan sepenuhnya. Natasya mengangguk dengan tawa kecil, mulai berjalan melihat sudut demi sudut bangunan bercat putih berkelir gold. Berdampingan dengan sang kawan lama bernama Rion Gunaldi, Rion adalah teman yang awalnya bekerja di rumah bordil mami Grace sebagai salah satu sopir pengantar para pekerja yang masih dalam tahap training. Dia keluar saat Ibunya tahu ia bekerja di mana dan mengamuk hingga menggebuki
Read more

Menggendong Bayi

“Papa mau kami pulang lagi?” Gaza menjawab pertanyaan papanya dengan sebuah ancaman.Papa Gaza mendengus. “Kamu sudah cukup tua untuk tidak bisa menjawab pertanyaan Papa.” Natasya menyentuh lengan Gaza pelan, memberikan sebuah senyuman kecil pada papa Gaza sebelum ia menjawab. “Kami sedang mengurusnya Om, semoga Om berkenan datang ke acara resepsi kami nanti,” tutur Natasya ramah. “Syukur kalau sedang di urus, jangan keasyikan diam nanti dikira yang tidak-tidak sama kolega papa,” tandas papa Gaza. “Papa ... sudah jangan diajak berantem terus, syukur mereka mau ke sini. Masuk Ga, Sya.” Vallen menepuk bahu Gaza dan memberikan senyuman pada Natasya. “Mereka mau adakan resepsi, tagih tanggalnya.” Papa Gaza masuk ke dalam meninggalkan kedua putra kembarnya dan Natasya. “Jangan terus dibalas darah tinggi juga dong Ga. Kamu tahu sifat papa seperti itu,” tambah Vallen.
Read more

Tersentuh

“Yuk pulang.” Gaza berdiri di luar pintu kamar Vallen dan Naren sedangkan Vallen masuk menghampiri istri dan anaknya. Natasya mengangguk bangun dari kursi rias Naren dan memberikan bayi dalam gendongannya pada sang mama sebelum keluar dari kamar bernuansa putih tersebut. “Aku pulang ya, bye Shaka. Tunggu hadiah dari aku ya,” bisik Natasya pada bayi mungil yang menggerak-gerakan kedua tangan dan kaki kecilnya. “Iya Tante, Shaka tunggu ya. Nanti bilang Om Gaza biar beli pesawat sungguhan bukan mainan,” timpal Naren. Mereka semua keluar dari kamar tanpa ada yang menyadari kerutan dalam kening Gaza melihat interaksi Natasya dengan bayi Shaka. Ia langsung memutuskan pulang saat pembicaraannya dengan sang papa selesai. Dalam perjalanan pulang Natasya lebih banyak diam, bahkan beberapa kali kedapatan memejamkan mata. “Jangan pura-pura tidur ya Diwang, kita belum selesai bicara,” te
Read more

Sel Telur Terlalu Matang

“Kenapa menangis?” tuntut Gaza setelah mereka berada di dalam apartemen. Natasya tersenyum, melepas pakaian tanpa rasa malu di depan suaminya meninggalkan sepasang pakaian dalam dan hot pants senada warna kulit. “Aku terharu ... kamu sadar enggak kalau papa kamu ternyata perhatian di balik sikap dinginnya sama aku. Walau mungkin sebetulnya masih kurang menyetujui, tapi beliau memikirkan masalah hunian bahkan meragukan kemampuan finansial kamu memenuhi kebutuhan resepsi.” Natasya menjelaskan dengan memakai pakaian tidurnya berupa kaos gombrong lusuh milik Gaza. Gaza terdiam beberapa saat memikirkan ucapan istrinya, memikirkannya untuk tidak lama kemudian tertawa kecil menerima uluran baju ganti dari Natasya. “Benar juga apa kata kamu ya, pantas saja aku di cecar masalah kantor apakah sedang baik atau enggak. Aku tidak berpikir sampai sana,” tukas Gaza. “Kamu sudah under estimate dulu ke papa
Read more

Penuh Kesakitan

“Jangan pegang-pegang!” seru Natasya kala Gaza membelai kepalanya usai memberikan suntikan hormon yang dilakukan setiap hari sudah jalan dua minggu semenjak pemeriksaan terakhirnya. Suntik hormon begitu menyakitkan bagi Natasya, sekujur tubuhnya bagai di serang. Mood yang jadi sangat jelek bahkan ia sangat kesal jika mendengar Gaza menghela nafas hingga menyebabkan ia marah dan menangis. “Iya-iya maaf, love you.” Gaza menunduk mendaratkan kecupan pada kepala Natasya yang terbenam di bantal dengan air mata menganak sungai menahan sakit. “Jika bukan karena kamu yang mengotot, aku enggak akan tega melihat kamu setiap hari seperti itu,” gumam Gaza setelah meletakan semua peralatan suntik menyuntik setelah ia belajar dengan baik. “Memang kamu enggak mau punya anak?” seru Natasya kencang. “Mau ... tapi bukan memaksa harus sekarang dengan kamu kesakitan seperti ini,” jawab Gaza. “K
Read more

Resepsi Penuh Kejutan

“Antar aku ke Dokter,” pinta Natasya setelah duduk di depan Gaza. “Sakit Sya?” tanya Olan, ia masih berada di ruangan Gaza guna mengemban tugas berat mengambil alih kemudi perusahaan saat Gaza melangsungkan resepsi. “Iya Lan, sakit kepala karena jarang ditemani di rumah,” kekeh Natasya. “Aku melembur juga buat bayar gaun pengantin kamu. Lan menabung sebanyak-banyaknya dari sekarang, sumpah biaya resepsi enggak sedikit.” Gaza menimpali dengan tawa kecil.Olan meringis dengan anggukan. “Percaya Bro, makanya sekarang gua enggak masuk klub lagi. Gila harga WO sekarang.” “Wah sudah mengambil jalan lurus sepertinya ya, siapa Lan siapa calonnya?” tanya Natasya semangat. “Belum ada Sya astaga ... masih lama, tabungan masih seujung kuku. Calon belum ada, gua menabung karena kemarin sepupu gua nikahan dan habis hampir satu Milyar gila enggak itu.” Olan menggelengkan kepala menatap Natasya horor.
Read more

Kedatangan Tamu Rumah Bordil

“Aku capek senyum,” bisik Gaza di antara antrean panjang tamu yang terasa tiada ujungnya. “Sabar,” lirih Natasya dengan senyum tak lekang dari wajahnya. Tidak satupun dari tamu yang Natasya kenal sejauh ini. Ia berharap terus seperti itu sampai tidak ada sisa tamu lagi. Di samping kanan Gaza sang papa berdiri, di samping kiri Natasya berdiri Vallen dan Naren dengan senyuman lebar pula. Meninggalkan Shaka di rumah bersama suster dan orang tuanya. “Bisa kali kita honey moon habis ini, jadi makin terasa pengantin barunya.” Gaza kembali berbisik. “Iya tenang saja, aku sudah siapkan kejutan untuk kamu.” Natasya menoleh ke arah Gaza dan mengedipkan sebelah matanya. Gaza menyeringai lebar melihat bagaimana Natasya menggodanya. Padahal jelas-jelas mereka sedang diatur dalam berhubungan badan oleh dokter yang menangani program hamil. “Papa kuat sekali berdiri berjam-jam.” Kini Natasy
Read more

Negatif Kembali

“Aku akan pulang terlambat sepertinya, enggak usah menunggu ya.” Gaza mendaratkan kecupan pada kening dan bibir istrinya sebelum berangkat bekerja. Natasya mengangguk dengan senyuman, kembali masuk untuk segera membuka laci nakas paling bawah di mana ia menyimpan sekotak penuh alat tes kehamilan semenjak mereka berdua memutuskan menjalani rangkaian promil yang sangat menyakitkan baginya. Gaza sepertinya lupa jika hari ini ia harus mengecek jika belum juga datang bulan. Natasya menarik nafas panjang, menghembuskan perlahan. Hingga tarikan nafas ke tiga kalinya baru ia membuka satu alat tes kehamilan, ia sudah memasukkan air seninya dalam cup yang ia sediakan bersama alat tes tersebut. Dengan nafas berat mulai meneteskan air seninya ke alat tes dari dalam cup, mendiamkan beberapa saat dengan tangan saling meremas dan mata yang tidak berkedip memandangi benda pipih yang ia letakan di atas wastafel kamar mandinya. Desah kecil
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status