Natasya menarik nafas panjang sebelum memasuki sebuah restoran yang ia tuju. Sedari Apartemen Gaza jantungnya tidak mau berdetak pelan. Orang yang akan ia temui adalah satu-satunya orang yang amat ia segani dan hormati. Adalah papa Gaza, beliau tiba-tiba menghubunginya entah mendapatkan nomornya dari mana dan memintanya bertemu untuk mengobrol.“Selamat siang, Om,” sapa Natasya.“Iya siang Diwang, silakan duduk. Mau pesan apa?” Papa Gaza menerima salam dari Natasya.“Om sendiri sudah pesan? Saya pesan minum saja,” jawab Natasya.“Sudah, pesan kopi tadi. Silakan pesan dulu.” Papa Gaza mempersilakan Natasya memesan terlebih dahulu sebelum mereka berbicara, keduanya hanya memesan minuman karena merasa tidak akan bisa makan dengan apa yang akan mereka bicarakan.“Langsung saja ya Diwang, kamu teman sekolah Gaza di Semarang benar? kata Valen seperti itu.” Papa Gaza mulai bersuara.Natasya mengangguk kecil. “Benar Om, saya satu sekolah bahkan satu meja dengan Gaza saat SMA. Saya juga
Baca selengkapnya