Home / Romansa / Sang Primadona Rumah Bordil / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Sang Primadona Rumah Bordil: Chapter 71 - Chapter 80

117 Chapters

Bahagia dan Kesedihan

“Hah?” seru Gaza. Terdengar ketukan di pintu dan masuklah seorang dokter dengan dua orang perawat. Menyapa Gaza, papa dan Natasya bersamaan. Akan tetapi separuh isi kepala Gaza sedang melayang-layang akan informasi yang belum lengkap disampaikan oleh istrinya. “Apa tadi?” Gaza berbisik menuntut kejelasan dari Natasya. “Nanti aku jelaskan lagi, kita dengarkan dokter dulu ya, Sayang.” Natasya menyentuh pipi Gaza dan membelai pelan. Gaza mengangguk dengan terpaksa, benar apa kata istrinya kalau saat ini ia harus fokus menemani pengobatan papanya. Akan tetapi tidak dipungkiri jika dadanya berdebar-debar hebat mendengar perkataan terakhir istrinya sebelum dokter memasuki ruangan. Dokter masuk untuk membacakan hasil laboratorium. Mengejutkan ternyata papanya memiliki benjolan di punggung kanan atas dan dianjurkan untuk pengangkatan atau operasi karena tergolong ganas. “Papa setuju kan kalau diope
Read more

Demam Mengidam

“Jangan pakai sepatu tinggi lagi.” Gaza menegur kala Natasya masih berdiri di depan rak sepatu mereka berdua di dalam rumah, tampak kebingungan belum memutuskan memilih yang mana. “Tentu saja enggak. Aku sedang menyamakan dengan baju aku ini,” jawab Natasya. “Ya Tuhan ... warna netral saja sudah ayo cepat,” geram Gaza. “Astaga enggak sabaran sekali kamu ini,” kekeh Natasya. Natasya akan melakukan pemeriksaan kedua setelah menunggu papa Gaza keluar dari rumah sakit. Keputusan akhirnya adalah papa menolak tinggal di rumah Gaza maupun di rumah Vallen dengan mengatakan ia akan mempekerjakan perawat laki-laki untuk membantunya beraktivitas. Walau kedua putranya bersikeras ingin merawat tapi papa mengatakan jenguk saja sesekali. Akhirnya Gaza dan Vallen memutuskan akan bergantian menginap satu minggu satu minggu di kediaman papa sampai papa bisa beraktivitas sendiri. Natasya memasang wajah geli s
Read more

Diajak Menikah

“Hallo Sayang, di klinik?” Gaza bertanya memalui panggilan video call saat waktu menunjukkan pukul dua siang. “Iya baru banget selesai pegang orang,” jawab Natasya. “Enggak ada pelanggan cowok kan?” tanya Gaza. “Enggak ada, awalnya memang niat buat cewek cowok tapi aku malas dicemburui kamu terus,” sindir Natasya. “Oh jelas tentu saja. Mana boleh kamu pegang-pegang badan laki-laki selain suami kamu ini. Jangan capek-capek ya Sayang. Kamu punya banyak anak buat dengan kualitas bagus-bagus aku tahu sekali saat kamu menyeleksi karyawan. Jadi pegang saja yang vip seperti bininya Olan,” papar Gaza. “Mereka belum menikah jadi sebut saja kekasih,” ralat Natasya.Gaza tertawa, mengangguk. “Kalian sudah makan?” “Kalian?” Natasya memicingkan mata mendengar pertanyaan tersebut. “Iya kalian, istri cantik aku sama anak aku. Eh anak kita maksudnya.” Gaza menyeringai lebar.
Read more

Mozart

“Kamu enggak salah dengar, Rion mengajak aku menikah. Ya ampun Sayang ... mingkem.” Natasya bangun dari posisi tiduran di paha suaminya, merangkum wajah Gaza agar menutup mulut lebar syoknya. “Dia tidak tahu kamu sudah menikah? kamu enggak bilang sudah menikah?” tuntut Gaza. “Dengarkan dulu makanya ih, kamu main serobot saja,” dumel Natasya. “Ya kamu kasih bom depan muka aku,” gerutu Gaza.Natasya menghela nafas. “Maksud aku enggak seperti itu, memang mau aku kasih tahu kamu kok. Dia enggak tahu aku sudah menikah dan saat dia mengajak menikah ya aku kasih tahu kalau kalau aku sudah menikah. Begini ceritanya, Rion tahu aku dulu pernah tinggal di rumah merah dan bekerja di sana. Dia bukan salah satu pelanggan aku, kami hanya sungguhan berteman.” “Tidak ada pertemanan laki-laki dan perempuan yang tulus. Itu akhirnya mengajak menikah juga kan?” potong Gaza kesal. “Jangan memotong perkataan aku
Read more

Edamame Petaka

“Ada?” Natasya berbisik saat kaki mereka memasuki sebuah hotel bintang lima di mana sang suami membawanya. “Ada pianisnya tapi enggak tahu bisa main mozart apa enggak, semoga bisa.” Gaza membelai tangan digenggaman dengan ibu jarinya. “Kalau enggak bisa jangan makan sini berarti,” bisik Natasya. Gaza terkekeh kecil membawa sang istri yang sudah pol berdandan demi menonton permainan mozart bukan untuk makan steak seperti saat ditanya olehnya ingin makan apa di hotel. Mereka disambut dengan ramah, ketika Gaza mengatakan telah observasi atas nama dirinya, sang waiters yang mengenakan jas hitam langsung membawa mereka menuju kursi yang telah dipesan. “Boleh tolong sampaikan sama Bapak Gilberto, kalau Gazalio ingin bertemu?” tanya Gaza pada sang waiters. Sang waiters awalnya mengerutkan kening namun dua detik kemudian langsung mengangguk dan permisi meninggalkan keduanya yang bahkan belum memesan
Read more

Panjang Usus

“Tidur, Sayang. Tidur yuk, kamu dan aku sama-sama capek.” Gaza mencari celah paling aman, ia sungguh tidak sanggup menghadapi emosi Natasya selarut ini setelah jungkir balik memikirkan semua cara sedari keinginan melihat live musik mozart hingga edamame. “Jawab dulu, kenapa kamu masih ingat? Atau jangan-jangan .... “ Gaza membungkam mulut Natasya dengan ciuman dalam nan panjang, menghentikan semua praduga sang istri yang sudah pasti tiada ujungnya. Hal paling menyebalkan saat Natasya hamil adalah semua logikanya seolah tidak berjalan. “Tidur atau aku buat enggak tidur sekalian sampai pagi, pilih yang mana?” Gaza mengancam setelah melepas bibir candu istrinya yang tersengal-sengal. “Tidur.” Natasya menjawab dengan wajah merah padam. “Good choice honey, kamu hanya butuh bilang ... sayang aku sangat senang, aku sangat cinta kamu .... “ Natasya tersenyum masih dengan sisa sengal
Read more

Sesi Dramatis

“Pakai mbak saja Ga, yang menginap. Biar tenang karena ada yang temani di rumah.” Vallen mengatakan dengan desah panjang. Vallen dan papa mereka mengunjungi Natasya yang langsung dirawat pasca Gallen temukan terkulai dilantai kamar mandi dengan peluh membasahi sekujur badannya. Pucat pasi dan dingin sekali tiap jengkal kulitnya. “Sudah sering aku usulkan pakai mbak, tapi Diwang enggak mau. Enggak nyaman katanya,” desah Gaza. “Enggak perlu menginap berarti, kamu kan malam pasti pulang. Kita enggak tahu berapa jam Diwang tadi di kamar mandi, sampai kedinginan kata dokternya,” tambah Vallen.Gaza mengangguk kecil. “Nanti aku paksa. Papa antar pulang saja, sudah larut mesti istirahat juga.” “Papa sudah sehat, Gaza.” Papa menolak diminta pulang. “Belum sepenuhnya sehat. Nanti aku akan kabari perkembangannya, Papa kan juga masih konsumsi obat.”Papa mendesah panjang. “Kabari kalau Diwang sudah ba
Read more

Ternyata Dua

Gaza menelan ludah kasar, benar kata Olan jika istrinya jauh lebih sengsara cenderung hampir gila karena mual yang tidak berkesudahan. Tanpa bersuara segera diangkat badan istrinya dan ia pindahkan ke ranjang mereka, menghabis jejak basah di wajah yang sekarang tampak tirus tersebut. “Aku enggak mau dipeluk, aku lapar Gaza.” Natasya berseru mendorong bahu suaminya ketika hendak memeluknya. “Aku juga bingung, Sayang. Harus bagaimana lagi, semua makanan sudah dicoba dan tidak ada yang bisa masuk. Aku sudah minta dokter memberikan obat mengurangi mual tapi kata dokternya juga itu hanya mengurangi tidak ada sepuluh persennya. Kamu ingin makan apa? coba katakan, kita coba sekali lagi ya. Semoga bisa masuk,” bujuk Gaza lembut. “Enggak bisa, pasti keluar.” Natasya mengusap wajahnya penuh keputusasaan. “Coba dulu, ayo kita coba dulu.” Gaza membelai lembut paras pucat istrinya. Natasya menjatuhkan b
Read more

Candu

“Apa?” seru Gaza dan Natasya. “Calon janinnya ada dua Bu, Pak. Kembar, Alhamdulillah .... “ “Kok bisa, Dok?” tanya Gaza. “Maksudnya kok bisa tiba-tiba ada dua padahal dari awal hanya satu?” ralat Gaza merasa pertanyaannya ambigu. Dokter tersenyum memahami kebingungan pasangan di hadapannya, mengangguk sebagai tanda ia paham maksud Gaza. “Beberapa kasus kehamilan ada yang seperti ini, Pak. Bisa jadi ketika pemeriksaan sebelumnya belum terbentuk sempurna dan kurang terlihat dari USG dan ibu Diwang menolak USG transvaginal. USG transvaginal adalah yang paling akurat dan dapat terlihat hampir seratus persen langsung dari rahim. Tidak apa-apa, syukur sekarang sudah terlihat jelas, mari kita periksa putranya lebih lengkap ya Pak, Bu. Apa Bapak atau Ibu ada keturunan kembar?” Dokter menjelaskan dengan sabar. “Papanya kembar identik, Dok,” jawab Natasya. “Oh ya? wah
Read more

Yang Pertama

Natasya tahu Gaza sangat lembut dan perhatian bahkan tergolong peka untuk ukuran laki-laki. Namun ia tidak menyangka jika sampai mau mencucikan pakaian dalamnya yang terkena muntahan karena ketika tidur tiba-tiba perutnya bergolak dan ia tidak dapat menahannya hingga kamar mandi. Sudah dua hari terakhir ia selalu kegerahan walau kamar sudah AC suhu paling rendah. “Kasihan mbak kalau sampai mencuci yang seperti ini. Aku suami kamu mana mungkin jijik.” Gaza menjawab demikian saat Natasya bertanya apa ia tidak jijik. Natasya menanyakan kenapa ia tidak bekerja-bekerja, sudah tiga hari suaminya tidak masuk kerja setelah pemeriksaan terakhir kandungannya. “Takutnya kamu tepar lagi seperti saat itu dan aku enggak ada,” jawab Gaza. “Ada mbak, mbak bisa langsung telepon kamu sebelum aku pingsan di lantai lagi,” pungkas Natasya. “Memangnya kenapa sih, ditemani suami kok mendumel,” kekeh Gaza.
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status