Terlihat kobaran api di dalam mata Sonia. Dia melihat pensil yang hancur di lantai, lalu berjongkok untuk memungutnya.Saat ini Darren masuk ke ruangan, lalu bertanya dengan mengerutkan keningnya, “Apa dia sudah pergi? Apa yang dia katakan kepadamu?”Sonia membuang pensil yang telah rusak itu ke tong sampah, baru menjawab, “Nggak apa-apa. Aku hanya beri tahu dia, kelak kami nggak mungkin bisa berteman lagi!”Darren mengangguk. “Benar apa katamu! Tak disangka dia begitu nggak tahu malu, malah ingin berteman seperti dulu lagi! Mimpi sana!”Sonia menepuk-nepuk tangannya. Saat dia mengangkat kepalanya, raut wajahnya terlihat tenang. “Oke, jangan ungkit masalah dia lagi, nanti malah memengaruhi pekerjaan.”Darren takut Sonia akan merasa sedih, dia pun segera membalas, “Oke, kita tidak usah ungkit namanya lagi!”…Malam harinya, sewaktu Sonia sedang melukis desainnya, Melvin melakukan panggilan video dengannya.Melvin mengangkat ponselnya, lalu memperlihatkan isi dari vilanya. “Lihat yang je
Baca selengkapnya