Wajah Darren sudah memucat. Dia berkata dengan terbata-bata, “Jangan … jangan sungkan!”Reza membalikkan kepalanya, lalu mengusap kening Sonia. “Aku pergi cari Pak Nathan dulu, kamu pergi kerja sana. Tenang saja, ada aku!”“Emm!” Sonia mengangguk.Reza mengusap rambut Sonia, baru berjalan pergi.Setelah si lelaki pergi, Sonia kembali mengambil buku sketsanya, lalu bertanya pada Darren, “Ada urusan apa cari aku? Ayo pergi!”Darren mengikuti langkah Sonia. Saat ini, dia terlihat sangat kaget. “Sonia, kekasih yang kamu katakan sebelumnya itu Pak Reza, ya?”“Iya.” Sonia mengangguk.Darren hampir jatuh pingsan ketika mendengarnya. Dia kembali bertanya, “Pak Reza nggak salah paham, ‘kan?”“Nggak, kok!” Sonia tersenyum santai. “Kita hanya teman. Untuk apa dia salah paham?”“Jadi, apa aku masih boleh bicara sama kamu?” tanya Darren dengan hati-hati.Sonia sungguh tidak berdaya. “Kenapa nggak boleh bicara sama aku? Kita kan rekan kerja. Dia nggak bossy, kok.”Darren membatin, ‘Tokoh terkemuka s
Read more