Semua Bab Penguasa Kultivasi Beladiri Tertinggi: Bab 151 - Bab 160

227 Bab

Bab 151. Peta Pedang Dewa Cahaya

Bummmmm!Dentuman yang sangat keras terdengar. Bersamaan dengan itu terjadi ledakan cahaya yang meliputi seluruh tempat itu. Sesaat Pulau Es dilanda kekuasaan cahaya yang sangat terang menyilaukan mata. Tidak ada satu orangpun yang mampu membuka matanya.Beberapa saat kemudian serangan dahsyat kekuatan cahaya itu mulai reda. Perlahan-lahan semua orang dapat melihat meskipun masih ada kekuatan cahaya yang mengganggu. Betapa mereka dibuat tercengang dengan apa yang terjadi di depan mata mereka. Sebuah pemandangan istimewa yang membuat mereka haru dan akhirnya bersorak penuh kemenangan.Bagaimana tidak, setelah cahaya itu rendah terlihatlah Pedang Iblis hancur berantakan di tanah. Sementara hantu hitam pun dalam keadaan terkapar berkelojotan. Perlahan-lahan tubuhnya mulai ditelan oleh cahaya terang yang menghinggapinya. Hingga beberapa saat kemudian hantu hitam pun benar-benar lenyap bagaikan ditelan cahaya semesta.Semua orang terlihat senang dengan apa yang sudah terjadi. Kemunculan
Baca selengkapnya

Bab 152. Pulau Sembilan Dewa

"Paman, apakah kau menyewakan kapal ini?”“Ahhh.. tidak tuan. Kapal ini hanya diperuntukkan untuk mencari ikan di lautan. Memangnya tuan-tuan ini hendak kemanakah?”Setelah melakukan penyelidikan tentang kepergian wakil ketua sekte Iblis langit yang kini diduduki oleh Hantu Merah, Li Kun mendapatkan informasi bahwa pulau yang dituju oleh orang itu adalah pulau Sembilan Dewa. Konon dulunya pulau ini adalah tanah keramat tempat para dewa tinggal di muka bumi. Namun seiring berjalan waktu pulau itu menjadi kosong dan banyak ditinggali hewan-hewan spiritual. Dalam peta pusaka yang dimiliki hantu merah dikatakan bahwa di tempat itulah pedang Dewa cahaya berada.Li Kun bersama dua orang kepercayaannya melakukan perjalanan menuju Pulau Sembilan Dewa. Setelah tiba di tepi pantai ia pun mencari kapal untuk disewa berlayar menuju pulau sembilan dewa.“Kalau kau mau mengucapkan kami, maka aku akan membayar paman senilai 30 hari paman mencari ikan,” bujuk Li Kun dengan iming-iming bayaran ti
Baca selengkapnya

Bab 153. Naga Biru Penjaga

"Dengan gelombang sebesar ini rasa-rasanya tidak mungkin kita akan selamat. Sebaiknya kita mempersiapkan nilai untuk melakukan perjalanan udara,” ucap Li Kun. Li Kun yang melihat gelombang semakin mendekat dengan ukuran yang sangat besar dan terlihat kecepatan serta kekuatan yang mengganas memperingatkan dua orang anak buahnya untuk segera mempersiapkan diri. Ia merencanakan akan melakukan perjalanan melalui udara. Walaupun itu akan sangat menguras tenaganya mau tidak mau hal itulah yang harus ia lakukan. Tiba-tiba saja melesat bayangan berwarna putih kemerahan. Bayangan itu langsung berada di sekitaran kapal yang digunakan oleh Li Kun beserta anak buahnya. Bayangan kemerahan itu membentangkan tangannya. Tiba-tiba saja ombak besar itu pun reda. Namun bukanlah sebuah keadaan yang terkendali terjadi. Bukan pula masalah yang dihadapi oleh Li Kun dan dua orang anak buahnya selesai. Kini di tempat itu muncul seekor naga yang sangat besar. Naga itu memancarkan cahaya mata berwarna kemerah
Baca selengkapnya

Bab 154. Kekuatan Sejati Kultivasi Beladiri Tertinggi

“Berani kau meremehkanku anak manusia, maka hari ini lah akhir dari kehidupanmu di dunia ini!” geram Naga Biru marah.Naga Biru mengangkat tangannya ke atas. Dari tangannya itu memancar cahaya biru yang sangat terang. Ia berniat menghabisi Qiang Fan dengan sekali pukulan menggunakan tangan kanannya itu. Ia benar-benar merasa di rendahkan oleh ketua sekte Menara Bintang Dewa itu.Naga biru melakukan gerakan meninju. Dari tangannya itu muncul cahaya biru pekat yang membentuk wujud naga meluruk ke arah Qiang Fan. Sementara pemuda yang diserang sedikit pun tidak menunjukkan rasa gentar.“Teknik Perisai Dewa!” pekik Qiang Fan.Sebuah perisai berwarna putih terang muncul di hadapan Qiang Fan. Beberapa saat kemudian kekuatan serangan yang dilancarkan oleh naga biru langsung menghantam perisai itu.Blammmm!Ledakan yang sangat keras terjadi. Tubuh Qiang Fan terdorong hingga beberapa tindak, namun masih mampu bertahan melayang di udara. Sementara Naga Biru terpental akibat bentrokan tenaga ser
Baca selengkapnya

Bab 155. Penolakan Penghuni Pulau Sembilan Dewa

Wusss.. wussss.. Ratusan bola api meluncur ke arah puing-puing kapal yang tersisa, yang kini digunakan oleh Li Kun dan dua orang pengawalnya untuk meluncur ke pulau sembilan dewa. Bola api itu merupakan sebuah teknik serangan yang dilancarkan oleh penghuni pulau sembilan dewa.“Wakil ketua, biar kami yang menghalau bola-bola api itu,” ucap salah satu pengawal.Li Kun menganggukkan kepalanya. Saat itu ia sendiri sedang melakukan pengerahan tenaga untuk menjaga keseimbangan puing kapal yang mereka gunakan untuk mencapai pulau sembilan dewa.Kedua Pengawal itu mengarahkan kedua tangannya ke arah bola api yang melesat. Seketika muncul pusaran angin dan kekuatan es dari kekuatan para pengawal itu gunakan. Rupa-rupanya mereka merupakan para praktisi yang memiliki elemen angin dan elemen es. Dua kekuatan dahsyat itu berhasil mematahkan serangan bola api yang begitu banyak mengincar Li Kun dan anak buahnya. Para penghuni Pulau Sembilan Dewa itu pun terkejut dengan kemampuan yang dimiliki ol
Baca selengkapnya

Bab 156. Pangeran Ketiga Pulau Sembilan Dewa

“Biar aku saja yang pergi ke pulau itu, ketua Qiang! Mereka pasti tidak akan menolak kedatanganku!” ucap Majikan Pulau Es.Setelah sejenak dunia akhirnya kepala suku es menawarkan diri untuk mengunjungi Pulau Sembilan Dewa. Ia tidak menjelaskan mengapa orang-orang di Pulau Sembilan Dewa tidak akan menolak kedatangannya. Namun ia berhasil meyakinkan kiamat meskipun tidak mengatakan alasannya.Kepala Suku Es yang berhasil mendapatkan kepercayaan Qiang fan untuk mengutusnya ke pulau sembilan dewa. Hari itu juga orang tua itu berangkat. Ia meminta izin agar putrinya tetap tinggal disana selama ia pergi.Saat akan berangkat, Kepala Suku Es ditemani sang putri di pelabuhan Pulau Bintang Dewa. Putri semata wayangnya, ingin ikut serta dalam perjalanan ayahnya itu, Namun Kepala Suku Es melarangnya dengan alasan yang tidak bisa ia katakan. Orang tua itu meminta agar Sang Putri untuk tetap tinggal di pulau bintang Dewa. Dengan berat hati, dia menganggukkan kepala dalam persetujuan atas permint
Baca selengkapnya

Bab 157. Lencana Sekte Menara Bintang Dewa

“Aku sangat yakin, bukan orang-orang Menara Bintang Dewa pelakunya. Rasa-rasanya tidak ada diantara orang-orang sekte itu yang memiliki kemampuan berada di atas ayahanda. Seandainya ada yang berbuat curang pun menggunakan racun untuk mengalahkan ayah kita rasa-rasanya sangat mustahil akan berhasil,” ucap Majikan Pulau Es.Kedelapan pangeran di pulau Sembilan Dewa terdiam. Mereka menyadari apa yang diucapkan Kepala Suku Es yang merupakan pangeran ketiga di pulau itu sedikitpun tidak meleset. Mereka sangat yakin saat ini hanya Ayah merekalah yang memiliki kekuatan paling tinggi di dunia persilatan. Bahkan seandainya mereka bergabung tentu tetap saja mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengalahkan ayah mereka."Entah kenapa kau memiliki keyakinan seperti itu. Sepertinya hubungan kalian orang-orang Pulau Es dan juga orang-orang Pulau Bintang Dewa benar-benar dekat. Aku tidak menyalahkanmu kalau memang benar mereka tidak tahu sama sekali tentang pelaku yang sudah mencelakai ayah kita
Baca selengkapnya

Bab 158. Muslihat Sang Pangeran Pertama

"Tuan, meskipun ketua kami belum tentu mampu melakukan pemindahan jiwa itu tapi aku yakin ia bisa membantu menyembuhkan keadaan majikan Pulau! Apabila kalian izinkan maka aku akan kembali ke Pulau Bintang Dewa dan meminta ketua kami untuk membantu majikan Pulau Sembilan Dewa,” ucap Li Kun lagi.Li Kun mencoba menawarkan solusi untuk menyadarkan majikan Pulau Sembilan Dewa. Hal ini juga ingin ia lakukan agar Qiang Fan datang ke tempat itu dan memberikan pendapat tentang sekte mereka yang dituduh melakukan penyerangan terhadap majikan Pulau Sembilan Dewa. "Apa kau kira aku bodoh! Dengan memberikan kesempatan kepada ketua kalian untuk datang ke tempat ini dan memeriksa keadaan Ayah kami sama saja kami membiarkan orang lain akan mencelakakan bahkan mungkin menewaskan Ayah kami!" sahut Pangeran Pertama yang tidak terima usulan Li Kun itu.Semua orang memahami keadaan Pangeran Pertama yang terlihat begitu menyayangi majikan Pulau Sembilan Dewa. Ia tentu tidak ingin ayahnya kembali celaka
Baca selengkapnya

Bab 159. Pelayaran Maut

“Cegah anggota Sekte Menara Bintang Dewa itu kembali ke tempatnya!” perintah Ketua Sekte Iblis Langit.Tanpa banyak tanya beberapa orang dari anggota utama Sekte Iblis Langit yang berada di tempat itu langsung meminta izin untuk meninggalkan tempat itu. Ia langsung melaksanakan perintah yang diberikan Ketua Sekte Iblis Langit. Tujuan mereka adalah menghalangi anggota Sekte Menara Bintang Dewa yang kembali ke Pulau Bintang Dewa untuk melapor kepada Qiang Fan. Sementara itu dalam perjalannya meninggalkan Pulau Sembilan Dewa menuju pulau Bintang Dewa, Yan Bu yang dipercayakan membawa misi berbahaya itu, harus kembali ke Pulau Bintang Dewa seorang diri. Ia harus menyampaikan berita kritis tentang kondisi pemimpin sekte yang memburuk kepada Qiang Fan, Ketua Sekte Menara Bintang Dewa. Yan Bu memulai perjalanannya, berlayar dengan kapal yang disiapkan oleh orang-orang Pulau Sembilan Dewa. Meski kapal itu terlihat kecil namun memiliki kecanggihan dan kemudahan yang tidak kalah dengan kapal
Baca selengkapnya

Bab 160. Tombak Raja Iblis Penghancur

Sebuah serangan dahsyat mulai dilayangkan oleh pihak Sekte Iblis Langit dari kapal yang berada di samping kanan Yan Bu. Serangan itu bukanlah serangan sembarangan namun memiliki pancaran kekuatan yang dahsyat. Luncuran serangan itu bahkan hampir membelah lautan yang dilewatinya. Kapal yang dinaiki oleh Yan Bu pun terlihat oleng terdorong ke samping."Perisai Pelindung Dewa!" Pekik Yan Bu.Serangan lawan langsung dihadang oleh Yan Bu menggunakan perisai pelindung Dewa yang pernah dipelajarinya dari Qiang Fan. Perisai itu langsung menghadang serangan musuh dan menyerangnya. Kali ini serangan lawan yang dahsyat itu masih bisa ditahannya. Walaupun tangan Yan Bu terasa gemetar karena pukulan yang menimpa perisai itu dapat juga dirasakan oleh kedua tangannya.Di sisi lain musuh yang berada di dalam kapal dibuat terkejut dengan upaya bertahan yang dimiliki oleh Yan Bu. Ia tidak menyangka kaki tangan Li Kun itu mampu menghadang serangannya. Padahal dilihat dari tingkatan ranah kultivasi yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
23
DMCA.com Protection Status