Pagi–pagi sekali, Sabrina sudah berada di depan. Semalam setelah api berhasil dipadamkan, matanya sangat sulit terpejam. Akhirnya, dia memutuskan untuk keluar ke halaman setelah adzan Subuh. Matanya menatap nanar tanaman yang sebagian hangus dan sebagian menjadi abu. Dari mulai aglonema, anggrek, begonia, anthurium, sukulen, gloxinia, episcia, dan peperomia. "Ya Tuhan, hamba yakin, kalau ini adalah teguranMu karena hamba lalai dalam berbagi pada orang yang lebih membutuhkan. Maafkan hamba!" Sabrina berjongkok dan tangannya menjulur untuk memegang daun tanaman aglaonema ungu. Namun daunnya yang itu gosong dan berkerut. Tak sengaja, dia melihat sebuah batu seperti batu akik di dekat pot yang penyok. Warnanya biru sapphire polos. Sepertinya itu adalah mata cincin yang terlepas. "Sepertinya tidak asing, tapi dimana ya?" **Matahari di ufuk timur malu-malu untuk keluar dari peraduannya. Menampilkan semburat jingga yang indah disana. Erlangga sudah bersiap. Hari ini, dia sangat baha
Read more