Ratna muncul di depan pintu dengan napas yang terengah. Erlangga dapat mendengarnya. Secepat kilat, Erlangga menutup pena itu. Beruntung setelah mengambil penanya, Erlangga kembali meletakkan kotak beludru di laci dan menutupnya kembali. "Mama? Mama ngapain kemari?" tanya Erlangga seraya memasukkan pena itu ke sakunya. Ratna terus mengamati gerak Erlangga yang memasukkan pena ke saku. Hatinya lega saat melihatnya. Syukurlah hanya pena, gumanya dalam hati. "Ti–tidak, ta–tadi, Ma–ma, pergi ke rumah Susi," jawab Ratna gugup. Erlangga semakin mengerutkan kening. "Kenapa suara Mama tergagap?" "Ehh, tidak, tidak. Mungkin karena Mama barusan lari." Sembari mengatakan itu, Ratna masuk mendekat pada Erlangga. "Kenapa juga Mama harus lari? Sudah tahu umur tidak muda, nanti kalau terjadi sesuatu, 'kan Papa juga yang repot cari istri baru." Bughh! Spontan Ratna menabok mulut anaknya. "Dasar itu mulut!" "Jangan main tabok dong, Ma. Nanti kalau wajah Erlangga berubah menjadi seperti Lemi
Read more