All Chapters of Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar: Chapter 11 - Chapter 20

51 Chapters

11. Rasa nyaman

"Iya, dulu kami adalah keluarga yang bahagia." "Mertuamu masih hidup?" tanya Erlangga yang terlihat peduli. "Beliau masih hidup. Akan tetapi, sekarang beliau membenciku karena alasan yang tidak aku tahu. Astaga, maaf!" Sabrina memukul kepalanya dengan jari telujuknya pelan. "Tidak masalah," jawab Elvano dan Erlangga bersamaan. Sabrina tersenyum, lalu berguman, "Kenapa aku jadi menceritakan itu pada mereka?" Namun, hanya dia sendiri yang mendengar gumanan itu. Sedangkan Erlangga dan Elvano kembali perang mata secara diam–diam. Hanya kedua orang itu yang tahu. Setelah itu, suasana makan jadi hening. Tari dan Bulan yang biasa berceloteh kini senyap. Selesai makan malam, ketiga pria yang berada disana mulai pamit. Ilham pamit duluan karena jam kerjanya juga sudah selesai. Sementara Erlangga dan Elvano terus saja meributkan hal sepele sehingga menunda kepulangan mereka. Sabrina merasa kesal karena hal itu. Setelah melewati beberapa episode perdebatan, baru akhirnya mereka de
Read more

12. Siapa Bia? Siapa Sharon?

"Oma… !" Bulan juga berseru saat melihat Ratna. Mata Ratna yang tadinya setajam samurai saat menatap Sabrina, kini berubah Cera saat beralih menatap Erlangga yang menggendong Bulan. "Mama juga mendapat undangan?" tanya Erlangga saat mereka sudah saling berhadapan. "Iya, Susi teman Mama mengundang Mama, dan ternyata dia adalah ibunya mertuanya Riri mamanya Felix." Ratna menjawab seraya menarik Erlangga dan Bulan untuk menemui temannya yang dimaksud, dan meninggalkan Sabrina yang menggendong Tari. "Loh, Ma! Memangnya Neneknya Bulan tidak suka dengan kita ya? Kok kita tidak diajak kesana?" tanya Tari polos. Memang benar kata pepatah, jika anak kecil itu lebih peka perasaan nya daripada orang dewasa. "Tidak baik berburuk sangka, Sayang. Mungkin, Nenek Ratna sudah tidak sabar untuk bertemu dengan temannya dan mengobrol," jawab Sabrina memberi pengertian. Meskipun dia tahu kalau Ratna tidak menukainya, tidak mungkin 'kan untuk mengajari anak tentang kebencian? Sabrina membaw
Read more

13. Melamar di atas panggung

Keringat Fredy mengucur deras. Mungkin sekarang punggungnya basah karena keringat itu. "Sharon Mecca. Kurasa nama itu sangat jauh jika diplesetkan menjadi Bia," desak Erlangga lagi. "Memang. Dahulu kamu sangat mencintai istrimu. Bia adalah panggilan sayang darimu. Karena kamu memanggilnya Bia, kami semua juga terbiasa memanggilnya Bia. Terlebih, teman Mamamu itu jarang di rumah dulunya. Jadi dia mengira nama mantan istrimu adalah Bia dan tidak tahu kalau itu panggilan sayang." Bukan keluarga Edward namanya kalau tidak pandai membuat skandal. Erlangga mengangguk. Namun terlihat tidak puas. Masih ada yang janggal menurutnya. "Baiklah, kali ini aku percaya." Erlangga beranjak dari duduknya. Fredy menghela napas setelah putranya pergi. "Aku yakin, pasti anak itu akn mencari tahu sendiri. Apakah aku memilih jalan yang salah karena mengikuti Ratna?" Dia berguman seraya memegang kedua pelipisnya. Sementara itu, Erlangga memukul stir mobil. Dia bingung harus darimana untuk memula
Read more

14. Mama Baru untuk Bulan

Kaca bening di mata Sabrina semakin tebal. Selang sekian detik bulir bening meluncur begitu saja dari sana. Pandangannya menjadi buram saat melihat pria di atas panggung. Tak sengaja, Erlangga juga menatapnya dari atas. Dia baru menyadari kalau Sabrina berada disini. "Sabrina?" gumannya. Erlangga berusaha tidak peduli. Akan tetapi, hatinya teramat sakit melihat raut muka Sabrina yang terluka. Sabrina bergegas keluar dari ruangan itu. Elvano menyadarinya saat Sabrina sudah tidak ada. Sama halnya Sabrina, dia tercengang karena sepupunya berada dilamar seseorang di atas panggung. Wanita yang masih memiliki darah biru keraton itu melepas tangisnya yang ditahannya. Beruntung kondisi saat sepi, karena semua orang sudah berada di dalam. "Ya Tuhan, jika Engkau tidak menakdirkan kami untuk bersama, kenapa Engkau mempertemukan kami kembali," ujarnya sesenggukan. Pada saat ini, keadaan sedang hujan. Angin sepoi membuat tubuh Sabrina menggigil. Akan tetapi, sama ekali dia tidak m
Read more

15. Hubungan yang terlupakan

"Sebentar! Mama kamu yang bilang ya?" Bulan bingung, kemudian dia menatap Erlangga dan Tari secara bergantian. Sedangkan Tari menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku lihat di ponsel Mama, Om." Kemudian, bel berbunyi dan para pengajar anak–anak mulai memanggil anak didiknya. Tari teramat kecewa karena sebelum mendapat jawaban dari Erlangga, jam belajar sudah mulai. "Tari tunggu nanti, Om," ujar Tari datar lalu pergi ke Bunda yang menjadi Wali kelasnya. Tidak seperti biasa, Tari berjalan dulu tanpa menggandeng Bulan. Bulan sedikit kecewa, tetapi dia tetap berpikir positif. Hari ini adalah pelajaran mewarnai. Tari mendapatkan gambar buah apel yang harus diwarnai beserta tangkai dengan satu daun. Sedangkan Bulan mendapat gambar pisang. Kedua anak itu duduk dalam satu meja. Bersebelahan pula. Meja belajar mereka memutar seperti meja belajar di film kartun anak kembar botak yang berasal dari negara tetangga. "Tari, tadi… apa yang kamu ucapan benar? Soal Papa mau mencari mama baru u
Read more

16.

"I–iitu… aku…" "Cukup! Kamu tidak perlu menjelaskan apapun lagi. Aku sudah tahu jika kita memang memiliki hubungan yang spesial di masa lalu," ujar Erlangga menyela perkataan Sabrina yang tergagap. Hati Sabrina semakin dag-dig-dug. Ingin sekali dia mengatakan semua, tapi mulutnya seakan terkunci. "Kalau kamu belum mampu mengatakannya, tidak apa. Aku akan berusaha lagi untuk menemukan ingatan tentangmu." Setelah mengatakan itu, Erlangga beranjak dan pergi dari kamar Sabrina. Sementara Sabrina masih mematung. Sedih ataukah bahagia saat ini? Dia tidak tahu apa yang akan mertuanya lakukan jika Erlangga tahu. Sama sekali dia belum membuat persiapan matang. *Di sekolah paud. Tari dan Bulan sedang menunggu jemputan di depan kantor Bunda Guru. "Siap ya?" titah Tari pada bulan saat melihat mobil Erlangga yang berhenti di depan gerbang. Bulan mengangguk dan tersenyum sekilas. Lalu bocah itu pergi duduk di bangku lain yang tak jauh dari Tari. Wajah cemberut sudah di pasang saat Erlang
Read more

17. Mencuci otak Si kembar

"Tapi, Oma janji untuk tidak membuat Tari dan Mama Sabrina kenapa–napa. Janji untuk tidak membakar rumah mereka?" Ratna mengangguk dan tersenyum. Kemudian dia memeluk Bulan dengan penuh kasih sayang. Sedangkan Bulan bimbang. Dan terus bertanya. "Jadi Mama Sabrina adalah Mama kandung Bulan dan Tari adalah saudara kembar Bulan?" Kini, Bulan bertanya dengan suara yang lembut. "Iya, Sayang." "Memangnya Mama Sabrina melakukan apa hingga membuat hidup Papa hancur?" "Setelah kamu dan Tari lahir, Papa kalian kecelakaan dan koma berbulan–bulan. Terus Mama kalian kesepian, lalu dia menjalin hubungan terlarang dengan temannya yang dulu.""Maksudnya hubungan terlarang?" "Begini, kalau dua orang menikah. Seperti Mama dan Papa. Lalu salah satu membagi kasih sayang kepada orang lain, itu namanya hubungan terlarang. Nanti kalau Bulan dewasa tidak boleh melakukan itu.""Berarti Oma juga melakukan hubungan terlarang dong? Karena membagi kasih sayang Oma kepada Papa dan juga aku. Kenapa Oma dan O
Read more

18. Masa lalu 1

Pria itu adalah Erlangga. Meskipun Erlangga sudah mempersiapkan diri agar tidak terkejut saat bertemu Sabrina, dia sekilas tercengang. "Darimana saja kamu?" celetuk Farhan. Sehingga membuat Sabrina sadar kembali. "Maaf, tadi ada klient yang rewel. Jadi gagal ontime untuk sahabatku yang keren ini," timpal Erlangga dengan nada yang dibuat–buat seperti sedang menyesal. Lalu Farhan berdiri dan mengajak Erlangga duduk. Kebetulan tempat duduk yang kosong adalah samping kiri Sabrina. Mereka kembali berbincang–bincang seakan baru saja bertemu kembali setelah sekian lama berpisah. "Wahh kalian cocok banget jadi keluarga," puji Farhan yang meluncur begitu saja untuk Erlangga, Sabrina dan Tari. "Tapi…bukankah dulu kalian menikah?" tambahnya. Lalu saat menyadari ekspresi keduanya yang berubah, Farhan buru–buru mengalihkan topik. "Maaf! Aku tidak bermaksud apa–apa." "Ahh, tidak masalah," ucap Sabrina Dalam sekejap, Farhan langsung akrab dengan para tetangga disini. Jadi dia membahas perih
Read more

19. Petunjuk Masa Lalu

Sebenarnya Aldo mengatakan itu hanya sebuah candaan. Akan tetapi, saat Erlangga benar menikah dengan Sabrina, Aldo memberinya kado sebuah mobil sports keluaran terbaru di zaman itu. Dari ketiga teman Erlang lainnya, Aldo-lah yang paling kaya. Ayah Aldo merupakan salah satu orang terkaya di negara ini. Jadi memberi hadiah mobil untuk Erlangga adalah hal yang kecil. "Kalau mobil itu, sepertinya masih ada di garasi," lirih Erlangga. Tatapannya sendu dan lurus ke depan. "Saat menyadari ini, kenapa lo tidak menghubungi Aldo dan Samuel? Aku yakin pasti mereka akan mengatakan yang sebenarnya." Mobil yang di setir oleh Farhan berbelok menuju sebuah kafe. "Gue kehilangan kontak mereka setelah kecelakaan." Erlangga masih pada posisi semula saat mobil sidah berada di halaman parkir. "Kita mampir dulu." Keduanya turun dari mobil dan masuk ke kafe itu. Di dalam, suasana cukup rame. Farhan memilih tempat duduk yang berada di sebuah ruangan. Ya, kafe ini juga memiliki konsep in–door seperti
Read more

20. Kenapa berbeda?

Ratna muncul di depan pintu dengan napas yang terengah. Erlangga dapat mendengarnya. Secepat kilat, Erlangga menutup pena itu. Beruntung setelah mengambil penanya, Erlangga kembali meletakkan kotak beludru di laci dan menutupnya kembali. "Mama? Mama ngapain kemari?" tanya Erlangga seraya memasukkan pena itu ke sakunya. Ratna terus mengamati gerak Erlangga yang memasukkan pena ke saku. Hatinya lega saat melihatnya. Syukurlah hanya pena, gumanya dalam hati. "Ti–tidak, ta–tadi, Ma–ma, pergi ke rumah Susi," jawab Ratna gugup. Erlangga semakin mengerutkan kening. "Kenapa suara Mama tergagap?" "Ehh, tidak, tidak. Mungkin karena Mama barusan lari." Sembari mengatakan itu, Ratna masuk mendekat pada Erlangga. "Kenapa juga Mama harus lari? Sudah tahu umur tidak muda, nanti kalau terjadi sesuatu, 'kan Papa juga yang repot cari istri baru." Bughh! Spontan Ratna menabok mulut anaknya. "Dasar itu mulut!" "Jangan main tabok dong, Ma. Nanti kalau wajah Erlangga berubah menjadi seperti Lemi
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status