“Ada apa ini nangis-nangis? Saatnya tidur, Bu,” tegur Bapak. “Jangan terus membuat Alina menangis.”“Justru Alina yang membuat Ibu menangis. Anak ini, dia terus saja mengiris bawang di dekat mata Ibu.”Perempuan yang melahirkanku mengurai pelukan dan membantuku tiduran di lantai mobil yang sudah dialasi kasur busa. Bang Raka duduk di depan bersama sopir, sedangkan aku, Cici, Bapak dan Ibu bisa rebahan di belakang. “Mungkin sekarang kamu masih trauma, Nak. Ibu pun sama, tak ingin kamu terluka lagi. Tapi tetap saja Ibu berharap suatu saat nanti kamu ditemukan lelaki yang tepat. Anggap saja semua orang teman, tapi kendalikan perasaan, ya, Nak.”“Iya, Bu.”Aku memejamkan mata, meskipun belum ingin tidur. Kurasakan tangan Ibu menepuk-nepuk lenganku dengan pelan. Betapa takdir tiada yang tahu. Dulu Bapak dan ibu ikut mengantarku ke rumah suamiku, dan sekarang mereka menjemput wanita ringkih ini, membawaku pulang ke rumah masa kecil yang sudah direnovasi beberapa kali. Setelah menikah, ruma
Last Updated : 2023-01-09 Read more