All Chapters of Istri Kesayangan CEO: Chapter 1861 - Chapter 1870
1876 Chapters
Bab 1861
Tidak ingin melihat Rainie lebih lama lagi, Yuna langsung membalikkan badannya dan pergi.“Yuna!” sahut Rainie.Namun dari kejauhan Rainie mendengar balasan Yuna, “Jangan lupa untuk datang kerjain eksperimennya tepat waktu, ya, asistenku!”Saking kesalnya Rainie mendengar itu sampai wajahnya berubah. Seumur hidup ini dia tidak pernah merasa begitu terhina, tetapi apa boleh buat, di tempat ini dia mau tidak mau harus menuruti perintah bosnya. Maka itu sekarang Rainie hanya bisa menahan diri.Melihat Shane masih di sana dengan ekspresi terhibur, Rainie jadi tambah kesal lagi. “Shane, kamu pasti senang karena dapat teman di sini, ‘kan?”Mendengar itu, Shane hanya mengangkat kedua bahunya, mengatakan kalau tidak bermaksud seperti itu.“Kamu tahu, nggak, kenapa selama ini kamu nggak pernah dipercaya dengan inti dari eksperimen yang selama ini kita kerjakan?” tanya Rainie dengan wajah culas.“Aku nggak peduli. Yang aku pedulikancuma anakku.”“Hah … itu karena kamu nggak tahu apa rahasia sebe
Read more
Bab 1862
Tidak ada suara sedikit pun, bahkan langkah kaki juga tidak terdengar, tetapi Yuna yakin dia mendengar sesuatu barusan. Pendengarannya sangat sensitif dan terlatih, jadi meski sedang hamil sekalipun, Yuna tetap memiliki indra pendengaran yang tajam.“Siapa?!” tanya Yuna sekali lagi, tetapi dia masih tak mendapat respons. Maka itu Yuna menempelkan telinganya ke pintu, dan kemudian memutuskan untuk membukakan pintunya. Akan tetapi tidak ada siapa pun di lorong. Yuna melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan melihat sekelilingnya lagi untuk memastikan. Yakin tidak ada orang yang bersembunyi, dia pun masuk kembali.Sebelum masuk, Yuna menyadari ada kamera pengawas tak jauh dari tempatnya berdiri. Tempat ini dipenuhi dengan kamera pengawas di mana-mana. Meski sudah berusaha untuk menghindari semua orang yang ada di sini, Yuna tetap tidak akan bisa lepas dari pengawasan bosnya.Saat Yuna baru masuk ke kamarnya dan hendak menutup pintu, dia melihat di bawah ada selembar kertas yang sepertiny
Read more
Bab 1863
Saat Brandon baru saja menutup telepon, dia mendapatkan panggilan masuk lagi dari nomor yang tak dikenal. Semula Brandon tidak mau mengangkatnya, tetapi tidak banyak orang yang mengetahui nomor pribadinya. Sempat ragu sesaat, Brandon akhirnya menerima panggilan itu.“Halo?”“Papa ….”“Kenzi?”“Papa, Kakek sakit.”“Eh? Kamu sekarang ada di mana? Ini telepon pake HP siapa? Sekarang Kakek di mana?”Menyadari ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, Brandon langsung pergi ke pojok ruangan dan bertanya bertubi-tubi. Namun yang kemudian menjawab pertanyaannya sudah bukan lagi suara Kenzi.“Pak Brandon ….”Suara itu terdengar milik seorang pria yang tidak begitu asing di telinga, tetapi Brandon tidak bisa mengingat dengan pasti suara siapa itu.“Ini Chermiko. Ada sesuatu yang mau aku omongin.”“Ada apa?”“Ini … kurasa lebih baik Kenzi jangan dititip di sini untuk sementara waktu. Apa kamu bisa bawa dia pergi sebentar?”Baru saja beberapa waktu lalu Juan berjanji akan menjaga Kenzi agar
Read more
Bab 1864
Kening Brandon mengerut kencang dan sekali lagi dia menghubungi nomor itu sambil mengetuk pintu tanpa henti. Ketika dia sudah bersiap untuk mengambil tindak kekerasan dengan cara mendobrak pintu, di saat itulah pintu tiba-tiba terbuka. Yang mengejutkan adalah, yang membukakan pintu itu adalah Chermiko sendiri, bukan pelayan rumahnya.Seketika pintu dibuka, dia melihat Brandon dan pasukan yang ada di belakangnya. Dengan senyuman yang terpaksa dia berkata, “Tunggu sebentar, aku panggilkan Kenzi.”Seusai berkata demikian, Chermiko langsung berbalik dan menutup pintu, tetapi Brandon bergerak lebih cepat dan menahan pintunya.“Apa yang terjadi di rumah ini?”“Ceritanya panjang,” jawab Chermiko, masih dengan jawaban yang ambigu. Tampaknya dia tidak mau menjawab pertanyaan itu.“Kalau begitu ayo masuk, jelaskan di dalam! Dan tadi kamu bilang Kakek Juan sakit? Aku mau jenguk dia sekalian.”“Jangan, kamu nggak boleh masuk!”Chermiko langsung mendorong Brandon ke luar, tetapi di saat yang sama d
Read more
Bab 1865
“Virus yang ada di dalam badanku yang bikin mereka tertular.”Benar seperti dugaan, selama Brandon berjalan di dalam rumah itu, dia tidak melihat seorang pun berkeliaran. Halaman terasa jauh lebih sepi dibanding biasanya, dan udara di sini juga membuat dia merasa tidak nyaman. Brandon juga melihat semua tanaman yang ada di halaman layu tak terurus. Mungkin karena tidak ada lagi pelayan atau Juan yang merawat sehingga mereka terlihat lesu.Begitu memasuki kamar, Brandon merasakan hawa yang hangat. Dia mengenakan pakaian pelindung sederhana yang tidak terlalu tebal, jadi dia masih bisa merasakan hawa obat herbal yang sangat pekat. Juan yang sudah terbiasa menggodok obat selama bertahun-tahun saja hanya tercium aroma samar darinya, tetapi kali ini aromanya terasa jauh lebih pekat lagi.“Di mana Kenzi?”“Aku taruh dia di kamar anak. Sekarang cuma di sana saja yang paling aman. Setiap hari kamarnya disemprot disinfektan sehari sekali, untuk makanan juga disiapkan dengan seaman mungkin. Untu
Read more
Bab 1866
Bagi Brandon, apa pun yang terjadi, semuanya akan baik-baik saja selama anaknya selamat. Namun sesaat kemudian dia teringat akan sesuatu. Dia melepas satu sarung tangannya dan meraba jidat Kenzi, lalu memeriksa leher dan pipinya.“Kenapa?” tanya Chermiko.“Kenzi demam,” jawab Brandon. Suaranya terdengar masih tenang dan stabil, tetapi sesungguhnya dia sedang menahan gejolak emosinya sekuat mungkin. Anak kecil mengalami demam itu adalah hal yang wajar, tetapi di saat kritis seperti ini tentu akan sangat mengkhawatirkan. Apalagi selama ini Kenzi selalu sehat-sehat saja dan bahkan tidak pernah jatuh sakit ketika wabah kemarin menyerang.Di rumah yang dipenuhi dengan penyakit menular ini, di tempat yang sekelilingnya adalah orang yang tertular, Kenzi mengalami demam. Mustahil Brandon tidak memikirkan kemungkinan bahwa Kenzi juga tertular.“Kenzi juga demam …? Kamu masih tetap mau bawa dia? Gimana kalau dia ….”Awalnya Chermiko ingin Brandon datang menjemput Kenzi pulang karena dia masih be
Read more
Bab 1867
“Kakek … ada di gudang obat di halaman belakang. Ayo kuantar.”“Pelayan rumah kamu yang lain ada di mana?”“Mereka semua sudah kusuruh untuk istirahat di kamar masing-masing. Aku bilang ke mereka jangan ada yang kerja atau pergi keluar rumah sampai mereka sudah benar-benar sembuh.”Chermiko tidak paham mengapa dia begitu patuh, tetapi ketika ditanya oleh Brandon, dia langsung secara spontan menjawabnya.“Ini pasti kakek kamu yang suruh, ya?”“Iya! Kamu tahu dari mana?”“Karena kalau kamu sendiri, nggak mungkin sampai seteliti ini,” ujar Brandon dengan nada setengah meledek.Chermiko merasa terpukul oleh perkataan Brandon dan merasa tida terima. Dia ingin membela diri dengan berbagai macam alasan, tetapi ucapan Brandon memang benar. Kalau bukan Juan yang memberikan instruksi sebelum dia pingsan karena demam, mana mungkin Chermiko ingat untuk berpesan kepada pelayan rumahnya untuk tidak keluar.Sewaktu Juan baru tumbang karena penyakit ini, para pelayan di rumah masih belum menunjukkan g
Read more
Bab 1868
Melihat wajah Kenzi memerah, matanya juga tidak selincah biasanya, dan sekarang hanya bisa berbaring lemas, Chermiko merasa murka terhadap dirinya sendiri hingga telinganya memerah.“Ini semua salahku!”“Tenang dulu, jangan emosi. Sekarang kita masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, aku mau ketemu kakek kamu dulu.”“Oke, biar aku yang jaga Kenzi di sini!”Situasi sudah seperti ini, Chermiko sudah tidak perlu takut lagi untuk melakukan kontak fisik dengan Kenzi, lagi pula sejak awal Chermiko juga tidak menunjukkan gejala apa pun. Selagi berjalan ke halaman belakang tempat Juan beristirahat, Brandon menghubungi anak buahnya yang menunggu di luar, “Beberapa dari kalian tetap berjaga di sini, yang lain boleh pulang. Untuk yang pulang, jangan keluar rumah selama tiga hari. Terus pantau kesehatan apakah ada gejala atau nggak.”“Maksudnya bagaimana, Pak Brandon?” tanya anak buahnya.“Cukup lakukan perintahku saja.”“Siap, Pak!”Maka tanpa banyak tanya lagi, mereka langsung menjalankan
Read more
Bab 1869
“@#$%! @#$%!”Setiap tutur kata yang keluar dari mulut Juan sangat tidak jelas didengar karena kemasukan air.“Kamu ngomong apa?” tanya Brandon.“@#$! @#$!”Brandon hanya melihat bibirnya bergerak dan ada suara yang keluar, tetapi dia tidak mendengar dengan jelas apa yang Juan ucapkan. Brandon berjongkok supaya dia bisa mendengar lebih jelas dan berbicara dengan lebih dekat. Pakaiannya jadi basah karena itu, tetapi dia tidak terlalu memikirkannya.“Pak Juan ….”“Dasar bajing*n kamu!”Kali ini tiga kata yang terucap oleh Juan terdengar sangat jelas, meski terdengar tidak terlalu bertenaga.“.…”Brandon mengerutkan keningnya, tetapi ini adalah pertanda baik. Setidaknya penyakit menular itu tidak terlalu memengaruhi kesehatan Juan, dia masih punya energi untuk memarahi orang lain. Air dalam bak mandi terasa panas. Dilihat dari alat pemanas air juga sepertinya tidak sedang bekerja, tetapi airnya masih terus mengeluarkan uap panas. Sejak Brandon masuk ke rumah, lalu bertemu dengan Kenzi dan
Read more
Bab 1870
Hanya saja Juan masih terlihat sangat lemah, suaranya pun terdengar sangat pelan dan serak. Bahkan apabila Brandon tidak memfokuskan perhatiannya, mungkin dia tidak akan mendengarnya.“Gimana perasaanmu?” Brandon bertanya seraya berjongkok di dekat Juan.“Jangan … biarkan … siapa pun … keluar dari … rumah ini.”Terdengar patah-patah dan tidak utuh, tetapi Brandon masih bisa memahaminya.“Tingkat penularan penyakit ini kuat?”Juan tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.“Berarti kamu juga sudah tertular?” tanya Brandon. Awalnya mengira setelah melalui wabah mematikan di Asia Selatan, sudah tidak ada lagi yang perlu dia takutkan. Namun siapa sangka, ketika satu bencana baru saja lewat, datang satu bencana baru lagi. Namun tak apa, kalau Kenzi benar tertular, Brandon tidak perlu merasa takut. Dia akan tetap berada di rumah ini untuk menjaga anaknya.“Nggak … belum tentu,” jawab Juan. “Coba lihat ini!”Seraya berbicara, Juan mengangkat lengannya. Namun sebelum di
Read more
DMCA.com Protection Status