“@#$%! @#$%!”Setiap tutur kata yang keluar dari mulut Juan sangat tidak jelas didengar karena kemasukan air.“Kamu ngomong apa?” tanya Brandon.“@#$! @#$!”Brandon hanya melihat bibirnya bergerak dan ada suara yang keluar, tetapi dia tidak mendengar dengan jelas apa yang Juan ucapkan. Brandon berjongkok supaya dia bisa mendengar lebih jelas dan berbicara dengan lebih dekat. Pakaiannya jadi basah karena itu, tetapi dia tidak terlalu memikirkannya.“Pak Juan ….”“Dasar bajing*n kamu!”Kali ini tiga kata yang terucap oleh Juan terdengar sangat jelas, meski terdengar tidak terlalu bertenaga.“.…”Brandon mengerutkan keningnya, tetapi ini adalah pertanda baik. Setidaknya penyakit menular itu tidak terlalu memengaruhi kesehatan Juan, dia masih punya energi untuk memarahi orang lain. Air dalam bak mandi terasa panas. Dilihat dari alat pemanas air juga sepertinya tidak sedang bekerja, tetapi airnya masih terus mengeluarkan uap panas. Sejak Brandon masuk ke rumah, lalu bertemu dengan Kenzi dan
Hanya saja Juan masih terlihat sangat lemah, suaranya pun terdengar sangat pelan dan serak. Bahkan apabila Brandon tidak memfokuskan perhatiannya, mungkin dia tidak akan mendengarnya.“Gimana perasaanmu?” Brandon bertanya seraya berjongkok di dekat Juan.“Jangan … biarkan … siapa pun … keluar dari … rumah ini.”Terdengar patah-patah dan tidak utuh, tetapi Brandon masih bisa memahaminya.“Tingkat penularan penyakit ini kuat?”Juan tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.“Berarti kamu juga sudah tertular?” tanya Brandon. Awalnya mengira setelah melalui wabah mematikan di Asia Selatan, sudah tidak ada lagi yang perlu dia takutkan. Namun siapa sangka, ketika satu bencana baru saja lewat, datang satu bencana baru lagi. Namun tak apa, kalau Kenzi benar tertular, Brandon tidak perlu merasa takut. Dia akan tetap berada di rumah ini untuk menjaga anaknya.“Nggak … belum tentu,” jawab Juan. “Coba lihat ini!”Seraya berbicara, Juan mengangkat lengannya. Namun sebelum di
Brandon membuka matanya lebar-lebar, melihat “benda” itu memang sungguh hidup dan bergerak seperti cacing. Itu bukanlah halusinasi ataupun ilusi. Memang benar ada sesuatu yang bergerak dengan perlahan.“Pak Juan, ini ….” Jika Juan tidak mengingatkan sebelumnya, mungkin sekarang Brandon sudah menyentuh lengan Juan karena penasaran.“Ini cacing!” kata Juan seraya mengamati makhluk itu bergerak bebas di dalam tubuhnya, seolah itu bukan sesuatu yang menakutkan baginya, lalu dia pun memasukkan lengannya kembali ke dalam bak.“Tiga jam lagi … minta Chermiko … untuk bantu aku bangun dari bak mandi!”Setelah berkata demikian, Juan kembali terdiam. Brandon mengerti mungkin Juan sudah sangat kelelahan karena memaksakan dirinya untuk berbicara. Namun dilihat dari kondisinya sekarang, untuk sementara dia baik-baik saja meski sangat lemah. Lantas Brandon kembali ke ruang tengah di mana Chermiko sedang mengelap kepala Kenzi menggunakan handuk dengan hati-hati. Gerakannya terlihat ceroboh. Handuk yan
Sebelumnya Chermiko sudah menggunakan berbagai macam cara untuk membebaskan diri, tetapi tidak ada yang berhasil. Namun Shane membantunya untuk melarikan diri, dan sejak itu dia sudah tidak pernah muncul lagi. Jika dia tidak punya tujuan lain, lantas untuk apa dia melakukan itu? Apakah hanya berdasarkan kebaikan hati?“Shane?”“Kamu juga kenal sama dia?” tanya Chermiko. “Dia orangnya! Dia yang waktu itu nolong aku. Dia kasih tahu aku rute kabur dan apa saja yang harus aku lakukan supaya bisa bebas. Seharusnya aku nggak percaya sama dia. Kalau tahu akan jadi begini, lebih biak aku mati saja di sana!”“.…”Brandon merasakan adanya konflik batin ketika mendengar cerita bagaimana Chermiko bisa meloloskan dirinya. Dia tidak tahu apakah yang Chermiko katakan itu benar atau tidak. Apakah benar bahwa Shane memang sengaja melakukan itu? Berdasarkan pemahaman Brandon terhadap sifat Shane, seharusnya dia tidak akan melakukan itu karena jika ketahuan, anaknya tidak akan selamat. Namun di satu sisi
Sedari tadi kondisi Kenzi masih cukup aman. Demam sudah menurun meski belum terlihat adanya tanda-tanda lain yang menunjukkan perbaikan. Brandon tidak membicarakan tentang “cacing” yang dia lihat di tangan Juan kepada Chermiko karena dia sendiri pun tidak yakin, tetapi toh sebentar lagi Juan juga akan bangun, biar saja dia sendiri yang mengatakannya.Brandon membawa Kenzi kembali ke kamarnya. Setelah memakaikan selimut untuknya, Brandon menggulung baju bagian lengan Kenzi dan memeriksa lengannya. Tidak hanya lengan, tetapi bagian dada dan punggung juga, bahkan sampai ke bagian privat pun tak lepas dari pengecekannya. Untunglah, setidaknya hingga sekarang ini Brandon tidak melihat cacing itu pada tubuh Kenzi, dan berharap seterusnya juga tidak akan ada. Namun demikian, Brandon belum bisa tenang begitu saja. Selama beberapa hari terakhir ini Brandon berniat untuk menjaga jarak dengan Kenzi demi keamanannya juga, tetapi siapa sangka malah terjadi insiden seperti ini. Kalau sampai terjadi
“Mau!” jawab Shane lugas.“Anak buahku menemukan jejak Nathan terakhir sepertinya ada di Negara Yuraria.”“Yuraria? Mustahil! Anak buahku sudah cari ke mana-mana, termasuk Yuraria. Aku juga punya banyak koneksi di sana, tapi nggak pernah ada yang melihat jejaknya Nathan. Kalau memang ada, aku pasti sudah tahu sejak dulu. Informasi yang kamu dapat pasti salah!”Shane sungguh kecewa mengira akhirnya dia mendapatkan sedikit petunjuk tentang keberadaan Nathan, tetapi ketika mendengar Yuraria, dia tahu itu tidak mungkin. Apabila memang semudah itu mencarinya, pasti dari dulu sudah ketemu, kenapa harus menunggu sampai sekarang?“Oh ya?” Brandon melonggarkan dasi agar napasnya lebih lega. Dia menatap jauh ke depan, melayangkan pandangannya kepada pemandangan tak terbatas yang ada di luar jendela. Rumah tinggal Juan dibangun di area yang lapang, karena itu pemandangan di sini pun sangat luas dan tanaman yang tumbuh juga beragam. “Kalau begitu … apa kamu sudah cari sampai ke istana kerajaannya
“Ah, aku tahu! Itu pasti gara-gara obat yang mereka suntikkan ke badannya Chermiko.”“Obat apa lagi?” tanya Brandon.“Maaf, yang kumaksud dengan obat itu ya virusnya sendiri,” ujar Shane mengoreksi, lalu dia menarik napas dalam dan berkata lirih, “Organisasi ini punya macam-macam virus, seperti yang kamu sendiri sudah tahu. Tapi apa dampak dari virus itu, aku kurang tahu pasti. Sewaktu Chermiko masih dijadikan bahan eksperimen di sini, mereka menyuntikkan virus ke badannya dalam bentuk cairan obat. Gara-gara itu, badannya terus membengkak drastis, ototnya juga bertumbuh cepat. Aku kira awalnya dia bakal mati.”Mendengar seraya mengangguk, Brandon sudah tahu akan semua itu, dan dia pun juga menyaksikannya langsung. Akan tetapi, itu semua hanyalah gejala luar saja.“Tapi aku juga nggak menyangka ternyata dia bisa bertahan hidup. Habis itu aku jadi terpikir untuk membantu dia, karena dia sebenarnya nggak bersalah dan malah ikut terseret dalam semua kejadian ini. Sewaktu mau memindahkan di
“Kita sudah mau pulang?” tanya Kenzi.“Nggak, kita nggak pulang. Papa bakal tinggal di sini menemani kamu.”“.…”Kenzi diam saja tidak berbicara sepatah ata pun, tetapi yang namanya anak kecil, sorot matanya tak bisa menutupi isi hatinya. Di usianya yang masih begitu belia, dia justru terlihat begitu serius, yang mana justru malah membuat Brandon mencemaskannya.“Kenapa?”“Kakek sakit,” jawab Kenzi terisak hendak menangis.Sering kali Kenzi terlihat ribut dengan Juan dan tak jarang membuat Juan uring-uringan, tetapi sebenarnya hubungan mereka begitu dekat. Juan sangat menyayangi dan memanjakan Kenzi, sementara Kenzi pun sudah menganggap Juan sebagai kakeknya sendiri.“Iya,” sahut Brandon.“Apa Kakek bakal mati?”Tampaknya pertanyaan itu sudah Kenzi pendam sangat lama, hanya saja dia masih kecil dan tidak berani untuk membicarakannya, atau mungkin lebih tepatnya dia tidak tahu bagaimana sebaiknya dia bertanya tentang itu. Brandon tidak langsung menjawabnya, melainkan berpikir sejenak da
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us
“Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti
Namun Yuna masih sangat lemah meski jantungnya sudah kembali berdenyut. Dia kelihatan sangat lesu seperti orang yang sedang mengalami depresi berat. Fred pun menyadari itu, dan dia langsung memberi perintah kepada para dokternya, “Hey, cepat periksa dia!”Para dokter itu pun berbondong-bondong datang dan melakukan berbagai macam pemeriksaan, lalu mereka menyimpulkan, “Pak Fred, untuk saat ini dia baik-baik saja. Nggak ada kondisi yang membahayakan, tapi dia masih sangat lemah dan butuh waktu istirahat.”“Perlu berapa lama? Apa dia masih bisa pulih seperti semula?”“Itu … kurang lebih minimal setengah bulan.”“Setengah bulan? Lama banget!”Setengah bulan terlalu lama dan malah mengganggu pekerjaannya. Fred tidak punya cukup kesabaran untuk menunggu selama itu. Namun sekarang tidak ada jalan lain yang lebih baik, mau tidak mau dia harus bersabar. Dia lantas berbalik dan melihat ke arah Juan. Dia mendekatinya dan menarik kerah bajunya seraya berkata, “Hey, tua banga, aku menganggap kamu s
Anak buahnya yang berjaga di luar ruangan juga langsung masuk dan menghentikan Juan begitu mereka mendapat arahan dari Fred. Fred sendiri juga langsung berlari ke kamar itu secepat mungkin, tetapi sayang dia terlambat.Monitor ICU mengeluarkan bunyi nyaring dan garis detak jantung Yuna juga sudah menjadi garis lurus.“Nggak, nggak!” Fred langsung berlari memegang bahu Yuna dan menggoyangkan tubuhnya.“Kamu belum boleh mati! Kamu nggak boleh mati tanpa perintah dariku!”Fred berteriak-teriak seperti orang gila, dan tim medisnya juga masuk melakukan resusitasi jantung, tetapi garis horizontal di monitor ICU tetap tidak berubah, yang berarti Yuna sudah mati.“Nggak mungkin ….”Fred berbalik menatap Juan yang sudah ditahan oleh pengawal dan membentaknya, “Kenapa? Kenapa?! Dia itu muridmu, murid kesayanganmu! Kamu datang ke sini untuk menolong dia, bukan membunuh dia!”Di tengah gempuran emosi yang dahsyat, Fred melayangkan pukulan telak di wajah Juan sampai Juan mengeluarkan darah segar da