Brandon merasa jauh lebih baik setelah melihat Kenzi tak lagi menangis, lalu dia meraba jidat Kenzi dan mendapati tampaknya demamnya sudah menurun. Seraya mengukur kembali suhu tubuhnya, Brandon bertanya, “Sekarang masih merasa nggak enak badan?”Kenzi menggelengkan kepala dan menjawab lirih, “Aku agak lapar.”“Papa bikinin makanan, ya,” ujar Brandon tersenyum tipis. Bisa merasakan lapar dan punya nafsu makan adalah hal yang baik, itu pertanda kalau lambungnya masih bekerja dengan baik. Setelah beberapa menit menunggu dan memeriksa hasil termometer masih dalam jarak aman, Brandon berkata, “Kamu tiduran dulu sebentar. Papa mau bikin makanan. Kamu jangan turun ke bawah, ngerti?”“Aku boleh ketemu Kakek?”Dengan jari telunjuk diacungkan di depan mata Kenzi, Brandon menjawabnya dengan serius, “Nggak boleh! Sekarang Kakek lagi butuh istirahat. Nanti kalau Kakek sudah sehat, baru kamu boleh ketemu dia, oke?”Kondisi Juan saat ini masih tidak jelas dan bisa saja penyakitnya akan menular ke Ke
Brandon menghubungi asistennya untuk membelikan beberapa makanan segar, serta barang kebutuhan sehari-hari dan memintanya untuk ditaruh di depan pintu saja. Setelah memberikan tugas kepada asistennya, Brandon hanya bisa menunggu barangnya datang yang mungkin butuh waktu, tetapi Kenzi pasti sudah kelaparan.Dengan kedua tangan berkacak di pinggang, Brandon menatap makanan yang ada di dapur dengan perasaan kalut. Seperti apa kata pepatah, bahkan koki paling jago sekalipun tidak bisa berbuat banyak tanpa ada nasi yang bisa diolah. Brandon bukan koki, dan nasi pun tidak ada. Dia benar-benar berada di situasi yang sulit.“Biar aku saja,” kata Chermiko yang tiba-tiba muncul di depan dapur. Mendengar itu, Brandon mengangkat alisnya tinggi dengan tatapan tidak percaya.“Kamu bisa??”“Jangan meremehkan aku!”Chermiko sungguh heran. Kakeknya meremehkan kepandaian medisnya, dan Brandon meremehkan kemampuan memasaknya. Padahal dia sudah menjadi pusat perhatian banyak orang selama bertahun-tahun, t
“Kamu … lihat apa? Aku benar-benar nggak tahu di dalamnya masih ada isi. Aku bersumpah selama dua hari ini, aku nggak kasih makan Kenzi sup itu,” kata Chermiko. Namun melihat Brandon masih tak kunjung menyahut, Chermik menambahkan, “Oke, aku cuma kasih dia makan mi instan.”Mi instan saja untungnya masih tidak terlalu jadi masalah, Brandon sendiri juga dulu sempat beberapa kali makan mi instan dan tidak pernah ada tanda-tanda yang membahayakan. Lagi pula Kenzi juga bukan yang setiap hari hanya makan mi instan saja. Sekarang ini situasinya agak berbeda, jadi bisa dimaklumi.Namun demikian, Brandon tidak terlalu menanggapi pembelaan Chermiko. Tiba-tiba dia maju dan mengangkat tangan Chermiko.“Eh, kamu ngapain …?”Brandon menarik lengan baju Chermiko, memperlihatkan sebagian besar bagian lengannya. Namun yang Brandon lihat hanyalah kulit yang sangat putih, bahkan lebih putih daripada wanita kebanyakan. Ini jauh berbeda dengan kulitnya sewaktu masih membengkak. Semua otot Chermiko sekaran
“Kenapa bisa jadi begini?!” Chermiko berujar panik.Brandon hanya bisa terdiam tanpa kata. Dia membungkukkan badan dan mengeluarkan satu lengan dari selimut untuk dia amati. Yang anehnya, tanda kemerahan dan pembuluh darah menonjol yang sebelumnya dia lihat sekarang sudah tidak terlihat lagi, seolah apa yang tadi Brandon lihat hanyalah ilusi.Chermiko yang memperhatikan tingkah laku Brandon mulai merasa ada yang aneh. Tadi Brandon juga melakukan itu kepadanya, dan sekarang dia melakukan itu kepada kakeknya. Sebenarnya apa yang dia cari?“Kamu lagi nyari apa?” tanyanya penasaran.Brandon kaget tiba-tiba Chermiko mendekatinya. Spontan dia menatapnya, lalu dia menggelengkan kepala tanpa mengatakan apa pun. Namun sikap itu justru membuat Chermiko makin kehilangan kesabaran.“Oi, sebenarnya maksud kamu apa? Tadi kamu juga lihat tanganku begitu, dan sekarang kamu lihat lengannya Kakek. Apa yang kamu cari? Apa kamu tahu sesuatu yang aku nggak tahu? Apa ini ada hubungannya sama virus itu? Atau
Pukulan itu mendarat telak di lambung Chermiko hingga membuat dia tersedak dan mundur. Dia menunjuk Brandon seperti hendak mengatakan sesuatu, tetapi hanya satu kata singkat yang terucap keluar dari mulutya.“Sial*n!”“Sekarang aku masih belum tahu duduk perkaranya. Entah itu virus, penyakit menular, atau apa pun itu …. Kalian yang belajar kedokteran saja nggak tahu, apalagi aku? Aku cuma bisa mencari tahu apakah yang terjadi di badan kalian itu anomali atau bukan, dan apakah ada bahaya yang tersembunyi. Jadi kamu jangan terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh,” jelas Brandon. Untuk sementara dia masih tidak bisa menceritakan tentang cacing itu sebelum Juan bangun. Brandon juga tidak tahu apa sebenarnya “cacing” itu. Dengan sifat Chermiko yang emosian, bisa saja dia malah akan langsung membuat kekacauan begitu mengetahui tentang cacing tersebut.Tak lama kemudian, entah karena keributan yang terjadi akibat mereka berdua, atau mungkin saja memang sudah waktunya, Juan terbangun dan mengel
Juan memejamkan mata dan mengangguk kecil sebagai bentuk persetujuannya dengan ucapan Brandon. Lantas Chermiko pun tidak lagi membahas tentang itu. Tadi dia hanya terbawa emosi, tidak sabar untuk segera mencari cara menyelesaikan kekacauan ini. Toh ini semua juga terjadi gara-gara dia, karena itulah dia merasa sangat bersalah.“Ini bukan salah kamu,” kata Juan seraya menghela napasnya, seolah dia tahu apa yang ada di isi kepalanya Chermiko. “Chermiko … ambilkan jarumku.”Mendengar perintah dari kakeknya, Chermiko segera menganggukkan kepala dan menjawab, “Oh, oke!”Chermiko berharap dia bisa berguna meski hanya sedikit saja bagi kakeknya. Apa pun yang Juan perintahkan, akan Chermiko lakukan dengan sepenuh hati. Apa pun rela Chermiko lakukan selama kakeknya bisa terus hidup sehat.Melihat Chermio berlari kegirangan keluar kamar seperti anak kecil, barulah Juan menolehkan kepalanya ke arah Brandon. Seketika itu Brandon tahu Juan akan mengatakan sesuatu kepadanya.“Cacingnya ….”“Aku suda
“Tang!”Barang yang Chermiko bawa terlepas dari genggamannya dan terjatuh ke lantai, menimbulkan suara yang cukup nyaring.“.…”Tak disangka Chermiko begitu cepat sudah kembali. Biasanya ketika meminta dia melakukan sesuatu, dia selalu lamban dan bermalas-malasan.“Kakek … jadi aku induknya?!”Chermiko merasa sangat kesulitan untuk menerima fakta itu. Selama ini dia memang curiga kalau dialah sumber penyakitnya, karena dialah rumah kakeknya menjadi seperti sekarang ini. Namun mendengar itu langsung dari Juan tetap saja bukanlah hal yang mudah untuk dia terima. Jangankan itu, mendengar kata “induk” saja sudah sangat aneh bagi Chermiko.“Bukan kamu, tapi maksudnya apa yang ada di dalam badan kamu,” ujar Juan menjelaskan, tetapi itu justru malah membuat semuanya terdengar makin aneh.“Yang di dalam badanku ini ….”Chermiko melihat tubuhnya sendiri, dia tidak menemukan apa-apa di balik pakaiannya. Tanpa pikir panjang dia pun langsung membuka kancing kemeja, memperlihatkan tubuh lemahnya. B
Organisasi misterius itu berasal dari luar negeri, dan yang mereka teliti juga selalu saja mengarah ke virus. Kalaupun di kemudian hari mereka melakukan penelitian terhadap tanaman herbal atau tanaman beracun lainnya, itu baru mereka lakukan setelah tiba di sini. Mungkinkah di dalam organisasi itu juga ada orang dari suku Maset yang terlibat?“Soal itu aku juga kurang tahu,” jawab Juan menggeleng. “Tapi yang kamu bilang tadi nggak salah. Memang ada cara untuk melawannya.”“Aku juga tahu itu,” sahut Chermiko yang baru saja keluar dari kamar mandi. “Aku sempat baca dari buku-buku yang ada di bawah, tapi pertama kita harus tahu dulu cacing apa ini.”Namun hanya dengan sekadar menyebut kata “cacing”saja membuat Chermiko mual, lagi-lagi dia pergi ke kamar mandi untuk muntah.“.…”“Benar apa kata dia,” sahut Juan. Tak sia-sia Chermiko membaca buku itu, setidaknya dia masih belajar sedikit tentang hal baru. Mungkin memang selama ini Juan terlalu meremehkan dia.“Kalau begitu, gimana caranya k
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki