“Tang!”Barang yang Chermiko bawa terlepas dari genggamannya dan terjatuh ke lantai, menimbulkan suara yang cukup nyaring.“.…”Tak disangka Chermiko begitu cepat sudah kembali. Biasanya ketika meminta dia melakukan sesuatu, dia selalu lamban dan bermalas-malasan.“Kakek … jadi aku induknya?!”Chermiko merasa sangat kesulitan untuk menerima fakta itu. Selama ini dia memang curiga kalau dialah sumber penyakitnya, karena dialah rumah kakeknya menjadi seperti sekarang ini. Namun mendengar itu langsung dari Juan tetap saja bukanlah hal yang mudah untuk dia terima. Jangankan itu, mendengar kata “induk” saja sudah sangat aneh bagi Chermiko.“Bukan kamu, tapi maksudnya apa yang ada di dalam badan kamu,” ujar Juan menjelaskan, tetapi itu justru malah membuat semuanya terdengar makin aneh.“Yang di dalam badanku ini ….”Chermiko melihat tubuhnya sendiri, dia tidak menemukan apa-apa di balik pakaiannya. Tanpa pikir panjang dia pun langsung membuka kancing kemeja, memperlihatkan tubuh lemahnya. B
Organisasi misterius itu berasal dari luar negeri, dan yang mereka teliti juga selalu saja mengarah ke virus. Kalaupun di kemudian hari mereka melakukan penelitian terhadap tanaman herbal atau tanaman beracun lainnya, itu baru mereka lakukan setelah tiba di sini. Mungkinkah di dalam organisasi itu juga ada orang dari suku Maset yang terlibat?“Soal itu aku juga kurang tahu,” jawab Juan menggeleng. “Tapi yang kamu bilang tadi nggak salah. Memang ada cara untuk melawannya.”“Aku juga tahu itu,” sahut Chermiko yang baru saja keluar dari kamar mandi. “Aku sempat baca dari buku-buku yang ada di bawah, tapi pertama kita harus tahu dulu cacing apa ini.”Namun hanya dengan sekadar menyebut kata “cacing”saja membuat Chermiko mual, lagi-lagi dia pergi ke kamar mandi untuk muntah.“.…”“Benar apa kata dia,” sahut Juan. Tak sia-sia Chermiko membaca buku itu, setidaknya dia masih belajar sedikit tentang hal baru. Mungkin memang selama ini Juan terlalu meremehkan dia.“Kalau begitu, gimana caranya k
“Seharusnya nggak sampai separah itu?” ucap Juan.“Seharusnya?”“Aku juga nggak begitu banyak tahu tentang cacing parasit. Semua yang aku tahu cuma sebatas dari catatan kuno. Pada kenyataannya aku belum pernah berurusan dengan mereka secara langsung, makanya aku cuma bisa bilang ‘seharusnya’.”Masalah sudah sampai sejauh ini, tak ada salahnya sedikit berhati-hati. Chermiko pun mengangguk, dia dapat memahami kewaspadaan kakeknya.“Kalau begitu … sebenarnya jalur penyebarannya itu dari mana?” tanya Chermiko. Selesai bertanya, dia spontan menatap Brandon karena mereka sebelumnya sempat bersentuhan. Kalau penyebarannya itu melalui sentuhan fisik, maka orang yang telah tertular pasti sangat banyak.“Dugaanku adalah melalui darah.”“Darah?”“Begitu kamu pulang, banyak orang yang bersentuhan dengan darahmu, tapi untuk sekarang ini cuma aku dan pelayan di rumah saja yang sudah tertular. Selama beberapa hari terakhir kamu cuma di rumah ini saja. Kalau benar penyebarannya melalui sentuhan, yang
Juan berusaha untuk mengingat dan perlahan menggeleng, “Sepertinya nggak.”Meski terkadang sulit untuk diatur, Juan selalu melindungi Kenzi dengan baik karena takut dia akan terluka. Kenzi selalu diingatkan untuk tidak melakukan segala hal yang berbahaya, dengan begitu kemungkinan dia terkena bahaya juga otomatis mengecil. Jika diingat-ingat lagi, seharusnya Kenzi tidak pernah menyentuh darah Chermiko.Brandon merasa lega mendengar itu, tetapi masih ada satu hal yang dia tidak mengerti, maka dia pun bertanya, “Tapi … Kenzi juga demam.”“Demam?! Apa ada gejala lain selain itu?” tanya Juan.“Nggak ada, cuma demam saja sejauh ini. Nafsu makannya juga masih bagus. Tadi dia baru saja makan bubur sama jagung sebelum tidur. Tadi aku juga sudah ukur lagi, demamnya sudah turun.”“Ah, baguslah, untung saja ….”“Jadi, kurasa seharusnya Kenzi nggak tertular, ‘kan?” tanya Brandon. Jauh di lubuk hati Brandon sangat berharap demikian, tetapi dia juga masih tidak begitu yakin.“Nggak, pasti nggak tert
Seperti apa pun Brandon meyakinan dirinya sendiri, perasaan khawatir itu sangat sulit untuk dia hindari. Hatinya terasa berat seolah-olah sebentar lagi akan terjatuh. Dia tidak berani membayangkan apabila Yuna benar-benar terinfeksi oleh cacing parasit itu. Yuna sedang hamil dan fisiknya tentu saja tidak akan kuat untuk melawan!Brandon coba untuk menghubungi Yuna beberapa kali tetapi tidak terjawab, biasanya dia tidak akan mengganggu lagi, membiarkan Yuna membalasnya ketika ada waktu kosong nanti. Namun sekarang Brandon tidak sesabar itu dan terus meneleponnya, sampai ….Sampai akhirnya panggilannya itu terjawab. Suara yang tak asing di telinga menggema, dan seketika itu Brandon merasa lemas terkulai bagaikan balon yang kehilangan udaranya.“Halo? Ada apa?” tanya Yuna. Dia baru saja kembali ke kamarnya untuk beristirahat dan mendapati ponselnya terus berdering tiada henti. Dia jadi makin heran saat melihat nomor yang menghubunginya adalah Brandon, karena biasanya dia tidak akan seterg
“Hahaha ….”Mendengar jawaban Yuna yang begitu mantap meski hanya untuk menghibur dirinya sudah cukup untuk membuat Brandon merasa jauh lebih tenang. Lantas dia pun menjawab Yuna dengan kata-kata yang sama, “Aku tahu tubuhku sendiri. Aku masih sehat-sehat saja.”“.…”“Ngomong-ngomong, gimana pekerjaan kamu di sana?”“Lumayan lancar,” jawab Yuna seraya membuka ikat rambut dan merilekskan leher. “ Setelah tugasku di sini selesai, aku bisa pulang. Kalian … juga hati-hati, ya.”Mendengar jawaban Yuna, Brandon tahu bahwa setiap tindakan dan ucapannya masih diawasi dengan sangat ketat. Terkadang memang berbicara itu bukan cara yang aman untuk berkomunikasi di bawah situasi seperti itu, maka itu mereka juga tidak terlalu banyak bicara.“Di sini ada aku, kamu nggak perlu khawatir. Kalau kamu merasa ada nggak enak badan sedikit saja, langsung kasih tahu aku. Tapi kalau kurasa, seharusnya kamu belum tertular.”“Hmm?”“Kalau kamu juga tertular, logikanya semua orang yang ada di sana juga pasti ik
“Kamu nggak bisa begitu!” Brandon menghardik seraya menariknya dengan kuat sehingga membuatnya tersandung.“Kita masih belum tahu seberapa bahayanya penyakit ini. Bahkan kakekmu saja masih belum bisa memastikan. Kalau kamu bertindak gegabah dengan pergi keluar sembarangan, yang ada kamu malah membahayakan semua orang. Justru kamu yang harus tetap di rumah ini karena kamu sumber penyakitnya. Orang lain, termasuk pelayan di rumah kamu, belum tentu mereka tertular. Mungkin saja mereka cuma terkena gejala penyakit lain. Kalau kamu jemput orang lain, justru kamu malah melakukan apa yang mereka mau.”Kata-kata Brandon akhirnya berhasil membuat Chermiko sadar akan bahayanya, seolah sebuah ember berisi air baru saja ditumpahkan ke atas kepalanya.“Jadi … kita harus gimana?” tanya Chermiko. Dia sangat cemas membayangkan kedua orang tua serta kakeknya kesakitan, apalagi sakit itu gara-gara dia sendiri yang membawanya. Perasaan marah dan rasa bersalah bercampur aduk, membuatnya bertanya-tanya men
Brandon bergerak dengan sangat cepat. Dia langsung mengatur semuanya dan menghubungi rumah keluarganya Chermiko. Tentu dia tidak memberi tahu tentang cacing itu, karena dua alasan. Pertama, toh mereka juga belum tentu akan mengerti, dan kedua, itu hanya akan menciptakan ketakutan yang tidak perlu. Brandon hanya bilang kalau penyakit menular ini sedang dicari obat penawarnya oleh Juan, dan mereka cukup beristirahat saja di rumah dan tidak pergi ke mana-mana.Orang yang diutus oleh Brandon hanya menyediakan kebutuhan sehari-hari, tetapi bukan untuk membawa mereka ke rumah sakit untuk dirawat. Alasannya bukan karena tidak percaya dengan rumah sakit, tetapi rumah sakit juga tidak akan bisa mengatasi cacing parasit ini. Selain itu, ke rumah sakit hanya akan membahayakan orang lain.Tak terasa hari sudah gelap ketika semuanya sudah selesai. Brandon membuatkan makanan sederhana menggunakan bahan seadanya untuk Kenzi, kemudian menggendongnya ke balkon untuk melihat bintang. Sudah lama sekali B
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki