Seharian itu Yuna habiskan seluruh waktunya di lab. Dia sudah melihat berkas tentang R10. sebagian besar tidak ada masalah yang serius, kurang lebih sama seperti proyek-proyek yang dulu sempat dia kerjaan, karena mereka sama-sama menggunakan racun sebagai dasarnya. Hanya saja satu hal yang menarik dari proyek R10 ini adalah selain racun, komposisi ini juga mengandung obat yang bisa menguatkan tubuh. Sebenarnya apa tujuan mereka menyatukannya?Di satu sisi, meracuni orang lain tanpa disadari, sementara di sisi lain, menguatkan otot dan tulang mereka? Bukankah efeknya sangat bertolak belakang? Namun tentu Yuna tidak banyak tanya tentang itu. Kalaupun bertanya, belum tentu dia akan mendapatkan jawabannya. Bahkan dijawab pun juga belum tentu itu benar.Sekilas terlihat tujuan dari organisasi ini adalah menguasai dunia dengan menggunakan sesuatu yang bisa mengendalikan orang lain, tetapi mereka menutupi itu dengan parfum. Yuna yakin pasti ada maksud lebih dalam yang tersembunyi di balik itu
Setelah Yuna selesai mengerjakan pekerjaannya, barulah dia membalikkan badan. Rainie masih berdiri di belakangnya dengan mata fokus tertuju kepada setiap gerak-gerik Yuna, menunjukkan ekspresi wajah yang tak sependapat dengannya.Meski begitu Yuna tidak begitu peduli, dia hanya tersenyum dan berkata kepadanya, “Masa kamu nggak tahu setiap kegagalan kelihatannya memang mirip, tapi ada sesuatu yang berbeda? Kamu mungkin berpikir langkahnya sama, tapi sebenarnya ada satu perbedaan tipis yang sangat menentukan hasil akhirnya. Pantas saja selama ini kamu gagal terus meski sudah coba berkali-kali.”Kata-kata itu melukai harga diri Rainie dan seketika membuat raut wajahnya berubah drastis. Rainie sangat memandang tinggi dirinya sendiri, baik itu dalam studi atau pekerjaan, dia selalu dipuji oleh banyak orang. Hingga akhirnya dia bergabung dalam proyek ini, barulah dia mengalami kesulitan yang berarti.Rainie memang tidak begitu mengerti tentang parfum, dia hanya sebatas tahu garis besarnya sa
“Tutup mulut sialanmu itu! Aku tahu kamu nggak punya hati, tapi kalaupun kamu harus berada di neraka, setidaknya berbaktilah sedikit untuk orang tuamu.”“Oke, mungkin kamu merasa diri kamu ini suci, tapi apa kamu sadar apa yang kamu perbuat sekarang ini cuma akan memberikan karma buruk? Apa bedanya kamu sama aku? Kita berdua sama! Coba kita lihat saja siapa yang dapat balasannya duluan!” sahut Rainie.Mendengar ucapan Rainie membuat Yuna tiba-tiba teringat akan sesuatu. Dia pun bertanya. “Apa yang terjadi sama Chermiko itu perbuatan kamu?”“Kenapa? Oh, sudah mulai, ya?” tanya Rainie sambil tersenyum puas.Balasan Rainie membuat Yuna makin yakin bahwa Rainie pasti tahu sesuatu tentang itu, bahkan bisa jadi memang Rainie-lah pelaku utamanya.“Ah, cuma cacing parasit biasa saja, bukan apa-apalah. Kamu pikir aku dan guruku nggak bisa mengatasinya?”“Cuma cacing biasa? Itu bukan cacing sembarangan! Tapi aku cukup kaget kamu ternyata tahu juga kalau itu cacing parasit. Kamu bilang begini ber
Melihat ekspresi di wajah Yuna yang datar membuat Rainie tidak bisa menerka apakah yang dikatakannya itu benar atau hanya gertakan kosong.“Rainie, jangan pikir kamu sudah menang,” ujar Yuna.“Justru kamu yang jangan senang dulu! Yuna, kita lihat saja nanti!”Rainie langsung pergi seusai dia mengatakan itu. Namun apa yang tadi dia katakan tidak salah. Ya, Yuna memang hanya membual. Hanya dari telepon dari Brandon saja mana mungkin Yuna bisa tahu cacing apa yang berada di dalam tubuhnya Chermiko. Jangankan itu, cara penularannya saja tidak tahu, apalagi cara melawannya. Walau begitu, Rainie pasti tahu cacing apa itu dan bagaimana cara mengatasinya.Dilihat dari ucapannya yang tak sengaja keluar, kemungkinan cacing parasit itu memang bukan dari suku Maset. Apa yang tercantum di dalam buku kuno itu tidak salah, tapi masih tetap harus dilengkapi lagi dengan data-data yang ada di luar negeri. Yuna harus secepat mungkin mencari tahu itu dan mengabarinya ke Juan.Entah bagaimana kondisi Juan
Shane mengerti apa yang Yuna tanyakan karena sebelumnya dia juga sudah mendapat informasi dari Brandon, maka itu dia langsung menjawab, “Nggak! Aku nggak tahu apa-apa soal itu! Aku sadar kepercayaan kamu dan Brandon terhadapku sudah hilang, tapi aku bersumpah ini nggak ada kaitannya denganku! Lagi pula, selama kamu di sini juga sudah lihat sendiri, sebenarnya aku nggak punya jabatan apa-apa di sini. Aku nggak dipercaya untuk menangani tugas penting, nggak mungkin mereka kasih tahu aku soal itu. Waktu itu aku cuma merasa nggak ada pentingnya melibatkan orang lain yang nggak berdosa, dan si Chermiko itu sudah sangat menderita di sini. Waktu itu selagi ada kesempatan, aku bebaskan saja dia karena merasa kasihan. Tapi aku juga nggak menduga kalau ternyata itu semua sudah bagian dari rencana mereka. Aku juga … jadi korban!”Kejadian itu terus menghantui Shane selama ini. Hanya dengan mengingatnya kembali saja langsung membuat dia berkeringat dingin. Mengira dirinya aman tak bercelah, tetapi
Semua orang yang ada di tempat ini bukan orang biasa. Mau tidak mau Shane juga harus beradaptasi agar bisa bertahan hidup menghadapi para manusia licik itu.“Tenang saja, aku pasti bakal pikirkan cara untuk cari petunjuk dari dia. Tapi … kamu tahu dari mana pasti dia orangnya?”“Aku yakin,” jawab Yuna singkat. “Kecuali, di tempat ini ada orang lain yang juga tahu banyak tentang kedokteran tradisional.”“Nggak ada! Di sini selain kamu dan Rainie, sisanya orang dari luar negeri semua.”Shane yakin akan hal itu karena dia pernah melihat daftar nama semua orang yang bekerja di sini. Tentu saja tidak menutup kemungkinan adanya beberapa hal yang di luar sepengetahuannya, tetapi Shane cukup yakin.“Apa ada … orang dari negara Taya?”“Kayanya nggak ada.”“Kamu yakin?”“Sebentar, nanti coba kucek lagi, tapi seharusnya sih nggak ada. Memangnya kenapa? Kamu curiga sama mereka?”“Nggak juga, sih. Pokoknya coba cari saja dulu, atau pernah nggak Rainie pergi ke Taya?”“Oke, nanti kucari! Tadi Brando
Namun demikian, keesokan harinya Brandon mendapati situasi ternyata tak sebahagia yang dia bayangkan. Juan tertidur dan tak kunjung siuman! Pagi hari itu Chermiko membawakan bubur untuknya, tetapi begitu dia masuk kamar, dia menemukan wajah kakeknya merah padam yang tidak wajar. Juan yang tertidur lelap dan tak kunjung bangun meski sudah dipanggil-panggil. Ketika dahinya diraba pun suhu tubuhnya ternyata sudah sangat tinggi.Setelah dicek dengan termometer, panasnya sudah mencapai 39.8 derajat. Biasanya hanya dengan makan obat pereda panas bisa langsung turun, tetapi kali ini mereka tidak berani bertindak sembarangan.Siapa yang tahu, bisa saja obat pereda panas justru malah akan merangsang cacing itu menjadi lebih ganas. Mau tidak mau mereka hanya bisa meredakan panas dengan cara biasa seperti menggosok badannya dengan lap. Ketika dilakukan, panasnya memang sempat turun, tetapi Juan masih tetap tak sadarkan diri.Brandon juga sudah coba untuk memeriksanya, tetapi dia pun tak punya sol
“Dia kenalanku,” kata Brandon. “Kalau begitu sudah dulu, ya, nanti aku kabari lagi.”“Jadi untuk masalah dokternya .…”“Nggak usah dulu.”Setelah panggilan itu berakhir, Brandon bertanya pada Chermiko, “Kenapa?”“Dokter di luar saja nggak berguna. Ini bukan penyakit biasa! Kamu sendiri tahu itu!”“Iya, tapi dengan situasi kita sekarang ini nggak ada cara yang lebih baik lagi. Demamnya Pak Juan nggak turun-turun, dan keadaan pelayan rumah juga belum membaik. Kalau dibiarkan terus juga nggak bagus. Kalau ada dokter siapa tahu bisa ….”“Aku dokternya!” seru Chermiko.“.…”“Aku memang dari awal seorang dokter yang berguru di bawah dokter terkenal,” ujar Chermiko menekankan, tetapi nada bicaranya kali ini jauh berbeda dengan biasanya. Biasanya setiap kali berkata seperti itu selalu dengan nada yang angkuh dan percaya diri, tetapi kali ini dia berkata dengan sikap yang lebih serius dan tegas.“Beberapa hari ini aku sudah sangat menyusahkan. Sejak keluar dari lab sial itu, aku berlagak sepert
Hari perlahan mulai gelap sementara Brandon menunggu di lokasi yang dijanjikan. Sesuai dengan isi pesan tersebut, Brandon menunggu di jalan Tangkira dan berdiri di bawah pohon urutan keenam. Orang yang diutus oleh Edgar juga sudah bersiaga di perimeter. Begitu mereka melihat ada seseorang yang melakukan transaksi dengan Brandon, mereka akan langsung mengamankannya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencana, tetapi Brandon masih merasa sedikit cemas meski tidak begitu tampak dari luar.Tidak pernah dia merasa setegang ini sebelumnya, bahkan ketika waktu dia pertama kali mengambil alih Setiawan Group. Membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan anak kandung yang belum pernah dia temui sebelumnya membuat detak jantung Brandon berdegup kencang, apalagi saat memikirkan kalau ini hanyalah perangkap.Bagaimana kabar Yuna dan anak-anaknya di sana? Dokter itu juga tidak pernah muncul lagi setelah dia menawarkan diri untuk menjadi mata-mata. Brandon curiga dia mungkin sudah tertangkap oleh F
“Jangan menakut-nakuti aku!” bentak Fred spontan seraya memegangi perutnya.“Aku nggak menakut-nakuti, sebentar lagi kamu bakal merasakannya langsung,” kata Yuna sembari tersenyum dan mengatur posisi duduknya. “Gimana, sudah kamu pikirkan? Jadi kesepakatan kita ini masih berlaku atau sudah nggak berlaku? Aku sudah capek, mau istirahat.”Fred menatap Yuna dengan serius seolah sedang mengukur apakah Yuna jujur atau berbohong. Namun sampai saat ini pun dia masih tidak bisa membedakannya. Harus diakui Yuna memang sangat cerdik. Sebelumnya Fred berpikir paling dia hanya menggertak saja, tetapi dengan segera dia tertampar oleh kenyataan bahwa dia memang keracunan. Dan lebih parahnya, Fred tidak tahu apakah kali ini Yuna serius atau hanya berbohong. Tangan Fred yang memegangi perutnya makin menegang. Dia bisa merasakan rasa sakitnya sebentar lagi akan kembali. Keringat dingin pun sudah membasahi wajahnya.Haruskah dia bertaruh?“Oke! Sesuai permintaanmu, aku bakal meminta anak buahku untuk m
Fred berhenti dan membalikkan badannya menunggu apa yang akan Yuna katakan padanya.“Kenapa?”“Hmm?”“Bisa kasih tahu aku apa alasannya kamu nggak mau membebaskan Nathan? Buat kamu Nathan sudah nggak ada gunanya lagi, jadi untuk apa ….”Fred langsung menyela pembicaraan sebelum Yuna selesai berbicara. Dia mungkin tidak mau terus memperdebatkan masalah ini dan yakin kalau Yuna tidak akan bisa melarikan diri dari tempat ini, jadi dia langsung saja mengatakan alasannya. “Anak itu masih punya kegunaan lain, jadi kamu nggak usah terus berharap. Aku nggak akan membebaskan dia! Begini saja, kamu dan dia nggak mungkin aku bebaskan, tapi kalau kamu ada permintaan lain, silakan, ngomong saja.”Fred menghela napasnya yang berat sambil memegangi dadanya yang sesak. Sakit di tubuhnya tampak sangat nyata. Jika bukan karena rasa sakitnya itu, dia tidak akan membuka dialog dengan Yuna, dan kesempatan ini tidak akan ada. Yuna merasa perkataannya tadi sedikit aneh, tetapi dia tidak sempat untuk berpikir
“Yang kumaksud itu Nathan.”“Nathan?”“Anaknya Shane. Dia sudah lama banget disandera sama kalian untuk mengancam Shane supaya dia mau bekerja untuk kalian. Jangan bilang kamu nggak tahu.”“Oh, anak itu! Kenapa kamu jadi peduli sama anak orang lain juga? Atau jangan-jangan dia itu juga anak kamu?”Nada Fred berbicara sangat menyiratkan hinaan, dan tentu saja Yuna juga menyadarinya. Namun Yuna malas untuk mempermasalahkan hal itu.“Dua anakku, dan juga Nathan. Kalau mereka dijumlahkan pun kamu masih untung. Gimanapun juga kamu duta besar Yuraria, sedangkan mereka bertiga cuma anak kecil yang nggak tahu apa-apa.”Fred mengelus dagunya dan berpikir, “Benar juga apa yang kamu bilang.“Jadi kamu setuju?”“Nggak! Kata siapa aku setuju!”Yuna kaget mendengar jawaban itu. Dalam bayangannya, Fred seharusnya akan memikirkannya dan akan setuju dengan penawaran barunya. Jika Yuna tidak bisa pergi dari sni, setidaknya biarkanlah anak-anak yang tidak berdosa itu pergi. Dan juga Shane sudah tidak ber
“Jangan harap aku bakal membebaskan kamu!” kata Fred.“Dasar batu! Terus saja kamu sok keras, toh sekarang yang bisa menyembuhkan kamu cuma aku. Tapi cuma aku sendiri nggak mungkin bisa melawan satu negara sebesar Yuraria. Bagus kalau aku punya kesempatan, tapi kalau nggak, lebih baik kita berdua sama-sama mati!”“Kamu nggak takut mati, tapi gimana dengan anak-anakmu? Apa kamu sudah nggak peduli sama mereka?” Merasa sudah sedikit baikan, Fred berdiri dengan bantuan tongkatnya dan meketakkan tangannya di atas meja.“Apa gunanya juga, memang kamu bakal membebaskan mereka?”“Iya!”Jawaban tegas dari Fred membuat Yuna seketika itu tercengang. Tangannya gemetar sampai air di gelas yang dia pegang tumpah berceceran. Melihat reaksi Yuna seperti itu, Fred tahu dia masih sangat memedulikan keselamatan anaknya. Ya jelas, mana mungkin Yuna tega meninggalkan kedua anaknya yang baru lahir begitu saja.“Nggak mungkin aku kasih kamu pergi! Aku sudah keluar banyak uang, darah, dan keringat untuk proye
Racun apa yang Yuna buat dan kapan dia membuatnya? Mengapa Fred bisa tidak tahu sama sekali tentang itu? Dia terus memantau Yuna melalui kamera pengawas yang tersebar di mana-mana hampir setiap saat. Setiap tindakan yang Yuna lakukan selalu berada dalam pengamatan, mustahil racun itu bisa muncul begitu saja.“Datangnya dari mana apa penting? Siapa tahu aku bisa sulap,” jawab Yuna bercanda.“.…”Tiba-tiba saja, Fred perlahan berjongkok sambil memegangi perutnya dengan wajah yang tampak sangat kesakitan.“Aargh-”Yuna tidak kaget melihat itu. Dia memiringkan badannya supaya bisa melihat Fred secara langsung. “Kesakitan, ya?”“.…”“Setiap siang kamu pasti merasa jantung kamu seperti terbakar rasanya? Kamu lapar, tapi makan apa pun nggak ada yang masuk karena perut terasa sesak. Mau buang air besar sampai badang kosong juga rasa sakitnya nggak hilang, ya?” Yuna bertanya, dengan ekspresi penuh perhatian selayaknya seorang dokter yang sedang menanyakan kondisi pasiennya.Fred tidak menjawab,
Yuna meraih sendok dan mengambil potongan kecil dari kue yang ada di hadapannya, dan kemudian memasukkan ke dalam mulutnya sembari memejamkan mata seperti sedang sangat menikmati makanannya.“Kamu … kamu bisa bisa-bisanya makan dan minum dengan santai. Kayaknya selama ini aku terlalu baik ke kamu, ya?!”Tanpa belas kasihan, Fred membuang makanan Yuna ke lantai dan membuat piringnya pecah berserakan di lantai. Yuna tidak bereaksi menghadapi Fred yang mengamuk. Dia tetap kalem dan dengan tenang menjilat sisa menjilat krim yang masih tersisa di sendok. Justru penjaga di bawah yang hampir saja refleks memeriksa ke atas saat dia mendengar kegaduhan tersebut. Tetapi dia ingat perintah Fred tadi, apa pun yang terjadi mereka tetap harus berjaga di bawah.Fred sendiri sudah hampir meledak harus setiap hari berurusan dengan Yuna. Dia ingin sekali mencekik Yuna di tempat sampai mati, tetapi dia tidak bisa karena Yuna masih berguna untuknya.Sesaat kemudian, kata-kata yang terucap dari mulut Yuna
Suasana di dalam kedutaan selama dua hari ini sedikit aneh. Sekilas terlihat semua pegawai di sana bekerja seperti biasa, tetapi mereka menolak semua kunjungan yang datang. Perjalanan yang seharusnya sudah tersusun rapi jadi tertunda gara-gara itu dengan alasan sedang ada restrukturisasi.Ada rumor yang beredar kalau disinfeksi yang datang tempo hari ternyata bertujuan melepaskan virus sehingga ada pekerja yang terinfeksi, tetapi mereka tidak mau mengumumkannya karena tidak ingin menimbulkan kericuhan. Entah dari mana rumor itu berasal, tetapi kedutaan negara lain jadi ikut waspada.Bagaimanapun juga wabah yang melanda Asia Selatan belum lama berlalu, mereka melihat dan ada yang merasakan langsung, jadi siapa yang tidak merasa takut? Kalau sampai itu terulang lagi, entah akan seperti apa dampaknya nanti. Maka itu semua orang jadi waspada. Setiap kedutaan melakukan pemeriksaan ketat, bahkan sampai meminta penjelasan kepada pihak pemerintah setempat.Masalahnya, pemerintah pun tidak tahu
Ternyata Rainie sudah tahu. Dia tahu apa yang sedang ayahnya hadapi, dan tahu apa saja yang sedang terjadi di luar sana, tetapi dia sedikit pun tidak merasa takut atau cemas.Edgar tahu Rainie orang yang dingin, tetapi tidak menyangka ternyata separah ini.“Kamu nggak khawatir sama papamu?” tanya Edgar.“Aku sendiri saja lagi begini, mana sempat aku mikirin orang lain lagi. Lagi pula dia memang bodoh, nggak cocok berbisnis tapi masih memaksa. Di dunia ini yang kuat memakan yang lemah. Dengan kepintaran dia itu, seharusnya dia berterima kasih sama aku bisa bertahan sejauh ini.”“.…”“Omonganku mungkin nggak enak didengar, tapi faktanya memang begitu. Kalau kalian bersimpati sama dia, kenapa nggak lepasin saja? Kalaupun aku memohon ke kalian, memang ada gunanya?”“Tapi dia masuk penjara gara-gara kamu,” kata Edgar.“Apa-apaan! Kalau bukan karena aku, dia sudah dipenjara dari dulu. Om Edgar, dengan kecerdasan papaku yang rendah itu, dia pasti sudah banyak melakukan hal bodoh, kan? Apa sela