Semua orang yang ada di tempat ini bukan orang biasa. Mau tidak mau Shane juga harus beradaptasi agar bisa bertahan hidup menghadapi para manusia licik itu.“Tenang saja, aku pasti bakal pikirkan cara untuk cari petunjuk dari dia. Tapi … kamu tahu dari mana pasti dia orangnya?”“Aku yakin,” jawab Yuna singkat. “Kecuali, di tempat ini ada orang lain yang juga tahu banyak tentang kedokteran tradisional.”“Nggak ada! Di sini selain kamu dan Rainie, sisanya orang dari luar negeri semua.”Shane yakin akan hal itu karena dia pernah melihat daftar nama semua orang yang bekerja di sini. Tentu saja tidak menutup kemungkinan adanya beberapa hal yang di luar sepengetahuannya, tetapi Shane cukup yakin.“Apa ada … orang dari negara Taya?”“Kayanya nggak ada.”“Kamu yakin?”“Sebentar, nanti coba kucek lagi, tapi seharusnya sih nggak ada. Memangnya kenapa? Kamu curiga sama mereka?”“Nggak juga, sih. Pokoknya coba cari saja dulu, atau pernah nggak Rainie pergi ke Taya?”“Oke, nanti kucari! Tadi Brando
Namun demikian, keesokan harinya Brandon mendapati situasi ternyata tak sebahagia yang dia bayangkan. Juan tertidur dan tak kunjung siuman! Pagi hari itu Chermiko membawakan bubur untuknya, tetapi begitu dia masuk kamar, dia menemukan wajah kakeknya merah padam yang tidak wajar. Juan yang tertidur lelap dan tak kunjung bangun meski sudah dipanggil-panggil. Ketika dahinya diraba pun suhu tubuhnya ternyata sudah sangat tinggi.Setelah dicek dengan termometer, panasnya sudah mencapai 39.8 derajat. Biasanya hanya dengan makan obat pereda panas bisa langsung turun, tetapi kali ini mereka tidak berani bertindak sembarangan.Siapa yang tahu, bisa saja obat pereda panas justru malah akan merangsang cacing itu menjadi lebih ganas. Mau tidak mau mereka hanya bisa meredakan panas dengan cara biasa seperti menggosok badannya dengan lap. Ketika dilakukan, panasnya memang sempat turun, tetapi Juan masih tetap tak sadarkan diri.Brandon juga sudah coba untuk memeriksanya, tetapi dia pun tak punya sol
“Dia kenalanku,” kata Brandon. “Kalau begitu sudah dulu, ya, nanti aku kabari lagi.”“Jadi untuk masalah dokternya .…”“Nggak usah dulu.”Setelah panggilan itu berakhir, Brandon bertanya pada Chermiko, “Kenapa?”“Dokter di luar saja nggak berguna. Ini bukan penyakit biasa! Kamu sendiri tahu itu!”“Iya, tapi dengan situasi kita sekarang ini nggak ada cara yang lebih baik lagi. Demamnya Pak Juan nggak turun-turun, dan keadaan pelayan rumah juga belum membaik. Kalau dibiarkan terus juga nggak bagus. Kalau ada dokter siapa tahu bisa ….”“Aku dokternya!” seru Chermiko.“.…”“Aku memang dari awal seorang dokter yang berguru di bawah dokter terkenal,” ujar Chermiko menekankan, tetapi nada bicaranya kali ini jauh berbeda dengan biasanya. Biasanya setiap kali berkata seperti itu selalu dengan nada yang angkuh dan percaya diri, tetapi kali ini dia berkata dengan sikap yang lebih serius dan tegas.“Beberapa hari ini aku sudah sangat menyusahkan. Sejak keluar dari lab sial itu, aku berlagak sepert
Jarum jam perlahan berdetak, dan waktu pun terus berjalan. Kesunyian yang mengisi suasana membuat suara detak terdengar dengan amat jelas. Yuna duduk di samping kasurnya sambil memegangi perut dengan satu tangan, sementara satu tangannya lagu mengusap layar ponsel.Bohong jika bilang Yuna tidak merasa gugup, tetapi mungkin ini pertama kalinya Yuna merasa segugup ini dalam seumur hidupnya. Dulu ketika menemui kesulitan apa pun, dia selalu bisa mengatasinya. Akan tetapi masalah yang dia hadapi sekarang tidak semudah itu. Yang dia hadapi kali ini sudah menyangkut keselamatan nyawa banyak orang.Di dalam sekarang hanya ada dia seorang. Shane sudah berkata sebelumnya untuk bertemu di kantornya di lantai bawah ketika waktu yang dijanjikan tiba. Walaupun semua yang mereka lakukan di sini tak akan bisa lepas dari pengawasan para atasan organisasi ini, pasti tetap ada cara.Siang hari adalah waktu di mana “Bos” mereka sedang lengah. Di sisinya ada beberapa pengawal yang berjaga, tetapi Shane pa
Yuna tidak mengada-ada, dia sungguh tidak punya waktu karena setiap harinya dia terkurung di tempat yang seperti kandang ini. Lagi pula kalaupun Yuna bisa pergi, entah sudah seperti apa keadaan di luar sana. Karena itulah bisnis parfumnya terpaksa dikesampingkan dulu.Stella yang biasanya menuruti apa kata Yuna kali ini memberikan sedikit pendapatnya, “Tapi … ini orang dari kerajaan Yuraria, dan dia juga sudah sampai di sini. Dua hari lagi mungkin sampai ke ibu kota. Aku kira kamu sudah ngomong sama mereka.”“Sejak kapan aku pernah bilang begitu, aku … eh, tadi kamu bilang mereka dari mana?”“Yuraria.”“Yuraria mananya?”“Dari … istana kerajaan! Tadi kan aku sudah bilang. Cakupan bisnis kita sudah luas banget dan pernah bekerja sama langsung sama masyarakat kalangan atas, tapi tetap saja mereka itu dari istana kerajaan. Kalau kita mengecewakan merek, nggak cuma studio kita saja, tapi bisnis Setiawan Group secara keseluruhan juga akan terpengaruh.”Yang namanya pebisnis tidak akan perna
“Terus, ada apa lagi?”Menyadari Stella masih belum menutup telepon, Yuna menduga pasti masih ada sesuatu yang mau dia sampaikan. Dari dulu Yuna memang lugas sifatnya. Dia akan langsung menutup telepon jika tidak ada lagi yang perlu disampaikan, apalagi kondisi mentalnya juga sedang tidak begitu baik akhir-akhir ini.“Kak Yuna lagi sibuk banget, ya?”“Kamu pasti mau tanya soal Frans, ‘kan?”“Iya, ada kabar tentang dia?”“Memangnya kalian berdua sudah nggak saling kontak lagi?”Meski berada di bawah kendali orang lain sekalipun, Frans masih tetap bersikap cukup baik kepada Stella. Lagi pula mereka berdua juga terus bersama semenjak Frans pulang. Kemudian apa pun yang terjadi setelah itu memperlihatkan sepertinya orang yang mengendalikan Frans memang berniat mengincar Brandon dengan cara merusak hubungan mereka berdua. Kemudian setelah rencananya terbongkar, Frans mau berpisah dari Stella. Stella bukannya tidak mau peduli, tetapi dia benar-benar tidak tahu di mana Frans berada.“Nggak ad
“Kenapa?!” tanya Stella. “Tunggu, tadi kamu bilang keadaan di luar sana? Memangnya ada apa? Memangnya kamu lagi nggak di luar? Kamu sendiri lagi di mana sekarang?”“Bertanya sebanyak itu juga nggak ada gunanya, aku nggak bisa menjelaskannya cuma dari telepon. Pokoknya aku punya alasanku sendiri, kamu cukup menurut saja.”Beberapa detik Stella hanya diam saja tidak berbicara, dan ketika Yuna ingin menjelaskan situasinya sekali lagi, dia berkata, “Oke, aku ngerti. Aku akan menuruti kata-katamu.”Stella masih merasa sedikit canggung ketika berbicara dengan Yuna perkara kasus mereka dengan Frans tempo hari hingga hubungan mereka hampir saja retak, tetapi setelah menyadari ada sesuatu yang terjadi di balik semua ini, Stella sedikit menyesali perbuatannya. Setelah kejadian itu, kepercayaan Stella kepada Yuna menjadi lebih kuat lagi. Terkadang memang ada beberapa hal yang sulit untuk dijelaskan, tetapi karena Yuna sendiri sudah berkata untuk memercayainya, Stella pun menuruti demi kebaikannya
“Bukan mati, tapi cuma kubuat nggak bisa merekam sementara saja. Kita nggak bisa lama-lama, atau mereka pasti bakal sadar ada yang nggak beres dengan kameranya.”Andai saja cara ini bisa digunakan untuk waktu lama tanpa perlu takut ketahuan, Yuna pasti sudah menggunakannya dari dulu dan tidak perlu menunggu sampai sekarang. Karena sekarang ini situasinya agak berbeda dari biasanya, makanya Yuna terpaksa menggunakannya.“Aku baru sadar, makin lama aku merasa makin nggak mengenali siapa kamu sebenarnya. Sebenarnya apa, sih, yang kamu nggak bisa?” tanya Shane.“Aku cuma bisa sebatas kulitnya saja.”Bukan maksud merendah, tetapi Yuna memang hanya bisa sebatas permukaan saja. Hal yang berani dia akui benar-benar mahir hanya membuat parfum, ilmu bela diri, dan juga pengobatan tradisional. Walau demikian, itu tetap membuat Shane berdecak kagum.“Kalau aku bisa sebanyak itu biarpun cuma kulitnya saja, bisnisku pasti sudah jauh lebih maju, dan Nathan juga nggak bakal ….”Sampai di situ Shane be
Hari perlahan mulai gelap sementara Brandon menunggu di lokasi yang dijanjikan. Sesuai dengan isi pesan tersebut, Brandon menunggu di jalan Tangkira dan berdiri di bawah pohon urutan keenam. Orang yang diutus oleh Edgar juga sudah bersiaga di perimeter. Begitu mereka melihat ada seseorang yang melakukan transaksi dengan Brandon, mereka akan langsung mengamankannya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencana, tetapi Brandon masih merasa sedikit cemas meski tidak begitu tampak dari luar.Tidak pernah dia merasa setegang ini sebelumnya, bahkan ketika waktu dia pertama kali mengambil alih Setiawan Group. Membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan anak kandung yang belum pernah dia temui sebelumnya membuat detak jantung Brandon berdegup kencang, apalagi saat memikirkan kalau ini hanyalah perangkap.Bagaimana kabar Yuna dan anak-anaknya di sana? Dokter itu juga tidak pernah muncul lagi setelah dia menawarkan diri untuk menjadi mata-mata. Brandon curiga dia mungkin sudah tertangkap oleh F
“Jangan menakut-nakuti aku!” bentak Fred spontan seraya memegangi perutnya.“Aku nggak menakut-nakuti, sebentar lagi kamu bakal merasakannya langsung,” kata Yuna sembari tersenyum dan mengatur posisi duduknya. “Gimana, sudah kamu pikirkan? Jadi kesepakatan kita ini masih berlaku atau sudah nggak berlaku? Aku sudah capek, mau istirahat.”Fred menatap Yuna dengan serius seolah sedang mengukur apakah Yuna jujur atau berbohong. Namun sampai saat ini pun dia masih tidak bisa membedakannya. Harus diakui Yuna memang sangat cerdik. Sebelumnya Fred berpikir paling dia hanya menggertak saja, tetapi dengan segera dia tertampar oleh kenyataan bahwa dia memang keracunan. Dan lebih parahnya, Fred tidak tahu apakah kali ini Yuna serius atau hanya berbohong. Tangan Fred yang memegangi perutnya makin menegang. Dia bisa merasakan rasa sakitnya sebentar lagi akan kembali. Keringat dingin pun sudah membasahi wajahnya.Haruskah dia bertaruh?“Oke! Sesuai permintaanmu, aku bakal meminta anak buahku untuk m
Fred berhenti dan membalikkan badannya menunggu apa yang akan Yuna katakan padanya.“Kenapa?”“Hmm?”“Bisa kasih tahu aku apa alasannya kamu nggak mau membebaskan Nathan? Buat kamu Nathan sudah nggak ada gunanya lagi, jadi untuk apa ….”Fred langsung menyela pembicaraan sebelum Yuna selesai berbicara. Dia mungkin tidak mau terus memperdebatkan masalah ini dan yakin kalau Yuna tidak akan bisa melarikan diri dari tempat ini, jadi dia langsung saja mengatakan alasannya. “Anak itu masih punya kegunaan lain, jadi kamu nggak usah terus berharap. Aku nggak akan membebaskan dia! Begini saja, kamu dan dia nggak mungkin aku bebaskan, tapi kalau kamu ada permintaan lain, silakan, ngomong saja.”Fred menghela napasnya yang berat sambil memegangi dadanya yang sesak. Sakit di tubuhnya tampak sangat nyata. Jika bukan karena rasa sakitnya itu, dia tidak akan membuka dialog dengan Yuna, dan kesempatan ini tidak akan ada. Yuna merasa perkataannya tadi sedikit aneh, tetapi dia tidak sempat untuk berpikir
“Yang kumaksud itu Nathan.”“Nathan?”“Anaknya Shane. Dia sudah lama banget disandera sama kalian untuk mengancam Shane supaya dia mau bekerja untuk kalian. Jangan bilang kamu nggak tahu.”“Oh, anak itu! Kenapa kamu jadi peduli sama anak orang lain juga? Atau jangan-jangan dia itu juga anak kamu?”Nada Fred berbicara sangat menyiratkan hinaan, dan tentu saja Yuna juga menyadarinya. Namun Yuna malas untuk mempermasalahkan hal itu.“Dua anakku, dan juga Nathan. Kalau mereka dijumlahkan pun kamu masih untung. Gimanapun juga kamu duta besar Yuraria, sedangkan mereka bertiga cuma anak kecil yang nggak tahu apa-apa.”Fred mengelus dagunya dan berpikir, “Benar juga apa yang kamu bilang.“Jadi kamu setuju?”“Nggak! Kata siapa aku setuju!”Yuna kaget mendengar jawaban itu. Dalam bayangannya, Fred seharusnya akan memikirkannya dan akan setuju dengan penawaran barunya. Jika Yuna tidak bisa pergi dari sni, setidaknya biarkanlah anak-anak yang tidak berdosa itu pergi. Dan juga Shane sudah tidak ber
“Jangan harap aku bakal membebaskan kamu!” kata Fred.“Dasar batu! Terus saja kamu sok keras, toh sekarang yang bisa menyembuhkan kamu cuma aku. Tapi cuma aku sendiri nggak mungkin bisa melawan satu negara sebesar Yuraria. Bagus kalau aku punya kesempatan, tapi kalau nggak, lebih baik kita berdua sama-sama mati!”“Kamu nggak takut mati, tapi gimana dengan anak-anakmu? Apa kamu sudah nggak peduli sama mereka?” Merasa sudah sedikit baikan, Fred berdiri dengan bantuan tongkatnya dan meketakkan tangannya di atas meja.“Apa gunanya juga, memang kamu bakal membebaskan mereka?”“Iya!”Jawaban tegas dari Fred membuat Yuna seketika itu tercengang. Tangannya gemetar sampai air di gelas yang dia pegang tumpah berceceran. Melihat reaksi Yuna seperti itu, Fred tahu dia masih sangat memedulikan keselamatan anaknya. Ya jelas, mana mungkin Yuna tega meninggalkan kedua anaknya yang baru lahir begitu saja.“Nggak mungkin aku kasih kamu pergi! Aku sudah keluar banyak uang, darah, dan keringat untuk proye
Racun apa yang Yuna buat dan kapan dia membuatnya? Mengapa Fred bisa tidak tahu sama sekali tentang itu? Dia terus memantau Yuna melalui kamera pengawas yang tersebar di mana-mana hampir setiap saat. Setiap tindakan yang Yuna lakukan selalu berada dalam pengamatan, mustahil racun itu bisa muncul begitu saja.“Datangnya dari mana apa penting? Siapa tahu aku bisa sulap,” jawab Yuna bercanda.“.…”Tiba-tiba saja, Fred perlahan berjongkok sambil memegangi perutnya dengan wajah yang tampak sangat kesakitan.“Aargh-”Yuna tidak kaget melihat itu. Dia memiringkan badannya supaya bisa melihat Fred secara langsung. “Kesakitan, ya?”“.…”“Setiap siang kamu pasti merasa jantung kamu seperti terbakar rasanya? Kamu lapar, tapi makan apa pun nggak ada yang masuk karena perut terasa sesak. Mau buang air besar sampai badang kosong juga rasa sakitnya nggak hilang, ya?” Yuna bertanya, dengan ekspresi penuh perhatian selayaknya seorang dokter yang sedang menanyakan kondisi pasiennya.Fred tidak menjawab,
Yuna meraih sendok dan mengambil potongan kecil dari kue yang ada di hadapannya, dan kemudian memasukkan ke dalam mulutnya sembari memejamkan mata seperti sedang sangat menikmati makanannya.“Kamu … kamu bisa bisa-bisanya makan dan minum dengan santai. Kayaknya selama ini aku terlalu baik ke kamu, ya?!”Tanpa belas kasihan, Fred membuang makanan Yuna ke lantai dan membuat piringnya pecah berserakan di lantai. Yuna tidak bereaksi menghadapi Fred yang mengamuk. Dia tetap kalem dan dengan tenang menjilat sisa menjilat krim yang masih tersisa di sendok. Justru penjaga di bawah yang hampir saja refleks memeriksa ke atas saat dia mendengar kegaduhan tersebut. Tetapi dia ingat perintah Fred tadi, apa pun yang terjadi mereka tetap harus berjaga di bawah.Fred sendiri sudah hampir meledak harus setiap hari berurusan dengan Yuna. Dia ingin sekali mencekik Yuna di tempat sampai mati, tetapi dia tidak bisa karena Yuna masih berguna untuknya.Sesaat kemudian, kata-kata yang terucap dari mulut Yuna
Suasana di dalam kedutaan selama dua hari ini sedikit aneh. Sekilas terlihat semua pegawai di sana bekerja seperti biasa, tetapi mereka menolak semua kunjungan yang datang. Perjalanan yang seharusnya sudah tersusun rapi jadi tertunda gara-gara itu dengan alasan sedang ada restrukturisasi.Ada rumor yang beredar kalau disinfeksi yang datang tempo hari ternyata bertujuan melepaskan virus sehingga ada pekerja yang terinfeksi, tetapi mereka tidak mau mengumumkannya karena tidak ingin menimbulkan kericuhan. Entah dari mana rumor itu berasal, tetapi kedutaan negara lain jadi ikut waspada.Bagaimanapun juga wabah yang melanda Asia Selatan belum lama berlalu, mereka melihat dan ada yang merasakan langsung, jadi siapa yang tidak merasa takut? Kalau sampai itu terulang lagi, entah akan seperti apa dampaknya nanti. Maka itu semua orang jadi waspada. Setiap kedutaan melakukan pemeriksaan ketat, bahkan sampai meminta penjelasan kepada pihak pemerintah setempat.Masalahnya, pemerintah pun tidak tahu
Ternyata Rainie sudah tahu. Dia tahu apa yang sedang ayahnya hadapi, dan tahu apa saja yang sedang terjadi di luar sana, tetapi dia sedikit pun tidak merasa takut atau cemas.Edgar tahu Rainie orang yang dingin, tetapi tidak menyangka ternyata separah ini.“Kamu nggak khawatir sama papamu?” tanya Edgar.“Aku sendiri saja lagi begini, mana sempat aku mikirin orang lain lagi. Lagi pula dia memang bodoh, nggak cocok berbisnis tapi masih memaksa. Di dunia ini yang kuat memakan yang lemah. Dengan kepintaran dia itu, seharusnya dia berterima kasih sama aku bisa bertahan sejauh ini.”“.…”“Omonganku mungkin nggak enak didengar, tapi faktanya memang begitu. Kalau kalian bersimpati sama dia, kenapa nggak lepasin saja? Kalaupun aku memohon ke kalian, memang ada gunanya?”“Tapi dia masuk penjara gara-gara kamu,” kata Edgar.“Apa-apaan! Kalau bukan karena aku, dia sudah dipenjara dari dulu. Om Edgar, dengan kecerdasan papaku yang rendah itu, dia pasti sudah banyak melakukan hal bodoh, kan? Apa sela