“Terus, ada apa lagi?”Menyadari Stella masih belum menutup telepon, Yuna menduga pasti masih ada sesuatu yang mau dia sampaikan. Dari dulu Yuna memang lugas sifatnya. Dia akan langsung menutup telepon jika tidak ada lagi yang perlu disampaikan, apalagi kondisi mentalnya juga sedang tidak begitu baik akhir-akhir ini.“Kak Yuna lagi sibuk banget, ya?”“Kamu pasti mau tanya soal Frans, ‘kan?”“Iya, ada kabar tentang dia?”“Memangnya kalian berdua sudah nggak saling kontak lagi?”Meski berada di bawah kendali orang lain sekalipun, Frans masih tetap bersikap cukup baik kepada Stella. Lagi pula mereka berdua juga terus bersama semenjak Frans pulang. Kemudian apa pun yang terjadi setelah itu memperlihatkan sepertinya orang yang mengendalikan Frans memang berniat mengincar Brandon dengan cara merusak hubungan mereka berdua. Kemudian setelah rencananya terbongkar, Frans mau berpisah dari Stella. Stella bukannya tidak mau peduli, tetapi dia benar-benar tidak tahu di mana Frans berada.“Nggak ad
“Kenapa?!” tanya Stella. “Tunggu, tadi kamu bilang keadaan di luar sana? Memangnya ada apa? Memangnya kamu lagi nggak di luar? Kamu sendiri lagi di mana sekarang?”“Bertanya sebanyak itu juga nggak ada gunanya, aku nggak bisa menjelaskannya cuma dari telepon. Pokoknya aku punya alasanku sendiri, kamu cukup menurut saja.”Beberapa detik Stella hanya diam saja tidak berbicara, dan ketika Yuna ingin menjelaskan situasinya sekali lagi, dia berkata, “Oke, aku ngerti. Aku akan menuruti kata-katamu.”Stella masih merasa sedikit canggung ketika berbicara dengan Yuna perkara kasus mereka dengan Frans tempo hari hingga hubungan mereka hampir saja retak, tetapi setelah menyadari ada sesuatu yang terjadi di balik semua ini, Stella sedikit menyesali perbuatannya. Setelah kejadian itu, kepercayaan Stella kepada Yuna menjadi lebih kuat lagi. Terkadang memang ada beberapa hal yang sulit untuk dijelaskan, tetapi karena Yuna sendiri sudah berkata untuk memercayainya, Stella pun menuruti demi kebaikannya
“Bukan mati, tapi cuma kubuat nggak bisa merekam sementara saja. Kita nggak bisa lama-lama, atau mereka pasti bakal sadar ada yang nggak beres dengan kameranya.”Andai saja cara ini bisa digunakan untuk waktu lama tanpa perlu takut ketahuan, Yuna pasti sudah menggunakannya dari dulu dan tidak perlu menunggu sampai sekarang. Karena sekarang ini situasinya agak berbeda dari biasanya, makanya Yuna terpaksa menggunakannya.“Aku baru sadar, makin lama aku merasa makin nggak mengenali siapa kamu sebenarnya. Sebenarnya apa, sih, yang kamu nggak bisa?” tanya Shane.“Aku cuma bisa sebatas kulitnya saja.”Bukan maksud merendah, tetapi Yuna memang hanya bisa sebatas permukaan saja. Hal yang berani dia akui benar-benar mahir hanya membuat parfum, ilmu bela diri, dan juga pengobatan tradisional. Walau demikian, itu tetap membuat Shane berdecak kagum.“Kalau aku bisa sebanyak itu biarpun cuma kulitnya saja, bisnisku pasti sudah jauh lebih maju, dan Nathan juga nggak bakal ….”Sampai di situ Shane be
Sekilas Yuna menyapu situasi di sekeliling melihat mana yang lebih mudah untuk dia hadapi. Namun sebelum Yuna mengambil posisi bersiap, dia melihat keempat orang itu tiba-tiba bergerak.“Awas!” seru Shane seraya memasang badan di depan Yuna. Bahkan di tengah situasi yang tegang pun, dia masih bertekad untuk melindungi Yuna. Lantas ketika Yuna melihat keempat orang itu, masing-masing dari mereka terjatuh ke arah yang berbeda-beda.“Duak!”Yuna spontan melangkah mundur di saat yang bersamaan dengan jatuhnya keempat orang itu. Melihat mereka sudah terkapar tak berdaya di lantai tanpa ada pergerakan sedikit pun, Yuna juga berhenti selama beberapa detik untuk menilai situasi.“Apa mereka sudah mati?” tanya Shane dengan mata terbelalak lebar dan suara lirih khawatir akan didengar oleh orang lain. Yuna menggelengkan kepalanya, dia juga tidak tahu apa yang terjadi. Akan tetapi firasatnya mengatakan bahwa keempat pengawal ini tidak menyimpan niat untuk menyerang ataupun berpura-pura. Yuna pun m
Semuanya akan baik-baik saja jika berjalan sesuai rencana semula, tetapi kini situasi berubah karena keempat pengawal ini sudah dibuat tak berdaya oleh entah siapa. Memang ini membuat rencana yang sudah mereka buat berjalan dengan lebih mulus, tetapi siapa yang bisa memastikan orang itu adalah lawan atau kawan. Lagi pula bagaimana kalau tiba-tiba keempat pengawal itu siuman?“Jangan buang-buang waktu! Cepat!” seru Yuna mendorong Shane masuk ke dalam.Benar saja, pintu ruangan tidak terkunci, tetapi di dalam tidak ada seorang pun. Alhasil Shane jadi makin curiga. Dia berpikir mungkinkah ini rencana lawan untuk memancing dia masuk ke dalam. Merasa takut akan perangkap, dia mengeluarkan kepalanya ke depan pintu dan bertanya, “Apa mungkin ini perangkap?”“Kita sudah terlanjur sampai di sini, mau ini perangkap atau kesempatan apa bedanya?” jawab Yuna dengan nada galak sembiar memelototi Shane, dalam hati berpikir mengapa Shane jadi penakut begini. Sudah sampai di sini, kalaupun itu perangka
Tidak ada tempat penyimpanan barang, bahkan barang-barang seperti dokumen juga hanya diletakkan di atas meja saja.“Ini aneh banget!” kata Shane bergumam.”“Aneh apanya?” tanya Yuna.Yuna melirik ke arah Shane menatap dan juga menyadari ada sesuatu yang aneh. Tidak hanya itu, bahkan seisi ruang kantor ini terasa aneh.“Apa kita terkena perangkap lawan? Aku curiga mungkin saja di dalam ini nggak ada barang yang kita cari,” kata Shane.“Nggak, justru sebaliknya. Apa yang kita cari selama ini ada dalam kota brankas ini.”“???”Jika memang begitu, mengapa tidak segera dibuka? Atau jangan-jangan Yuna juga tidak bisa membuka kotak tersebut?“Keluarlah!” seru Yuna.Saat itu Shane merasa dirinya sungguh bodoh. Dia melihat sekeliling dengan waspada, tetapi dia tidak menyadari ada orang. Sedangkan Yuna yang baru masuk saja langsung menyadarinya dan yakin kalau memang ada orang ketiga di sini.“Nggak usah sembunyi-sembunyi terus, nggak ada gunanya. Kamu datang ke tempat ini juga mencari barang ya
“Frans?!”Shane juga tentu saja mengenali Frans. Dia sudah begitu lama bekerja di bawah Brandon dan setiap kali Brandon juga selalu membawanya ikut serta. Mereka berdua sudah sering kali bertemu. Akan tetapi Shane tidak pernah sekali pun berpikir itu adalah dia.Setelah Yuna menyebut nama Frans, Shane baru melihatnya dan sadar tatapan matanya memang sangat mirip, bahkan postur tubuhnya juga tidak jauh berbeda.“Ah, ternyata kawan!” ujar Shane merasa lega. “Kamu kenapa bisa ada di sini? Empat orang pengawal itu kamu yang ngalahin mereka? Mantap! Tapi kamu ke sini disuruh sama Brandon?”Shane melemparkan serangkaian pertanyaan, tetapi dia masih tidak sadar adanya sesuatu yang janggal dari auranya. Frans juga tidak menjawab pertanyaan dari Yuna. Yang dia lakukan hanya berdiri di tempatnya dengan mata yang sayu.“Kamu kenapa nggak lepas maskernya?” tanya Yuna. “Takut kasih lihat muka kamu atau memang sudah nggak punya muka?”Di sini Shane baru merasa ada yang aneh, tetapi kalau tidak salah
“Ternyata benar dugaanku, kamu nggak berada di bawah kendali siapa pun.”Jelas sekali perhatian Yuna sedang tidak di sini. Dia terus menatap lekat kedua mata Frans yang terlihat kelelahan dan penuh dengan waspada, tetapi tidak ada niat jahat sedikit pun. Sorot matanya juga terlihat jernih tidak seperti orang yang sedang dikendalikan. Lantas jika memang Frans tidak berada di bawah kendali siapa pun, mengapa dia harus menyakiti hati Stella dan merusak hubungannya dengan Brandon? Yang lebih penting lagi, apakah dia memang sudah lama bersembunyi di sini atau baru datang? Apakah dia diminta oleh Brandon atau datang atas kemauannya sendiri?“Hmm … ya,” jawabnya.“Tunggu, kalian berdua ini lagi ngomong apa, kenapa aku nggak ngerti?” ujar Shane menyela. Dia jadi merasa seperti orang luar karena tidak memahami apa yang Yuna dan Frans katakan. Dulu Shane merasa dirinya menyimpan banyak rahasia yang tidak bisa dia ungkapkan kepada orang lain, tetapi sekarang dia malah jadi merasa dialah yang tida