Sekilas Yuna menyapu situasi di sekeliling melihat mana yang lebih mudah untuk dia hadapi. Namun sebelum Yuna mengambil posisi bersiap, dia melihat keempat orang itu tiba-tiba bergerak.“Awas!” seru Shane seraya memasang badan di depan Yuna. Bahkan di tengah situasi yang tegang pun, dia masih bertekad untuk melindungi Yuna. Lantas ketika Yuna melihat keempat orang itu, masing-masing dari mereka terjatuh ke arah yang berbeda-beda.“Duak!”Yuna spontan melangkah mundur di saat yang bersamaan dengan jatuhnya keempat orang itu. Melihat mereka sudah terkapar tak berdaya di lantai tanpa ada pergerakan sedikit pun, Yuna juga berhenti selama beberapa detik untuk menilai situasi.“Apa mereka sudah mati?” tanya Shane dengan mata terbelalak lebar dan suara lirih khawatir akan didengar oleh orang lain. Yuna menggelengkan kepalanya, dia juga tidak tahu apa yang terjadi. Akan tetapi firasatnya mengatakan bahwa keempat pengawal ini tidak menyimpan niat untuk menyerang ataupun berpura-pura. Yuna pun m
Semuanya akan baik-baik saja jika berjalan sesuai rencana semula, tetapi kini situasi berubah karena keempat pengawal ini sudah dibuat tak berdaya oleh entah siapa. Memang ini membuat rencana yang sudah mereka buat berjalan dengan lebih mulus, tetapi siapa yang bisa memastikan orang itu adalah lawan atau kawan. Lagi pula bagaimana kalau tiba-tiba keempat pengawal itu siuman?“Jangan buang-buang waktu! Cepat!” seru Yuna mendorong Shane masuk ke dalam.Benar saja, pintu ruangan tidak terkunci, tetapi di dalam tidak ada seorang pun. Alhasil Shane jadi makin curiga. Dia berpikir mungkinkah ini rencana lawan untuk memancing dia masuk ke dalam. Merasa takut akan perangkap, dia mengeluarkan kepalanya ke depan pintu dan bertanya, “Apa mungkin ini perangkap?”“Kita sudah terlanjur sampai di sini, mau ini perangkap atau kesempatan apa bedanya?” jawab Yuna dengan nada galak sembiar memelototi Shane, dalam hati berpikir mengapa Shane jadi penakut begini. Sudah sampai di sini, kalaupun itu perangka
Tidak ada tempat penyimpanan barang, bahkan barang-barang seperti dokumen juga hanya diletakkan di atas meja saja.“Ini aneh banget!” kata Shane bergumam.”“Aneh apanya?” tanya Yuna.Yuna melirik ke arah Shane menatap dan juga menyadari ada sesuatu yang aneh. Tidak hanya itu, bahkan seisi ruang kantor ini terasa aneh.“Apa kita terkena perangkap lawan? Aku curiga mungkin saja di dalam ini nggak ada barang yang kita cari,” kata Shane.“Nggak, justru sebaliknya. Apa yang kita cari selama ini ada dalam kota brankas ini.”“???”Jika memang begitu, mengapa tidak segera dibuka? Atau jangan-jangan Yuna juga tidak bisa membuka kotak tersebut?“Keluarlah!” seru Yuna.Saat itu Shane merasa dirinya sungguh bodoh. Dia melihat sekeliling dengan waspada, tetapi dia tidak menyadari ada orang. Sedangkan Yuna yang baru masuk saja langsung menyadarinya dan yakin kalau memang ada orang ketiga di sini.“Nggak usah sembunyi-sembunyi terus, nggak ada gunanya. Kamu datang ke tempat ini juga mencari barang ya
“Frans?!”Shane juga tentu saja mengenali Frans. Dia sudah begitu lama bekerja di bawah Brandon dan setiap kali Brandon juga selalu membawanya ikut serta. Mereka berdua sudah sering kali bertemu. Akan tetapi Shane tidak pernah sekali pun berpikir itu adalah dia.Setelah Yuna menyebut nama Frans, Shane baru melihatnya dan sadar tatapan matanya memang sangat mirip, bahkan postur tubuhnya juga tidak jauh berbeda.“Ah, ternyata kawan!” ujar Shane merasa lega. “Kamu kenapa bisa ada di sini? Empat orang pengawal itu kamu yang ngalahin mereka? Mantap! Tapi kamu ke sini disuruh sama Brandon?”Shane melemparkan serangkaian pertanyaan, tetapi dia masih tidak sadar adanya sesuatu yang janggal dari auranya. Frans juga tidak menjawab pertanyaan dari Yuna. Yang dia lakukan hanya berdiri di tempatnya dengan mata yang sayu.“Kamu kenapa nggak lepas maskernya?” tanya Yuna. “Takut kasih lihat muka kamu atau memang sudah nggak punya muka?”Di sini Shane baru merasa ada yang aneh, tetapi kalau tidak salah
“Ternyata benar dugaanku, kamu nggak berada di bawah kendali siapa pun.”Jelas sekali perhatian Yuna sedang tidak di sini. Dia terus menatap lekat kedua mata Frans yang terlihat kelelahan dan penuh dengan waspada, tetapi tidak ada niat jahat sedikit pun. Sorot matanya juga terlihat jernih tidak seperti orang yang sedang dikendalikan. Lantas jika memang Frans tidak berada di bawah kendali siapa pun, mengapa dia harus menyakiti hati Stella dan merusak hubungannya dengan Brandon? Yang lebih penting lagi, apakah dia memang sudah lama bersembunyi di sini atau baru datang? Apakah dia diminta oleh Brandon atau datang atas kemauannya sendiri?“Hmm … ya,” jawabnya.“Tunggu, kalian berdua ini lagi ngomong apa, kenapa aku nggak ngerti?” ujar Shane menyela. Dia jadi merasa seperti orang luar karena tidak memahami apa yang Yuna dan Frans katakan. Dulu Shane merasa dirinya menyimpan banyak rahasia yang tidak bisa dia ungkapkan kepada orang lain, tetapi sekarang dia malah jadi merasa dialah yang tida
Shane kaget mendengar Yuna bertanya seperti itu, lalu dia menatap Frans seakan sedang menunggu jawaban darinya. Frans tidak menjawab, tetapi anggap saja itu sebagai jawaban “ya”.“Sudah gila kamu,” ujar Yuna dengan begitu tenang tanpa emosi sedikit pun.Shane pun setuju dengan Yuna, dia menambahkan, “Kalau kamu berpikir begitu, berarti kamu memang sudah gila! Apa kamu nggak tahu ada berapa banyak orang yang berjaga di tempat ini? Dan juga … berapa banyak virus di sini, baik yang sudah diteliti atau belum, apa kamu tahu itu? Kamu tadi bilang mau mati bersama dengan tempat ini? Coba kutanya, gimana caranya kamu menghentikan mereka? Kamu mati pun nggak akan meninggalkan nama! Mereka menggunakan nama pusat penelitian vaksin sebagai kedok, kalau kamu menghancurkan tempat ini, yang ada reputasimu akan tercemar selamanya!”“Ya, aku tahu itu. Aku nggak peduli.”Frans boleh saja tidak peduli, tetapi Yuna dan Shane tidak bisa begitu. Sekarang Shane mulai sadar, semua orang yang berkaitan dengan
Mungkin karena kesakitan atau titik vitalnya tertekan, raut wajah Frans langsung berubah dan tangan yang dia gunakan untuk mencengkeram baju Shane juga ikut melemah. Begitu mendapat kesempatan, Sane langsung meloloskan diri dan menyingkir jauh.Frans tidak mengejar Shane, tetapi dia masih berusaha untuk melepaskan tangannya dari Yuna. Namun anehnya, padahal jelas-jelas tenaga Yuna lebih kecil, tetapi Frans entah bagaimana tidak bisa membebaskan diri. Karena tidak bisa menggunakan kekerasan, Frans terpaksa bertahan.“Ya, aku tahu aku sudah banyak salah sama Stella, dan kesalahan ini nggak akan bisa kutebus di kehidupanku yang berikutnya,” ucap Frans dengan suara yang lirih dan ekspresi yang sangat sedih. Dalam hati dia sangat mengerti pilihan yang dia ambil pasti akan menyakiti hati Stella, tapi dia tidak punya pilihan lain. Setelah secara tak sengaja terlibat dalam semua ini dan mengetahui kebusukan yang organisasi ini lakukan, Frans tidak mungkin bisa kembali ke kehidupannya yang dulu
“Apa maksudmu?”“Sekarang kita nggak punya waktu untuk membahas ini, aku serius. Anggap ini sebagai permohonan terakhirku, tolong … cepatlah pergi dari sini.”“Jangan-jangan kamu menaruh bom di sini?”Shane berseru, “Apa? Bom?!”“Nggak. Tapi yang jelas lebih baik jangan berlama-lama di sini, aku ….”Belum selesai Frans berbicara, mereka mendengar ada bunyi dari dalam ruangan itu, yang asalnya datang dari rak buku. Spontan Yuna langsung menoleh ke sana, dan Frans pun mulai panik, dia berkata, “Bu Yuna, tolong dengarkan aku!”“Kamu yang dengar aku, bawa kami menemui dia!” balas Yuna.“.…”Meski dengan hati yang berat, pada akhirnya Frans tetap menuruti perintah sang majikan. Akhirnya Yuna melepaskan tangannya dari Frans. Setelah mendapatkan kembali kebebasannya, Frans menggerakkan pergelangan tangannya dan mendapati rasa sakit yang masih terasa, walau begitu dari luar tidak tampak bekas apa pun, bahkan bekas berwarna kemerahan saja tidak ada.Sebelum ini Frans juga sudah tahu kalau Yuna