Jarum jam perlahan berdetak, dan waktu pun terus berjalan. Kesunyian yang mengisi suasana membuat suara detak terdengar dengan amat jelas. Yuna duduk di samping kasurnya sambil memegangi perut dengan satu tangan, sementara satu tangannya lagu mengusap layar ponsel.Bohong jika bilang Yuna tidak merasa gugup, tetapi mungkin ini pertama kalinya Yuna merasa segugup ini dalam seumur hidupnya. Dulu ketika menemui kesulitan apa pun, dia selalu bisa mengatasinya. Akan tetapi masalah yang dia hadapi sekarang tidak semudah itu. Yang dia hadapi kali ini sudah menyangkut keselamatan nyawa banyak orang.Di dalam sekarang hanya ada dia seorang. Shane sudah berkata sebelumnya untuk bertemu di kantornya di lantai bawah ketika waktu yang dijanjikan tiba. Walaupun semua yang mereka lakukan di sini tak akan bisa lepas dari pengawasan para atasan organisasi ini, pasti tetap ada cara.Siang hari adalah waktu di mana “Bos” mereka sedang lengah. Di sisinya ada beberapa pengawal yang berjaga, tetapi Shane pa
Yuna tidak mengada-ada, dia sungguh tidak punya waktu karena setiap harinya dia terkurung di tempat yang seperti kandang ini. Lagi pula kalaupun Yuna bisa pergi, entah sudah seperti apa keadaan di luar sana. Karena itulah bisnis parfumnya terpaksa dikesampingkan dulu.Stella yang biasanya menuruti apa kata Yuna kali ini memberikan sedikit pendapatnya, “Tapi … ini orang dari kerajaan Yuraria, dan dia juga sudah sampai di sini. Dua hari lagi mungkin sampai ke ibu kota. Aku kira kamu sudah ngomong sama mereka.”“Sejak kapan aku pernah bilang begitu, aku … eh, tadi kamu bilang mereka dari mana?”“Yuraria.”“Yuraria mananya?”“Dari … istana kerajaan! Tadi kan aku sudah bilang. Cakupan bisnis kita sudah luas banget dan pernah bekerja sama langsung sama masyarakat kalangan atas, tapi tetap saja mereka itu dari istana kerajaan. Kalau kita mengecewakan merek, nggak cuma studio kita saja, tapi bisnis Setiawan Group secara keseluruhan juga akan terpengaruh.”Yang namanya pebisnis tidak akan perna
“Terus, ada apa lagi?”Menyadari Stella masih belum menutup telepon, Yuna menduga pasti masih ada sesuatu yang mau dia sampaikan. Dari dulu Yuna memang lugas sifatnya. Dia akan langsung menutup telepon jika tidak ada lagi yang perlu disampaikan, apalagi kondisi mentalnya juga sedang tidak begitu baik akhir-akhir ini.“Kak Yuna lagi sibuk banget, ya?”“Kamu pasti mau tanya soal Frans, ‘kan?”“Iya, ada kabar tentang dia?”“Memangnya kalian berdua sudah nggak saling kontak lagi?”Meski berada di bawah kendali orang lain sekalipun, Frans masih tetap bersikap cukup baik kepada Stella. Lagi pula mereka berdua juga terus bersama semenjak Frans pulang. Kemudian apa pun yang terjadi setelah itu memperlihatkan sepertinya orang yang mengendalikan Frans memang berniat mengincar Brandon dengan cara merusak hubungan mereka berdua. Kemudian setelah rencananya terbongkar, Frans mau berpisah dari Stella. Stella bukannya tidak mau peduli, tetapi dia benar-benar tidak tahu di mana Frans berada.“Nggak ad
“Kenapa?!” tanya Stella. “Tunggu, tadi kamu bilang keadaan di luar sana? Memangnya ada apa? Memangnya kamu lagi nggak di luar? Kamu sendiri lagi di mana sekarang?”“Bertanya sebanyak itu juga nggak ada gunanya, aku nggak bisa menjelaskannya cuma dari telepon. Pokoknya aku punya alasanku sendiri, kamu cukup menurut saja.”Beberapa detik Stella hanya diam saja tidak berbicara, dan ketika Yuna ingin menjelaskan situasinya sekali lagi, dia berkata, “Oke, aku ngerti. Aku akan menuruti kata-katamu.”Stella masih merasa sedikit canggung ketika berbicara dengan Yuna perkara kasus mereka dengan Frans tempo hari hingga hubungan mereka hampir saja retak, tetapi setelah menyadari ada sesuatu yang terjadi di balik semua ini, Stella sedikit menyesali perbuatannya. Setelah kejadian itu, kepercayaan Stella kepada Yuna menjadi lebih kuat lagi. Terkadang memang ada beberapa hal yang sulit untuk dijelaskan, tetapi karena Yuna sendiri sudah berkata untuk memercayainya, Stella pun menuruti demi kebaikannya
“Bukan mati, tapi cuma kubuat nggak bisa merekam sementara saja. Kita nggak bisa lama-lama, atau mereka pasti bakal sadar ada yang nggak beres dengan kameranya.”Andai saja cara ini bisa digunakan untuk waktu lama tanpa perlu takut ketahuan, Yuna pasti sudah menggunakannya dari dulu dan tidak perlu menunggu sampai sekarang. Karena sekarang ini situasinya agak berbeda dari biasanya, makanya Yuna terpaksa menggunakannya.“Aku baru sadar, makin lama aku merasa makin nggak mengenali siapa kamu sebenarnya. Sebenarnya apa, sih, yang kamu nggak bisa?” tanya Shane.“Aku cuma bisa sebatas kulitnya saja.”Bukan maksud merendah, tetapi Yuna memang hanya bisa sebatas permukaan saja. Hal yang berani dia akui benar-benar mahir hanya membuat parfum, ilmu bela diri, dan juga pengobatan tradisional. Walau demikian, itu tetap membuat Shane berdecak kagum.“Kalau aku bisa sebanyak itu biarpun cuma kulitnya saja, bisnisku pasti sudah jauh lebih maju, dan Nathan juga nggak bakal ….”Sampai di situ Shane be
Sekilas Yuna menyapu situasi di sekeliling melihat mana yang lebih mudah untuk dia hadapi. Namun sebelum Yuna mengambil posisi bersiap, dia melihat keempat orang itu tiba-tiba bergerak.“Awas!” seru Shane seraya memasang badan di depan Yuna. Bahkan di tengah situasi yang tegang pun, dia masih bertekad untuk melindungi Yuna. Lantas ketika Yuna melihat keempat orang itu, masing-masing dari mereka terjatuh ke arah yang berbeda-beda.“Duak!”Yuna spontan melangkah mundur di saat yang bersamaan dengan jatuhnya keempat orang itu. Melihat mereka sudah terkapar tak berdaya di lantai tanpa ada pergerakan sedikit pun, Yuna juga berhenti selama beberapa detik untuk menilai situasi.“Apa mereka sudah mati?” tanya Shane dengan mata terbelalak lebar dan suara lirih khawatir akan didengar oleh orang lain. Yuna menggelengkan kepalanya, dia juga tidak tahu apa yang terjadi. Akan tetapi firasatnya mengatakan bahwa keempat pengawal ini tidak menyimpan niat untuk menyerang ataupun berpura-pura. Yuna pun m
Semuanya akan baik-baik saja jika berjalan sesuai rencana semula, tetapi kini situasi berubah karena keempat pengawal ini sudah dibuat tak berdaya oleh entah siapa. Memang ini membuat rencana yang sudah mereka buat berjalan dengan lebih mulus, tetapi siapa yang bisa memastikan orang itu adalah lawan atau kawan. Lagi pula bagaimana kalau tiba-tiba keempat pengawal itu siuman?“Jangan buang-buang waktu! Cepat!” seru Yuna mendorong Shane masuk ke dalam.Benar saja, pintu ruangan tidak terkunci, tetapi di dalam tidak ada seorang pun. Alhasil Shane jadi makin curiga. Dia berpikir mungkinkah ini rencana lawan untuk memancing dia masuk ke dalam. Merasa takut akan perangkap, dia mengeluarkan kepalanya ke depan pintu dan bertanya, “Apa mungkin ini perangkap?”“Kita sudah terlanjur sampai di sini, mau ini perangkap atau kesempatan apa bedanya?” jawab Yuna dengan nada galak sembiar memelototi Shane, dalam hati berpikir mengapa Shane jadi penakut begini. Sudah sampai di sini, kalaupun itu perangka
Tidak ada tempat penyimpanan barang, bahkan barang-barang seperti dokumen juga hanya diletakkan di atas meja saja.“Ini aneh banget!” kata Shane bergumam.”“Aneh apanya?” tanya Yuna.Yuna melirik ke arah Shane menatap dan juga menyadari ada sesuatu yang aneh. Tidak hanya itu, bahkan seisi ruang kantor ini terasa aneh.“Apa kita terkena perangkap lawan? Aku curiga mungkin saja di dalam ini nggak ada barang yang kita cari,” kata Shane.“Nggak, justru sebaliknya. Apa yang kita cari selama ini ada dalam kota brankas ini.”“???”Jika memang begitu, mengapa tidak segera dibuka? Atau jangan-jangan Yuna juga tidak bisa membuka kotak tersebut?“Keluarlah!” seru Yuna.Saat itu Shane merasa dirinya sungguh bodoh. Dia melihat sekeliling dengan waspada, tetapi dia tidak menyadari ada orang. Sedangkan Yuna yang baru masuk saja langsung menyadarinya dan yakin kalau memang ada orang ketiga di sini.“Nggak usah sembunyi-sembunyi terus, nggak ada gunanya. Kamu datang ke tempat ini juga mencari barang ya