Juan berusaha untuk mengingat dan perlahan menggeleng, “Sepertinya nggak.”Meski terkadang sulit untuk diatur, Juan selalu melindungi Kenzi dengan baik karena takut dia akan terluka. Kenzi selalu diingatkan untuk tidak melakukan segala hal yang berbahaya, dengan begitu kemungkinan dia terkena bahaya juga otomatis mengecil. Jika diingat-ingat lagi, seharusnya Kenzi tidak pernah menyentuh darah Chermiko.Brandon merasa lega mendengar itu, tetapi masih ada satu hal yang dia tidak mengerti, maka dia pun bertanya, “Tapi … Kenzi juga demam.”“Demam?! Apa ada gejala lain selain itu?” tanya Juan.“Nggak ada, cuma demam saja sejauh ini. Nafsu makannya juga masih bagus. Tadi dia baru saja makan bubur sama jagung sebelum tidur. Tadi aku juga sudah ukur lagi, demamnya sudah turun.”“Ah, baguslah, untung saja ….”“Jadi, kurasa seharusnya Kenzi nggak tertular, ‘kan?” tanya Brandon. Jauh di lubuk hati Brandon sangat berharap demikian, tetapi dia juga masih tidak begitu yakin.“Nggak, pasti nggak tert
Seperti apa pun Brandon meyakinan dirinya sendiri, perasaan khawatir itu sangat sulit untuk dia hindari. Hatinya terasa berat seolah-olah sebentar lagi akan terjatuh. Dia tidak berani membayangkan apabila Yuna benar-benar terinfeksi oleh cacing parasit itu. Yuna sedang hamil dan fisiknya tentu saja tidak akan kuat untuk melawan!Brandon coba untuk menghubungi Yuna beberapa kali tetapi tidak terjawab, biasanya dia tidak akan mengganggu lagi, membiarkan Yuna membalasnya ketika ada waktu kosong nanti. Namun sekarang Brandon tidak sesabar itu dan terus meneleponnya, sampai ….Sampai akhirnya panggilannya itu terjawab. Suara yang tak asing di telinga menggema, dan seketika itu Brandon merasa lemas terkulai bagaikan balon yang kehilangan udaranya.“Halo? Ada apa?” tanya Yuna. Dia baru saja kembali ke kamarnya untuk beristirahat dan mendapati ponselnya terus berdering tiada henti. Dia jadi makin heran saat melihat nomor yang menghubunginya adalah Brandon, karena biasanya dia tidak akan seterg
“Hahaha ….”Mendengar jawaban Yuna yang begitu mantap meski hanya untuk menghibur dirinya sudah cukup untuk membuat Brandon merasa jauh lebih tenang. Lantas dia pun menjawab Yuna dengan kata-kata yang sama, “Aku tahu tubuhku sendiri. Aku masih sehat-sehat saja.”“.…”“Ngomong-ngomong, gimana pekerjaan kamu di sana?”“Lumayan lancar,” jawab Yuna seraya membuka ikat rambut dan merilekskan leher. “ Setelah tugasku di sini selesai, aku bisa pulang. Kalian … juga hati-hati, ya.”Mendengar jawaban Yuna, Brandon tahu bahwa setiap tindakan dan ucapannya masih diawasi dengan sangat ketat. Terkadang memang berbicara itu bukan cara yang aman untuk berkomunikasi di bawah situasi seperti itu, maka itu mereka juga tidak terlalu banyak bicara.“Di sini ada aku, kamu nggak perlu khawatir. Kalau kamu merasa ada nggak enak badan sedikit saja, langsung kasih tahu aku. Tapi kalau kurasa, seharusnya kamu belum tertular.”“Hmm?”“Kalau kamu juga tertular, logikanya semua orang yang ada di sana juga pasti ik
“Kamu nggak bisa begitu!” Brandon menghardik seraya menariknya dengan kuat sehingga membuatnya tersandung.“Kita masih belum tahu seberapa bahayanya penyakit ini. Bahkan kakekmu saja masih belum bisa memastikan. Kalau kamu bertindak gegabah dengan pergi keluar sembarangan, yang ada kamu malah membahayakan semua orang. Justru kamu yang harus tetap di rumah ini karena kamu sumber penyakitnya. Orang lain, termasuk pelayan di rumah kamu, belum tentu mereka tertular. Mungkin saja mereka cuma terkena gejala penyakit lain. Kalau kamu jemput orang lain, justru kamu malah melakukan apa yang mereka mau.”Kata-kata Brandon akhirnya berhasil membuat Chermiko sadar akan bahayanya, seolah sebuah ember berisi air baru saja ditumpahkan ke atas kepalanya.“Jadi … kita harus gimana?” tanya Chermiko. Dia sangat cemas membayangkan kedua orang tua serta kakeknya kesakitan, apalagi sakit itu gara-gara dia sendiri yang membawanya. Perasaan marah dan rasa bersalah bercampur aduk, membuatnya bertanya-tanya men
Brandon bergerak dengan sangat cepat. Dia langsung mengatur semuanya dan menghubungi rumah keluarganya Chermiko. Tentu dia tidak memberi tahu tentang cacing itu, karena dua alasan. Pertama, toh mereka juga belum tentu akan mengerti, dan kedua, itu hanya akan menciptakan ketakutan yang tidak perlu. Brandon hanya bilang kalau penyakit menular ini sedang dicari obat penawarnya oleh Juan, dan mereka cukup beristirahat saja di rumah dan tidak pergi ke mana-mana.Orang yang diutus oleh Brandon hanya menyediakan kebutuhan sehari-hari, tetapi bukan untuk membawa mereka ke rumah sakit untuk dirawat. Alasannya bukan karena tidak percaya dengan rumah sakit, tetapi rumah sakit juga tidak akan bisa mengatasi cacing parasit ini. Selain itu, ke rumah sakit hanya akan membahayakan orang lain.Tak terasa hari sudah gelap ketika semuanya sudah selesai. Brandon membuatkan makanan sederhana menggunakan bahan seadanya untuk Kenzi, kemudian menggendongnya ke balkon untuk melihat bintang. Sudah lama sekali B
Seharian itu Yuna habiskan seluruh waktunya di lab. Dia sudah melihat berkas tentang R10. sebagian besar tidak ada masalah yang serius, kurang lebih sama seperti proyek-proyek yang dulu sempat dia kerjaan, karena mereka sama-sama menggunakan racun sebagai dasarnya. Hanya saja satu hal yang menarik dari proyek R10 ini adalah selain racun, komposisi ini juga mengandung obat yang bisa menguatkan tubuh. Sebenarnya apa tujuan mereka menyatukannya?Di satu sisi, meracuni orang lain tanpa disadari, sementara di sisi lain, menguatkan otot dan tulang mereka? Bukankah efeknya sangat bertolak belakang? Namun tentu Yuna tidak banyak tanya tentang itu. Kalaupun bertanya, belum tentu dia akan mendapatkan jawabannya. Bahkan dijawab pun juga belum tentu itu benar.Sekilas terlihat tujuan dari organisasi ini adalah menguasai dunia dengan menggunakan sesuatu yang bisa mengendalikan orang lain, tetapi mereka menutupi itu dengan parfum. Yuna yakin pasti ada maksud lebih dalam yang tersembunyi di balik itu
Setelah Yuna selesai mengerjakan pekerjaannya, barulah dia membalikkan badan. Rainie masih berdiri di belakangnya dengan mata fokus tertuju kepada setiap gerak-gerik Yuna, menunjukkan ekspresi wajah yang tak sependapat dengannya.Meski begitu Yuna tidak begitu peduli, dia hanya tersenyum dan berkata kepadanya, “Masa kamu nggak tahu setiap kegagalan kelihatannya memang mirip, tapi ada sesuatu yang berbeda? Kamu mungkin berpikir langkahnya sama, tapi sebenarnya ada satu perbedaan tipis yang sangat menentukan hasil akhirnya. Pantas saja selama ini kamu gagal terus meski sudah coba berkali-kali.”Kata-kata itu melukai harga diri Rainie dan seketika membuat raut wajahnya berubah drastis. Rainie sangat memandang tinggi dirinya sendiri, baik itu dalam studi atau pekerjaan, dia selalu dipuji oleh banyak orang. Hingga akhirnya dia bergabung dalam proyek ini, barulah dia mengalami kesulitan yang berarti.Rainie memang tidak begitu mengerti tentang parfum, dia hanya sebatas tahu garis besarnya sa
“Tutup mulut sialanmu itu! Aku tahu kamu nggak punya hati, tapi kalaupun kamu harus berada di neraka, setidaknya berbaktilah sedikit untuk orang tuamu.”“Oke, mungkin kamu merasa diri kamu ini suci, tapi apa kamu sadar apa yang kamu perbuat sekarang ini cuma akan memberikan karma buruk? Apa bedanya kamu sama aku? Kita berdua sama! Coba kita lihat saja siapa yang dapat balasannya duluan!” sahut Rainie.Mendengar ucapan Rainie membuat Yuna tiba-tiba teringat akan sesuatu. Dia pun bertanya. “Apa yang terjadi sama Chermiko itu perbuatan kamu?”“Kenapa? Oh, sudah mulai, ya?” tanya Rainie sambil tersenyum puas.Balasan Rainie membuat Yuna makin yakin bahwa Rainie pasti tahu sesuatu tentang itu, bahkan bisa jadi memang Rainie-lah pelaku utamanya.“Ah, cuma cacing parasit biasa saja, bukan apa-apalah. Kamu pikir aku dan guruku nggak bisa mengatasinya?”“Cuma cacing biasa? Itu bukan cacing sembarangan! Tapi aku cukup kaget kamu ternyata tahu juga kalau itu cacing parasit. Kamu bilang begini ber
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki
Kotaknya sangat berat, bisa dipastikan isi kotak itu adalah sesuatu yang cukup besar. Napas Brandon mau berhenti rasanya membawa kotak itu, dia lantas membuka tutupnya dengan sangat pelan dan hati-hati ….Benar saja, di dalam kotak itu ada dua orang bayi yang terbungkus rapi dengan selimut. Kedua anak itu tertidur dengan sangat lelap. Brandon merasa sedikit lega melihat kedua anak itu, tetapi masih ada satu hal yang perlu dia pastikan. Dia mendekatkan jarinya ke hidung ke dua anak it untuk memastikan apakah mereka masih hidup. Dan ternyata ya, kedua anak itu memang sedang tertidur lelap dan masih bernapas.“Isinya benar anak-anak!” seru Brandon.Shane nyaris saja meneteskan air mata mendengar itu. Dia bahkan terlihat lebih bahagia daripada Brandon karena apa yang terjadi pada Nathan membuat dia memiliki empati yang kuat, seolah kedua anak di dalam kotak itu adalah anaknya sendiri. Selama kedua anak itu dapat mereka selamatkan, Shane masih punya harapan kalau suatu saat Nathan juga past
Hari perlahan mulai gelap sementara Brandon menunggu di lokasi yang dijanjikan. Sesuai dengan isi pesan tersebut, Brandon menunggu di jalan Tangkira dan berdiri di bawah pohon urutan keenam. Orang yang diutus oleh Edgar juga sudah bersiaga di perimeter. Begitu mereka melihat ada seseorang yang melakukan transaksi dengan Brandon, mereka akan langsung mengamankannya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencana, tetapi Brandon masih merasa sedikit cemas meski tidak begitu tampak dari luar.Tidak pernah dia merasa setegang ini sebelumnya, bahkan ketika waktu dia pertama kali mengambil alih Setiawan Group. Membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan anak kandung yang belum pernah dia temui sebelumnya membuat detak jantung Brandon berdegup kencang, apalagi saat memikirkan kalau ini hanyalah perangkap.Bagaimana kabar Yuna dan anak-anaknya di sana? Dokter itu juga tidak pernah muncul lagi setelah dia menawarkan diri untuk menjadi mata-mata. Brandon curiga dia mungkin sudah tertangkap oleh F
“Jangan menakut-nakuti aku!” bentak Fred spontan seraya memegangi perutnya.“Aku nggak menakut-nakuti, sebentar lagi kamu bakal merasakannya langsung,” kata Yuna sembari tersenyum dan mengatur posisi duduknya. “Gimana, sudah kamu pikirkan? Jadi kesepakatan kita ini masih berlaku atau sudah nggak berlaku? Aku sudah capek, mau istirahat.”Fred menatap Yuna dengan serius seolah sedang mengukur apakah Yuna jujur atau berbohong. Namun sampai saat ini pun dia masih tidak bisa membedakannya. Harus diakui Yuna memang sangat cerdik. Sebelumnya Fred berpikir paling dia hanya menggertak saja, tetapi dengan segera dia tertampar oleh kenyataan bahwa dia memang keracunan. Dan lebih parahnya, Fred tidak tahu apakah kali ini Yuna serius atau hanya berbohong. Tangan Fred yang memegangi perutnya makin menegang. Dia bisa merasakan rasa sakitnya sebentar lagi akan kembali. Keringat dingin pun sudah membasahi wajahnya.Haruskah dia bertaruh?“Oke! Sesuai permintaanmu, aku bakal meminta anak buahku untuk m
Fred berhenti dan membalikkan badannya menunggu apa yang akan Yuna katakan padanya.“Kenapa?”“Hmm?”“Bisa kasih tahu aku apa alasannya kamu nggak mau membebaskan Nathan? Buat kamu Nathan sudah nggak ada gunanya lagi, jadi untuk apa ….”Fred langsung menyela pembicaraan sebelum Yuna selesai berbicara. Dia mungkin tidak mau terus memperdebatkan masalah ini dan yakin kalau Yuna tidak akan bisa melarikan diri dari tempat ini, jadi dia langsung saja mengatakan alasannya. “Anak itu masih punya kegunaan lain, jadi kamu nggak usah terus berharap. Aku nggak akan membebaskan dia! Begini saja, kamu dan dia nggak mungkin aku bebaskan, tapi kalau kamu ada permintaan lain, silakan, ngomong saja.”Fred menghela napasnya yang berat sambil memegangi dadanya yang sesak. Sakit di tubuhnya tampak sangat nyata. Jika bukan karena rasa sakitnya itu, dia tidak akan membuka dialog dengan Yuna, dan kesempatan ini tidak akan ada. Yuna merasa perkataannya tadi sedikit aneh, tetapi dia tidak sempat untuk berpikir
“Yang kumaksud itu Nathan.”“Nathan?”“Anaknya Shane. Dia sudah lama banget disandera sama kalian untuk mengancam Shane supaya dia mau bekerja untuk kalian. Jangan bilang kamu nggak tahu.”“Oh, anak itu! Kenapa kamu jadi peduli sama anak orang lain juga? Atau jangan-jangan dia itu juga anak kamu?”Nada Fred berbicara sangat menyiratkan hinaan, dan tentu saja Yuna juga menyadarinya. Namun Yuna malas untuk mempermasalahkan hal itu.“Dua anakku, dan juga Nathan. Kalau mereka dijumlahkan pun kamu masih untung. Gimanapun juga kamu duta besar Yuraria, sedangkan mereka bertiga cuma anak kecil yang nggak tahu apa-apa.”Fred mengelus dagunya dan berpikir, “Benar juga apa yang kamu bilang.“Jadi kamu setuju?”“Nggak! Kata siapa aku setuju!”Yuna kaget mendengar jawaban itu. Dalam bayangannya, Fred seharusnya akan memikirkannya dan akan setuju dengan penawaran barunya. Jika Yuna tidak bisa pergi dari sni, setidaknya biarkanlah anak-anak yang tidak berdosa itu pergi. Dan juga Shane sudah tidak ber
“Jangan harap aku bakal membebaskan kamu!” kata Fred.“Dasar batu! Terus saja kamu sok keras, toh sekarang yang bisa menyembuhkan kamu cuma aku. Tapi cuma aku sendiri nggak mungkin bisa melawan satu negara sebesar Yuraria. Bagus kalau aku punya kesempatan, tapi kalau nggak, lebih baik kita berdua sama-sama mati!”“Kamu nggak takut mati, tapi gimana dengan anak-anakmu? Apa kamu sudah nggak peduli sama mereka?” Merasa sudah sedikit baikan, Fred berdiri dengan bantuan tongkatnya dan meketakkan tangannya di atas meja.“Apa gunanya juga, memang kamu bakal membebaskan mereka?”“Iya!”Jawaban tegas dari Fred membuat Yuna seketika itu tercengang. Tangannya gemetar sampai air di gelas yang dia pegang tumpah berceceran. Melihat reaksi Yuna seperti itu, Fred tahu dia masih sangat memedulikan keselamatan anaknya. Ya jelas, mana mungkin Yuna tega meninggalkan kedua anaknya yang baru lahir begitu saja.“Nggak mungkin aku kasih kamu pergi! Aku sudah keluar banyak uang, darah, dan keringat untuk proye
Racun apa yang Yuna buat dan kapan dia membuatnya? Mengapa Fred bisa tidak tahu sama sekali tentang itu? Dia terus memantau Yuna melalui kamera pengawas yang tersebar di mana-mana hampir setiap saat. Setiap tindakan yang Yuna lakukan selalu berada dalam pengamatan, mustahil racun itu bisa muncul begitu saja.“Datangnya dari mana apa penting? Siapa tahu aku bisa sulap,” jawab Yuna bercanda.“.…”Tiba-tiba saja, Fred perlahan berjongkok sambil memegangi perutnya dengan wajah yang tampak sangat kesakitan.“Aargh-”Yuna tidak kaget melihat itu. Dia memiringkan badannya supaya bisa melihat Fred secara langsung. “Kesakitan, ya?”“.…”“Setiap siang kamu pasti merasa jantung kamu seperti terbakar rasanya? Kamu lapar, tapi makan apa pun nggak ada yang masuk karena perut terasa sesak. Mau buang air besar sampai badang kosong juga rasa sakitnya nggak hilang, ya?” Yuna bertanya, dengan ekspresi penuh perhatian selayaknya seorang dokter yang sedang menanyakan kondisi pasiennya.Fred tidak menjawab,
Yuna meraih sendok dan mengambil potongan kecil dari kue yang ada di hadapannya, dan kemudian memasukkan ke dalam mulutnya sembari memejamkan mata seperti sedang sangat menikmati makanannya.“Kamu … kamu bisa bisa-bisanya makan dan minum dengan santai. Kayaknya selama ini aku terlalu baik ke kamu, ya?!”Tanpa belas kasihan, Fred membuang makanan Yuna ke lantai dan membuat piringnya pecah berserakan di lantai. Yuna tidak bereaksi menghadapi Fred yang mengamuk. Dia tetap kalem dan dengan tenang menjilat sisa menjilat krim yang masih tersisa di sendok. Justru penjaga di bawah yang hampir saja refleks memeriksa ke atas saat dia mendengar kegaduhan tersebut. Tetapi dia ingat perintah Fred tadi, apa pun yang terjadi mereka tetap harus berjaga di bawah.Fred sendiri sudah hampir meledak harus setiap hari berurusan dengan Yuna. Dia ingin sekali mencekik Yuna di tempat sampai mati, tetapi dia tidak bisa karena Yuna masih berguna untuknya.Sesaat kemudian, kata-kata yang terucap dari mulut Yuna