Kening Brandon mengerut kencang dan sekali lagi dia menghubungi nomor itu sambil mengetuk pintu tanpa henti. Ketika dia sudah bersiap untuk mengambil tindak kekerasan dengan cara mendobrak pintu, di saat itulah pintu tiba-tiba terbuka. Yang mengejutkan adalah, yang membukakan pintu itu adalah Chermiko sendiri, bukan pelayan rumahnya.Seketika pintu dibuka, dia melihat Brandon dan pasukan yang ada di belakangnya. Dengan senyuman yang terpaksa dia berkata, “Tunggu sebentar, aku panggilkan Kenzi.”Seusai berkata demikian, Chermiko langsung berbalik dan menutup pintu, tetapi Brandon bergerak lebih cepat dan menahan pintunya.“Apa yang terjadi di rumah ini?”“Ceritanya panjang,” jawab Chermiko, masih dengan jawaban yang ambigu. Tampaknya dia tidak mau menjawab pertanyaan itu.“Kalau begitu ayo masuk, jelaskan di dalam! Dan tadi kamu bilang Kakek Juan sakit? Aku mau jenguk dia sekalian.”“Jangan, kamu nggak boleh masuk!”Chermiko langsung mendorong Brandon ke luar, tetapi di saat yang sama d
“Virus yang ada di dalam badanku yang bikin mereka tertular.”Benar seperti dugaan, selama Brandon berjalan di dalam rumah itu, dia tidak melihat seorang pun berkeliaran. Halaman terasa jauh lebih sepi dibanding biasanya, dan udara di sini juga membuat dia merasa tidak nyaman. Brandon juga melihat semua tanaman yang ada di halaman layu tak terurus. Mungkin karena tidak ada lagi pelayan atau Juan yang merawat sehingga mereka terlihat lesu.Begitu memasuki kamar, Brandon merasakan hawa yang hangat. Dia mengenakan pakaian pelindung sederhana yang tidak terlalu tebal, jadi dia masih bisa merasakan hawa obat herbal yang sangat pekat. Juan yang sudah terbiasa menggodok obat selama bertahun-tahun saja hanya tercium aroma samar darinya, tetapi kali ini aromanya terasa jauh lebih pekat lagi.“Di mana Kenzi?”“Aku taruh dia di kamar anak. Sekarang cuma di sana saja yang paling aman. Setiap hari kamarnya disemprot disinfektan sehari sekali, untuk makanan juga disiapkan dengan seaman mungkin. Untu
Bagi Brandon, apa pun yang terjadi, semuanya akan baik-baik saja selama anaknya selamat. Namun sesaat kemudian dia teringat akan sesuatu. Dia melepas satu sarung tangannya dan meraba jidat Kenzi, lalu memeriksa leher dan pipinya.“Kenapa?” tanya Chermiko.“Kenzi demam,” jawab Brandon. Suaranya terdengar masih tenang dan stabil, tetapi sesungguhnya dia sedang menahan gejolak emosinya sekuat mungkin. Anak kecil mengalami demam itu adalah hal yang wajar, tetapi di saat kritis seperti ini tentu akan sangat mengkhawatirkan. Apalagi selama ini Kenzi selalu sehat-sehat saja dan bahkan tidak pernah jatuh sakit ketika wabah kemarin menyerang.Di rumah yang dipenuhi dengan penyakit menular ini, di tempat yang sekelilingnya adalah orang yang tertular, Kenzi mengalami demam. Mustahil Brandon tidak memikirkan kemungkinan bahwa Kenzi juga tertular.“Kenzi juga demam …? Kamu masih tetap mau bawa dia? Gimana kalau dia ….”Awalnya Chermiko ingin Brandon datang menjemput Kenzi pulang karena dia masih be
“Kakek … ada di gudang obat di halaman belakang. Ayo kuantar.”“Pelayan rumah kamu yang lain ada di mana?”“Mereka semua sudah kusuruh untuk istirahat di kamar masing-masing. Aku bilang ke mereka jangan ada yang kerja atau pergi keluar rumah sampai mereka sudah benar-benar sembuh.”Chermiko tidak paham mengapa dia begitu patuh, tetapi ketika ditanya oleh Brandon, dia langsung secara spontan menjawabnya.“Ini pasti kakek kamu yang suruh, ya?”“Iya! Kamu tahu dari mana?”“Karena kalau kamu sendiri, nggak mungkin sampai seteliti ini,” ujar Brandon dengan nada setengah meledek.Chermiko merasa terpukul oleh perkataan Brandon dan merasa tida terima. Dia ingin membela diri dengan berbagai macam alasan, tetapi ucapan Brandon memang benar. Kalau bukan Juan yang memberikan instruksi sebelum dia pingsan karena demam, mana mungkin Chermiko ingat untuk berpesan kepada pelayan rumahnya untuk tidak keluar.Sewaktu Juan baru tumbang karena penyakit ini, para pelayan di rumah masih belum menunjukkan g
Melihat wajah Kenzi memerah, matanya juga tidak selincah biasanya, dan sekarang hanya bisa berbaring lemas, Chermiko merasa murka terhadap dirinya sendiri hingga telinganya memerah.“Ini semua salahku!”“Tenang dulu, jangan emosi. Sekarang kita masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, aku mau ketemu kakek kamu dulu.”“Oke, biar aku yang jaga Kenzi di sini!”Situasi sudah seperti ini, Chermiko sudah tidak perlu takut lagi untuk melakukan kontak fisik dengan Kenzi, lagi pula sejak awal Chermiko juga tidak menunjukkan gejala apa pun. Selagi berjalan ke halaman belakang tempat Juan beristirahat, Brandon menghubungi anak buahnya yang menunggu di luar, “Beberapa dari kalian tetap berjaga di sini, yang lain boleh pulang. Untuk yang pulang, jangan keluar rumah selama tiga hari. Terus pantau kesehatan apakah ada gejala atau nggak.”“Maksudnya bagaimana, Pak Brandon?” tanya anak buahnya.“Cukup lakukan perintahku saja.”“Siap, Pak!”Maka tanpa banyak tanya lagi, mereka langsung menjalankan
“@#$%! @#$%!”Setiap tutur kata yang keluar dari mulut Juan sangat tidak jelas didengar karena kemasukan air.“Kamu ngomong apa?” tanya Brandon.“@#$! @#$!”Brandon hanya melihat bibirnya bergerak dan ada suara yang keluar, tetapi dia tidak mendengar dengan jelas apa yang Juan ucapkan. Brandon berjongkok supaya dia bisa mendengar lebih jelas dan berbicara dengan lebih dekat. Pakaiannya jadi basah karena itu, tetapi dia tidak terlalu memikirkannya.“Pak Juan ….”“Dasar bajing*n kamu!”Kali ini tiga kata yang terucap oleh Juan terdengar sangat jelas, meski terdengar tidak terlalu bertenaga.“.…”Brandon mengerutkan keningnya, tetapi ini adalah pertanda baik. Setidaknya penyakit menular itu tidak terlalu memengaruhi kesehatan Juan, dia masih punya energi untuk memarahi orang lain. Air dalam bak mandi terasa panas. Dilihat dari alat pemanas air juga sepertinya tidak sedang bekerja, tetapi airnya masih terus mengeluarkan uap panas. Sejak Brandon masuk ke rumah, lalu bertemu dengan Kenzi dan
Hanya saja Juan masih terlihat sangat lemah, suaranya pun terdengar sangat pelan dan serak. Bahkan apabila Brandon tidak memfokuskan perhatiannya, mungkin dia tidak akan mendengarnya.“Gimana perasaanmu?” Brandon bertanya seraya berjongkok di dekat Juan.“Jangan … biarkan … siapa pun … keluar dari … rumah ini.”Terdengar patah-patah dan tidak utuh, tetapi Brandon masih bisa memahaminya.“Tingkat penularan penyakit ini kuat?”Juan tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.“Berarti kamu juga sudah tertular?” tanya Brandon. Awalnya mengira setelah melalui wabah mematikan di Asia Selatan, sudah tidak ada lagi yang perlu dia takutkan. Namun siapa sangka, ketika satu bencana baru saja lewat, datang satu bencana baru lagi. Namun tak apa, kalau Kenzi benar tertular, Brandon tidak perlu merasa takut. Dia akan tetap berada di rumah ini untuk menjaga anaknya.“Nggak … belum tentu,” jawab Juan. “Coba lihat ini!”Seraya berbicara, Juan mengangkat lengannya. Namun sebelum di
Brandon membuka matanya lebar-lebar, melihat “benda” itu memang sungguh hidup dan bergerak seperti cacing. Itu bukanlah halusinasi ataupun ilusi. Memang benar ada sesuatu yang bergerak dengan perlahan.“Pak Juan, ini ….” Jika Juan tidak mengingatkan sebelumnya, mungkin sekarang Brandon sudah menyentuh lengan Juan karena penasaran.“Ini cacing!” kata Juan seraya mengamati makhluk itu bergerak bebas di dalam tubuhnya, seolah itu bukan sesuatu yang menakutkan baginya, lalu dia pun memasukkan lengannya kembali ke dalam bak.“Tiga jam lagi … minta Chermiko … untuk bantu aku bangun dari bak mandi!”Setelah berkata demikian, Juan kembali terdiam. Brandon mengerti mungkin Juan sudah sangat kelelahan karena memaksakan dirinya untuk berbicara. Namun dilihat dari kondisinya sekarang, untuk sementara dia baik-baik saja meski sangat lemah. Lantas Brandon kembali ke ruang tengah di mana Chermiko sedang mengelap kepala Kenzi menggunakan handuk dengan hati-hati. Gerakannya terlihat ceroboh. Handuk yan
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta
Tidak peduli apa pun yang Ratu katakan, Fred selalu punya seribu satu alasan untuk berdalih.Fred menggeleng dan berkata, “Bukan pintar beralasan, tapi karena semuanya sudah aku pikirkan demi Yang Mulia. Sejak awal sudah kubilang, mereka itu licik dan banyak akal bulusnya. Jangan mudah percaya sama omongan mereka! Mereka pasti mencoba membujukmu untuk menghentikan eksperimennya. Jangan ikuti kemauan mereka. Yang Mulia coba pikirkan, kita sudah sejak lama melakukan penelitian, lalu untuk apa? Kalau sekarang kita menyerah, bukankah semua yang kita lakukan dulu jadi sia-sia? Semua kerja keras, waktu , dan uang yang kita bayar jadi nggak ada artinya! Ini cuma akal-akalan mereka, karena kalau eksperimennya berhasil, kita bisa menguasai dunia. Cuma penduduk Yuraria saja yang bisa kemampuan hidup abadi. Itu sudah cukup untuk menggemparkan dunia, termasuk mereka. Makanya mereka nggak mau eksperimen ini berhasil. Bisa jadi … mereka membujuk Yang Mulia untuk menyerah, tapi habis itu diam-diam me
“Karena kamu begitu setia padaku, aku kasih kamu satu kesempatan lagi,” kata sang Ratu mendesah ringan.“Mau aku jadi bahan percobaanmu? Nggak masalah!” kata Fred dengan alis terangkat. “Toh sekarang aku juga nggak bisa menolak, bukan?”“Apa kamu ada permintaan lain?”Bagaimanapun juga, mereka adalah tuan dan pelayan yang sudah bekerja bersama selama bertahun-tahun, yang sudah melewati suka dan duka bersama. Andaikan Fred memiliki niat untuk melakukan kudeta, dia sudah berkontribusi banyak dan layak untuk mendapatkan apa yang dia minta sebelum dieksekusi.“Yang Mulia tahu aku sudah nggak membutuhkan apa-apa lagi. Aku sudah lama bercerai dengan istriku dan anakku ikut dia ke luar negeri. Aku cuma sendiri mendedikasikan hidupku untukmu, Yang Mulia Ratu. Sekarang aku sudah nggak punya permintaan apa-apa lagi. Oh ya, kalau sampai ….”Fred berhenti sejenak, kemudian dia melanjutkan, “Kalau sampai eksperimen ini berhasil, aku bisa terus hidup lebih lama di dalam badan anak itu, aku berharap
Di sebuah ruang bawah tanah yang lembap dan tidak terkena cahaya matahari, begitu masuk langsung tercium bau busuk yang menyengat hidung. Saat pintu dibuka, dan mendengar ada suara kursi roda yang mendekat, orang yang berada di dalam langsung mendongak menatap ke depan.“Ah, Yang Mulia datang untuk menemui aku juga.”Orang itu menyunggingkan senyum yang kaku. Dia yang dulu adalah seorang duta besar terhormat kini menjadi tak lebih dari seperti tawanan perang. Kursi roda berhenti, lalu sang Ratu menatapnya, orang yang sudah meneaninya selama puluhan tahun lebih.“Fred, apa kamu menyesal?” tanyanya.“Menyesal? Apa yang perlu disesali? Aku menyesal kenapa eksperimennya nggak aku lakukan lebih awal? Atau menyesal karena terlalu banyak berpikir? Ataukah menyesal karena aku nggak menyadari lebih awal kalau kamu mencurigaiku? Yang menang memakan yang kalah, itu sudah hukumnya. Nggak ada yang perlu aku sesali.”Sang Ratu sempat terdiam sesaat mendengar kata-kata Fred.“Jadi kamu nggak pernah m
“Tapi sudah terlambat kalau terus menunggu sampai eksperimennya dimulai!” kata Shane seraya menggertakkan gigi.Dia tidak punya sisa waktu lagi untuk bertaruh. Kalau sampai ternyata eksperimennya keburu dimulai, betapa sakit hatinya Shane membayangkan tubuh Nathan yang masih kecil itu harus terbaring di atas meja operasi yang dingin dan dibedah seperti tikus percobaan. Dia tidak bisa menerima hal seperti itu terjadi. Dia tidak tega melihat anaknya yang masih kecil harus mengalami penderitaan yang sebegitu parahnya. Nathan tidak tahu apa-apa dan diculik begitu saja, terpisah dari ayahnya begitu lama. Dan sekarang, dia harus menghadapi semua ini. Bahkan … bahkan dia tidak tahu apa yang akan dia hadapi.“Tapi kalau kamu ke sana sekarang, memangnya kamu bisa menolong Nathan?” Brandon bertanya.“Aku nggak peduli. Kalaupun aku harus mati, aku bakal tetap berusaha!”“Ya sudah, terserah kamu. Pergi sana!” Brandon tak lagi membujuk Shane. Dia memukul meja yang ada di depannya dan berseru kepada
Mau dipikir seperti apa pun, itu rasanya agak mustahil.“Aku juga berharap informasiku salah, tapi ….”Brandon tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi itu sudah menyiratkan intensi yang sangat jelas. Berhubung ini sudah menyangkut nasib Nathan, jika informasi yang dia dapat tidak bisa dipercaya, dia pun tidak akan memberitahukannya kepada Shane.“Jadi selama ini dia nggak mau membebaskan Nathan karena itu? Itu alasan kenapa selama ini aku nggak pernah berhasil menemukan dia. Jadi … mereka dari awal memang nggak ada niat untuk melepaskan Nathan, dan mereka menyandera dia dengan alasan membutuhkan investasi dana dariku, itu semua bohong?!”Rona wajah Shane di saat itu sudah pucat pasi. Suaranya pasti terdengar cukup datar, tetapi bisa terdengar bibirnya sedikit gemetar. Siapa pun yang menghadapi hal semacam ini pasti akan memberikan reaksi yang sama.Chermiko tidak tahu seperti apa rasanya memiliki seorang anak, tetpai dia dapat memahami perasaan Shane. Dia sendiri juga tidak keberatan di
“Ratu mau Fred jadi bahan percobaannya?” Chermiko bertanya, tetapi dia langsung membantah pertanyaan itu. “Nggak, itu mustahil! Aku dulu pernah ada di sana dan banyak tahu tentang R10. eksperimen ini nggak pernah diuji coba karena syarat dari penerimanya terlalu ketat.”Syaratnya adalah mendapatkan dua tubuh yang cocok, dan itu jelas bukan hal yang mudah untuk dicari. Sama seperti melakukan donor organ, tubuh pendonor dan penerima donor harus cocok baru bisa dilaksanakan. Hanya dengan syarat itu terpenuhi barulah tidak terjadi reaksi penolakan. Makanya, kalaupun Ratu punya niat untuk itu, dia harus mencarikan tubuh yang cocok dengan Fred.“Kamu kira nggak ada?” Brandon bertanya balik dan seketika membuat Chermiko dan Shane kaget. Chermiko dan Shane sama-sama dibuat bertanya-tanya, siapa orang yang akan menjadi wadah baru bagi jiwa Fred.“Dan orang yang bakal menampung jiwa Fred itu bukan orang asing. Fred sendiri yang cari,” kata Brandon. “Kalau dia nggak ketemu orang yang cocok, mana
“Sudah nggak ada lagi, itu saja. Dia bilang yang kita butuhkan sekarang cuma waktu. Sebenarnya nggak ada yang penting, sih. Mungkin dia takut karena masih diawasi. Takutnya ada orang yang mendengar percakapan, makanya dia nggak berani bilang banyak.”“Bukan. Informasi pa yang mau diasampaikan sudah semuanya dia kasih tahu ke kamu,” ucap Brandon.Chermiko, “Eh?”Shane, “Hah? Jadi yang Pak Juan mau sampaikan itu apa?”“Pak Juan bilang kita nggak bisa tangani, tapi ada orang lain yang bisa. Orang yang bisa itu maksudnya siapa?” tanya Brandon kepada mereka berdua. Tetapi baik Shane dan Chermiko di saat itu hanya bertukar pandang dan menggelengkan kepala.“Dan juga kenapa kita nggak bisa? Sebelumnya kita sudah tahu mereka ada di dalam kedutaan, terus kenapa tiba-tiba Pak Juan bilang ini di luar batas kemampuan kita?” tanya Brandon lagi.Kali ini Shane dan Chermiko lebih kompak lagi. Mereka berdua sama-sama menggelengkan kepala serentak tanpa perlu menatap satu sama lain.“Karena Pak Juan me
Chermiko datang dengan penuh tanda tanya dan pergi dengan penuh tanda tanya pula. Dia merasa belum mengatakan atau melakukan apa-apa selama dia bertemu dengan kakeknya tadi, dan langsung disuruh pulang begitu saja. Selama perjalanan, Chermiko berulang kali memikirkan apa yang tadi Juan katakan kepadanya, tetapi dia tidak mendapatkan jawabannya. Jadi apa maksud Juan sebenarnya?Begitu Chermiko sampai ke rumah, benar saja Brandon dan Shane sudah menunggunya. Mereka langsung datang menyambut dan bertanya, “Gimana? Mereka ngundang kamu ke sana untuk apa?”Bahkan mobil yang mengikuti Chermiko dari belakang juga sudah melakukan persiapan jaga-jaga apabila terjadi sesuatu yang buruk padanya. Namun mereka bisa tenang setelah mendapat kabar kalau Chermiko sudah dalam perjalanan pulang. Namun di saaat yang sama mereka pun terheran-heran mengapa hanya Chermiko sendiri yang keluar.“Mereka mengancam kamu? Apa saja yang mereka bilang di sana?” tanya Shane. “Pasti Rainie, ‘kan? Kali ini apa lagi yan