Home / Romansa / Balada Duda - Janda / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Balada Duda - Janda: Chapter 81 - Chapter 90

165 Chapters

81. Mau Lagi

Satu per satu hiasan bunga yang melekat di kepala Rubi, dia lepaskan. Wajah yang penuh dengan polesan make up itu sekarang sudah kembali seperti semula. Gemericik air dari dalam kamar mandi pun tak lagi terdengar itu menandakan bahwa Regantara telah selesai membersihkan dirinya. Rubi beranjak dari tempat duduknya, membuka satu per satu kancing kebaya yang dia kenakan. Ekor matanya melirik Regantara yang baru saja keluar dari kamar mandi. Kebaya yang Rubi kenakan pun akhirnya luruh ke lantai. Tangan Rubi berusaha menggapai pengait longtorso yang berada di belakang tubuhnya namun dia cukup kesulitan untuk menggapainya. "Kalo butuh bantuan bilang," bisik Regantara dari belakang tubuh Rubi membuat bulu-bulu halus di tubuh Rubi meremang. Regantara melepaskan perlahan pengait longtorso berwarna putih itu. Bukan hanya melepaskannya, Regantara menyempatkan mencium pundak polos istrinya. "Mas ...," lirih Rubi. Regantara yang hanya mengenakan handuk di pinggangnya itu semakin mendekatkan t
Read more

82. Keluarga Besar

Tubuh Rubi terasa sakit, entah berapa kali mereka melakukan hubungan badan semalam. Rubi menatap lelaki yang berada di sisinya saat ini, hidungnya yang mancung, alis yang tebal, bibir yang sedikit tebal, serta rahang yang tegas itu sekarang sudah sepenuhnya menjadi milik Rubi. Rubi mengecup sekilas bibir Regantara, rasanya terlalu gemas jika dia lewatkan kesempatan untuk memberikan ciuman pagi hari pada Regantara. Diangkatnya tangan kekar itu dari atas dadanya, Rubi menarik selimut tipis berwarna putih itu lalu dia lilitkan di tubuhnya. Rambut panjang yang terurai itu dia gulung menjadi cepolan kecil hingga leher panjang itu terlihat semakin jenjang. Rubi beranjak dari tempat tidur, membuka tirai jendela kamar mereka hingga cahaya pagi itu masuk ke dalam. Di seduhnya air di dalam water heater agar dia bisa membuatkan secangkir teh untuk Regantara pertama kalinya dengan status sudah menjadi suami dan istri. Setelah membuatkan secangkir teh hangat untuk Regantara, Rubi melangkah memb
Read more

83. Bantuan Rubi Untuk Ayu

Ini hari pertama Rubi dan Regantara beraktivitas sejak kepulangan mereka dari Bali beberapa hari yang lalu. Rutinitas terbaru Rubi semenjak tinggal bersama Regantara adalah menyiapkan lelaki itu sarapan pagi hingga menyiapkan pakaian kerja untuk Regantara. Setelahnya Rubi akan menelpon Tama menanyakan apakah dia sudah siap ke sekolah, makan dan perlengkapan sekolah semua sudah siap. Tama memang belum mau ikut tinggal bersama Rubi dan Regantara, sedangkan Regantara merasa tak enak hati jika harus tinggal lagi bersama dengan mertua seperti saat dia menikah dengan Debby. Kata Regantara saat itu, dia hanya tidak ingin merepotkan ibu Widya."Kalo begitu Bunda tutup teleponnya ya, nanti siang Bunda jemput Tama kita makan di tempat biasa, mau?""Oke Bunda, itu supir Papa Regan sudah datang. Tama jalan dulu ya," ucap Tama di seberang sana.Baru saja Rubi meletakkan ponselnya, Regantara sudah memeluknya dari belakang."Siapa?" tanya Regantara."Tama, biasa aku cuma pastikan semua perlengkapan
Read more

84. Berdamai Dengan Masa Lalu

Bono memperhatikan gerak gerik Ayu dari tempat dia berdiri, alisnya terkadang mengerut jika wanita itu melayani para pembeli begitu akrab. Bono masih tak habis pikir dengan keputusan Rubi mempekerjakan Ayu di toko roti miliknya."Heh ... ngelamun aja," hardik Rubi mengagetkan Bono dari belakang."Mbak ... kamu tuh— aduh aku nggak habis pikir loh Mbak sama kamu, kenapa berani banget mempekerjakan orang itu di toko kita," ujar Bono sedikit menkean nada suaranya."Kenapa sih, Bon. Enggak ada salahnya kita kasih kesempatan kedua buat dia. Lagian kasian lagi hamil, mana suami di penjara, uang habis nggak tersisa ... coba kamu pikir, kalo posisi kamu seperti dia atau aku yang seperti itu, apa kamu ya Hnggak kasian." "Iya tapi kan harusnya Mbak bicarakan dulu sama tim, minimal sama aku. Aku kaget loh, Mbak ... apalagi anak-anak." Bono memang kecewa dengan keputusan Rubi, toko roti itu di bangun dengan kerja keras Rubi serta di selingi pengkhianatan Dimas yang bertahun-tahun menyakitinya, l
Read more

85. Pelukan Hangat

"Belum tidur?" tanya Regantara yang baru saja masuk ke dalam kamar mereka dan melihat Rubi berdiri di balkon kamar malam itu."Mas ... aku nggak denger kamu masuk," ujar Rubi menghampiri suaminya yang berdiri di depan pintu kaca."Gimana kamu mau dengar aku masuk kalo kamu sendiri asyik dengan lamunanmu. Ngelamunin apa?" tanya Regantara meraih lengan Rubi hingga tubuh istrinya itu berhasil dia peluk."Aku mikirin kamu dan anak-anak," ucap Rubi sambil mendongakkan wajahnya menatap wajah lelaki bertubuh tinggi itu."Kenapa?" tanya Regantara bingung."Kamu dan anak-anak yang terpisah, Arsa dan Kayma di Jakarta sedangkan kamu di sini.""Kan kita sudah tawari mereka, Kayma sendiri yang menolak tinggal dengan kita karena nggak mau Oma dan Opa nya sedih. Sedangkan Arsa sebentar lagi juga akan sama kita setelah dia lulus TK. Aku malah mikirin kamu," kata Regantara."Kenapa aku?" "Karena Tama yang masih satu daerah saja sama kita malah tinggal di tempat berbeda."Rubi menghela napasnya, dia m
Read more

86. Cemburu

"Emang Mas Tama mau tinggal di Jakarta?" tanya Arsa saat Tama baru saja sampai di rumah Wahyu. "Kayaknya enggak, Ar ... kasian Uti kalo Mas tinggalin. Bunda juga sekarang kan tinggal sama Papa Regan." "Tapi nanti kalo Arsa tinggal di Semarang, Mas Tama tinggal bareng Arsa ya." "Iya kan bisa bolak balik kadang di Uti kadang di Bunda," ujar Tama mengacak rambut adik tirinya itu. "Kalo aku lebih pilih tinggal sama Oma Opa aja, pasti lebih asyik di sini. Kapan pun mau ke rumah Mama aku bisa kapan aja dateng nggak harus nunggu Papa libur," kata Kayma dengan nada sedikit kesal. "Kamu nggak suka ya sama Bunda?" tanya Tama. "Suka kok ... cuma aku belum mau aja tinggal sama Bunda Rubi apalagi harus tinggal di Semarang." "Ya terserah kamu aja. Arsa, punya buku apa lagi?" Tama lebih baik mengalah jika harus berdebat dengan Kayma. Baru dua jam yang lalu Rubi dan Regantara sampai di kediaman Wahyu. Irma sudah mempersiapkan kamar untuk mereka, jelas bukan di kamar Debby dan Regantara dulu.
Read more

87. Permintaan Kayma

Gundukan tanah berbalut rumput hijau itu sudah di penuhi bunga tabur dan rangkaian bunga kesukaan Debby. Rubi meletakkan tangkai terakhir tepat di dekat nisan putih berukir nama Debby. Setelah membacakan doa, Rubi membelai lembut nisan itu. Di liriknya sesekali Irma menyeka matanya, Kayma dan Wahyu yang tersenyum getir dan Arsa yang mencabuti rumput-rumput liar di makam sang Ibu. Sedangkan Rubi berusaha mencari tahu tatapan mata Regantara yang tertutup kacamata hitam itu. Tak nampak jelas, begitu pun dengan isi di hati suaminya. "Sudah cukup, kita pulang sekarang," ujar Wahyu beranjak dari tempatnya duduk. "Mama, Kay pulang ya ... nanti Kay akan sering-sering kemari," ujar Kayma lalu menggandeng tangan Irma berjalan lebih dulu. "Arsa pulang ya, Ma. Arsa mulai bulan depan akan tinggal sama Papa dan Bunda Rubi. Jadi Arsa kesininya pasti jarang banget, tapi Arsa janji akan selalu doain Mama." Arsa lalu membelai batu nisan dan beranjak pergi bersama Tama dan Wahyu. Rubi menoleh ke arah
Read more

88. Bisa Jadi, Bi ....

Regantara menutup pintu kamar mandi dan berjalan sempoyongan menuju tempat tidur. Harusnya hari ini mereka pulang ke Semarang, namun karena kondisi Regantara sudah dua hari ini demam dan sakit kepala maka kepulangan mereka pun diundur."Ini teh hangatnya." Rubi membawakan teh hangat untuk Regantara diikuti Arsa dan Tama dari belakang."Makasih, Bunda," ucap Regantara yang memaksa untuk tersenyum."Kata Oma, nanti dokter Tio datang. Papa jangan sakit, ya." Wajah Arsa terlihat sedih."Papa cuma masuk angin, kok. Besok juga sembuh," ujar Regantara.Rubi meraba kening Regantara, masih terasa hangat. "Masih mual?" tanya Rubi mengusap punggung suaminya."Masih ... enggak enak banget rasanya. Sepertinya harus di suntik biar cepet reaksinya daripada minum obat terus.""Iya, nanti bilang aja sama dokternya. Biar enakan ....""Papa mau Tama pijetin?" Tama duduk di samping Regantara."Wah, mau dong ... kepala Papa berat sekali.""Arsa pijetin kaki, ya." Arsa naik ke tempat tidur bersiap menyambu
Read more

89. Kabar Bahagia Yang Tertunda

"Sudah belum?" Regantara menunggu Rubi di depan pintu kamar mandi yang tertutup. "Bi, lama banget.""Sabar, Mas ... masa pipis harus di paksa." Rubi berceloteh dari dalam.Setelah dokter Tio meminta mereka untuk melakukan testpack, detik itu juga tanpa sepengetahuan orang di rumah itu, Regantara menyuruh salah satu petugas keamanan di kediaman Wahyu untuk membelikan alat tes kehamilan itu.Setelah menunggu sekitar 10 menit Rubi pun keluar dengan tiga testpack berbeda merk di tangannya. "Gimana?" tanya Regantara.Rubi menyimpulkan senyuman, dia menyerahkan ketiga alat itu pada Regantara."Ya ampun ... serius?" tanya Regantara tak percaya."Aku hamil, Mas." Mata Rubi berkaca-kaca. "Anak kamu ada di sini," kata Rubi langsung memeluk Regantara."Ya ampun ... makasih, Sayang." Regantara memeluk erat istrinya, menciumi wajah itu berulang kali.Mereka saling berpandangan, Regantara menyematkan helaian rambut yang terjuntai ke balik telinga istrinya. Membelai lembut pipi Rubi, masih tak perc
Read more

90. Ada Pawangnya

"Usia kandungannya tujuh minggu, janin berada di kantung rahim ya," ujar dokter kandungan yang memeriksa Rubi, mengarahkan alat USG yang berada di atas perut Rubi kesana kemari mencari posisi yang tepat untuk mendeteksi keberadaan janin mungil itu. "Sehat ya, karena ini kehamilan kedua, semoga tidak terlalu banyak keluhan yang ibu rasakan." "Hingga saat ini memang nggak ada, Dok," ujar Rubi. "Tapi ... suami saya sepertinya yang mengalami itu." Wajah Rubi menahan tawa. "Oh ya? Wah jarang sekali itu terjadi, Pak. Ok, sudah selesai," ujar dokter tersebut sambil membersihkan sisa gel di perut Rubi. Kita bertemu lagi bukan depan ya untuk kontrol rutin bulanan. Selamat sekali lagi Pak Regan dan Ibu Rubi." Keluar dari ruangan dokter tadi, Rubi masih menggenggam tangan Regantara. Berjalan menuju bagian farmasi untuk mengambil obat yang di resepkan dokter wajah Rubi masih nampak tersenyum. "Kenapa jadi suka senyum, sih?" tanya Regantara setelah memberikan resep obat pada apoteker di sana.
Read more
PREV
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status