Home / Romansa / Balada Duda - Janda / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Balada Duda - Janda: Chapter 101 - Chapter 110

165 Chapters

101. Keluarga Kecil Dimas

Mobil tipe SUV berwarna putih itu berhenti tepat di depan kediaman Ayu. Ayu masih menggunakan daster sedang menyapu teras rumahnya mengerutkan dahi saat melihat seseorang membuka pagar rumahnya. Wanita paruh baya yang masih berdandan sangat nyentrik itu pun menghentikan langkahnya saat melihat Ayu berdiri di dekat pintu masuk rumahnya."Mama?" Ayu setengah berlari menghampiri wanita yang mengenakan cardigan dari kain lurik mahal itu. "Mama ngapain di sini?" tanya Ayu pada wanita bernama Sartika itu."Mau lihat kehidupan kamu yang katanya bahagia sekarang," ketus Sartika.Sartika melihat sekeliling rumah mungil itu, bisa-bisanya putrinya ini hidup di tempat seperti ini dengan lelaki yang tidak jelas masa depannya."Dimana anak kamu?" tanya Sartika yang memang tujuannya ke kediaman Ayu untuk melihat Amara."Amara masih tidur, Ma. Mama ... kenapa bisa kesini? Maksud Ayu—""Kenapa? Enggak boleh? Ck, kamu betah sekali tinggal di rumah kecil kayak gini," ujar Sartika ketus berjalan masuk ke
Read more

102. Kebahagiaan Inggit

"Jadi, dia masih kerja di sini?" tanya Inggit pada Rubi tentang keberadaan Ayu yang masih bekerja dengan Rubi. "Iyo toh, Nggit. Mau kerja dimana lagi dia? Wong butuh uang untuk susu anak, belum lagi kebutuhan bayi itu banyak loh jangan salah. Makanya cepet nikah, kamu nunggu apa toh sebenarnya?" "Nunggu di lamar, Bi," kekeh Inggit. "Lama aja ngelamarnya, tapi ngamarnya gencar." Rubi tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perut besarnya. "Ah embuh lah, aku wis males kalo ngomongin lamar me-lamar ini." "Ya kalo nggak ada arah ke jenjang yang serius, wis lah tinggal aja. Umur terus bertambah, kasian ibu mu itu loh nunggu kabar kapan punya cucu," ujar Rubi. "Cucunya udah kemana-mana, Bi ...." Lagi-lagi tawa dua wanita itu memenuhi ruangan. "Eh, balik lagi ke Ayu," kata Inggit penasaran sambil.melihat Ayu yang duduk di belakang meja kasir. "Kenapa?" Rubi menyesap secangkir susu putih. "Si Dimas itu sudah bebas, kan?" "Iya, terus kenapa Nggit? kamu penasaran banget," ujar Rubi me
Read more

103. Welcome Baby Q

"Serius?" tanya Rubi pada Inggit yang menghubunginya malam itu. "Iya, besok mulai mempersiapkan segala sesuatunya. Tapi sebelumnya harus ketemu ibuku dulu," kata Inggit. "Ah akhirnya ibu nimang cucu juga," kekeh Rubi. "Tapi, aku ucapin selamat ya Nggit ... penantian kamu membuahkan hasil." "Makasih ya, Bi ... makasih karena setia menemani kejombloanku," ujar Inggit dengan tawa kecilnya di seberang sana. "Oh ya, Bi ... ternyata jodohku duda." Hampir satu jam dua sahabat itu menghabiskan obrolan di telepon. Regantara yang menunggu Rubi sambil mengerjakan pekerjaan kantornya di laptop sesekali mendongakkan kepalanya melihat istrinya di balkon tertawa dengan lawan bicaranya. "Mas ...." Rubi naik ke tempat tidur, berbaring di sisi Regantara. "Kenapa Inggit?" tanya Regantara masih dengan tatapan ke arah laptopnya. "Inggit mau nikah," ujar Rubi senang. "Syukurlah, selamat sampaikan pada Inggit." "Aku seneng banget dia akhirnya menikah, Mas ...." Regantara menutup laptopnya, meletak
Read more

104. Keluarga Bahagia

Kayma menatap lama bayi yang tertidur pulas di sisi Rubi. Sesekali jari jemarinya menyentuh pipi gembil bayi berumur satu hari itu."Ternyata Bunda benar," kata Kayma."Tentang apa, Kay?" Rubi menyematkan helaian rambut Kayma ke belakang telinga."Ternyata adik Kayma selucu bayi nya Tante Ayu," ujar Kayma tersenyum."Secantik Kakak Kay," ucap Rubi lembut."Bundaa ...." Arsa yang baru datang berlari ke sisi tempat tidur hingga membuat bayi mungil Rubi terkejut."Arsa! Kan jadi kaget Qiara nya," ujar Kayma marah"Kan nggak sengaja, Kak ... Bunda." Wajah Arsa berubah sedih."Enggak apa-apa, Qia nya cuma kaget. Abang Arsa mau duduk di sini?" tanya Rubi sambil menepuk pinggir tempat tidurnya."Kay duduk dimana, Bun?" Kayma pun tak mau kalah."Kay di—""Kay duduk di sini," kata Tama membawakan kursi untuk gadis kecil itu duduk."Makasih, Mas," ucap Kayma malu.Regantara yang melihat dari sudut ruangan hanya tersenyum. Tak dia sangka akan di kelilingi malaikat-malaikat kecil hidupnya. Sudah
Read more

105. Puasa, Mas

"Bunda ...." Kayma berdiri di depan pintu kamar Rubi, Rubi yang sedang menyusui Qiara pun mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Kenapa, Kay? Sini, masuk ...," pinta Rubi. Kayma duduk di sisi tempat tidur sambil memperhatikan Qiara yang menyesap air susunya. "Kayma mau pamit, besok Kayma pulang ke Jakarta," ucap Kayma dengan wajah sedih. "Iya, tapi kenapa Kayma sedih?" tanya Rubi menatap wajah sendu itu. "Kayma sedih karena pisah dari semua orang di rumah ini," isak Kayma. "Kenapa Kayma nggak mau tinggal sama Bunda dan papa?" "Kay mau, tapi Kay kasian sama Oma dan Opa nggak ada yang jagain," ucapnya pelan. "Anak baik." Rubi membelai rambut panjang Kayma. "Mudah-mudahan secepatnya kita bisa berkumpul lagi, ya." "Bunda nggak mau ya tinggal di Jakarta?" "Wah Bunda mau, mau banget ... tapi kalo Bunda di sana bagaimana dengan usaha Papa dan Bunda. Lagian kalo Bunda di sana juga nggak mungkin tinggal di rumah Oma," ujar Rubi memberikan pengertian pada Kayma. "Jadi, untuk sementara kit
Read more

106. Kamu Cintanya Aku

Rubi tengah duduk di depan teras rumahnya pagi itu saat Bono datang membawakannya roti yang dia pesan di restonya sendiri. Bono terlihat nampak kusam dan murung, entah ada apalagi dengan lelaki berumur 27 tahun itu."Rupamu esuk-esuk wis ora enak men, ono opo sih Bon?" (Wajah kamu pagi-pagi udah nggak enak banget liatnya, ada apa sih Bon?)"Ora popo, Mbak. Nanging lagi nggak enak awak wae (Enggak kenapa-kenapa, Mbak. Cuma lagi nggak enak badan aja)," ucap Bono lalu mencubit kecil pipi Qia. " Iki rotine, Mbak ... aku jalan sek yo, Mbak (Ini rotinya, Mbak ... aku jalan dulu ya, Mbak)," pamit Bono. "Kamu yakin ngga mau cerita? Aku kok curiga kamu kenapa-kenapa." Rubi masih penasaran ada apa di balik senyum tipis Bono pagi ini."Tenang aja Mbak, i'm Ok," ujarnya tersenyum lalu pergi mengendarai motor Vespa lama yang baru di belinya beberapa bulan lalu.*****Bono berjalan lunglai memasuki resto Rubi sore itu, matanya sedikit melirik pada sosok gadis yang berada di belakang meja barista.
Read more

107. Buka Kamar

Gedung hotel tempat resepsi pernikahan Inggit sudah ramai dengan para undangan, Rubi dan Regantara beserta anak-anaknya pun tak luput dari pandangan para tamu. Ada beberapa yang berbisik satu sama lain ada juga yang tersenyum kita mata mereka saling bertemu pandang. "Selamat ya, Nggit ... semoga cepat nyusul cucu Ibu," ujar Rubi tertawa kecil. "Doain ya, biar Qia ada temen mainnya," kata Inggit sambil menautkan kedua pipinya pada pipi Rubi. "Kamu manglingin loh malem ini," bisik Rubi lagi. "Berarti aku berhasil membuat orang percaya aku masih perawan ya," kekeh Inggit tak henti tertawa. "Hush ... kalo ngomong suka bener." Tawa mereka membuat para suami menggelengkan kepala. "Ini dari kami, Nggit ...." Regantara memberikan amplop putih berisi tiket penerbangan dan hotel selama pengantin baru itu berada di Lombok. "Wah, tiket bulan madu nih ...." Inggit nampak senang. "Makasih Re, makasih ya Bi." Inggit memeluk erat sahabatnya itu. Ada juga beberapa orang-orang terdekat Rubi yan
Read more

108. Wahyu Anfal

Rubi tengah sibuk melayani pesanan para pelanggannya siang itu. Resto Rubi memang akan sedikit sibuk di waktu-waktu makan siang dan malam. Sudah hampir satu tahun berjalannya usaha ini, memang tak terasa namun kendala juga cukup banyak Rubi hadapi mulai dari pergantian karyawan hingga beberapa kali kebingungan karena harga-harga bahan dapur yang naik drastis namun Rubi harus bisa mempertahankan kualitas dan harga jual produknya. Qiara masih tertidur di strollernya, kebisingan ramainya pengunjung tak membuat bayi yang sekarang sudah berumur empat bulan itu terbangun dari tidurnya. Sesekali Rubi melirik ke arah Qiara alih-alih takut Qiara terbangun tapi sepertinya memang bayi mungilnya itu sungguh mengerti kesibukan sang Bunda. Rubi baru saja terduduk di ruang kerjanya yang kecil namun nyaman untuk dia tempati di sela-sela kesibukannya. Ponsel Rubi berbunyi, alisnya berkerut saat nama Wahyu yang sudah dia anggap sebagai pengganti mertuanya itu tertera di ponselnya. "Halo, Pa," sapa Ru
Read more

109. Gantian Shift

Operating lamp akhirnya padam setelah hampir tiga jam menyala, itu artinya operasi pemasangan ring jantung Wahyu pun selesai. Dokter yang menangani Wahyu pun tak lama muncul membawa kabar."Selamat sore semua," sapa dokter berumur setengah baya itu. "Bagaimana, Dok?" tabya Irma dengan harap cemas."Operasi pemasangan ring berjalan dengan lancar tidak terkendala satu apapun, namun pasien masih harus berada di ruangan ICU guna observasi lebih lanjut," jelas dokter itu."Suami saya selamat, Dok?""Iya, Bu ... Ibu tidak usah khawatir semua baik-baik saja. Sebaiknya keluarga juga beristirahat karena keadaan Pak Wahyu tidak ada yang harus di khawatirkan.""Terimakasih banyak, Dok," ujar Hendra menjabat tangan dokter itu begitu pula dengan Regantara.Wajah letih keluarga ini pun terbalas dengan kabar keadaan Wahyu yang bisa melewati masa-masa kritis serta operasi dengan baik dan lancar."Rubi, sebaiknya kamu pulang dan beristirahat di rumah, kasihan Qia sudah dua hari kamu tinggalkan bolak
Read more

110. Perpisahan Ayah dan Anak

Kesehatan Wahyu berangsur-angsur membaik, sudah hampir dua minggu Rubi berada di Jakarta untuk menemani Irma merawat Wahyu serta merta agar mertuanya itu tidak merasa kesepian."Mama makasih sekali sama kamu, Bi ... sudah mau meluangkan waktunya sementara tinggal di sini," kata Irma siang itu di dapur."Enggak masalah, Ma ... Rubi rasa memang ada saat-saat dimana kita memang harus berkumpul dengan keluarga besar.""Lusa kamu berarti jadi pulang?""Kalo Mas Regan jemput Rubi ya Rubi pulang, Ma ... tapi sepertinya Mas Regan masih mau Rubi di sini dulu untuk nemenin Mama, Papa dan Kayma.""Makasih, ya," ucap Irma tulus. "Stefani juga masih mengurus perpindahannya kemari, semoga cepat selesai.""Iya, Rubi juga bersyukur Mas Hendra akhirnya mau kembali ke Indonesia dan membawa serta keluarganya. Rubi nggak nyangka ....""Iya, akhirnya setelah sekian lama. Hendra benar-benar menurunkan ego nya.""Ma, papa di kamar sendiri?""Oh iya, Mama lupa ... salad buahnya masukkan dulu ke dalam kulkas
Read more
PREV
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status