Beranda / Romansa / Balada Duda - Janda / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Balada Duda - Janda: Bab 91 - Bab 100

165 Bab

91. Obrolan Dua Sahabat

Inggit datang ke toko roti Rubi saat semua staff Rubi sedang berbenah. Inggit juga tidak menyangka akan bertemu Ayu di sana. "Di minum, Nggit," ujar Ayu meletakkan secangkir Coffee latte di atas meja. "Biasanya Rubi sudah datang kemari jam segini," kata Ayu mencoba berbasa-basi padanya."Iya, terimakasih," ujar Inggit. "Sejak kapan disini?' "Baru tiga bulan," jawab Ayu sambil mengusap perutnya yang sudah membesar. "Rubi meminta aku untuk kerja di sini.""Oh, aku kira kamu yang mengemis pekerjaan padanya," ucap Inggit dengan menyunggingkan senyum tipis."Lebih tepatnya begitu, awalnya Regantara nggak setuju.""Oh, aku yakin itu." Tebakan Inggit ternyata benar, tidak mungkin Rubi tiba-tiba memberikan wanita ini pekerjaan kalau bukan karena iba. "By the way, bagaimana Dimas?""Dimas?" "Iya, suami kamu ... masih, kan?""Masih, Nggit." Sebersit senyum Ayu pun hadir. "Dimas baik, 10 bulan lagi kemungkinan akan bebas.""Oh, bagus kalo begitu."Rubi masuk ke dalam toko rotinya, melambaikan
Baca selengkapnya

92. Mornings With You

"Malam, Bu," ucap Regantara yang menunggu sudah lebih 15 menit untuk di bukakan pintu malam itu.Melihat menantunya baru saja sampai dari Jakarta hanya berdua bersama Arsa yang sudah berada dalam gendongannya, buru-buru menyuruh Regantara masuk."Malam, Nak Regan. Malam sekali baru sampai ... masuk-masuk. Bawa saja Arsa ke kamar Tama, biar tidur di sana." "Iya, Bu." Regantara bergegas membawa Arsa menuju kamar Tama. "Maaf ya, Bu ... kami kemalaman," ujar Regantara membenarkan selimut Arsa."Enggak apa-apa, namanya juga perjalanan jauh. Ya sudah, istirahat sana sudah hampir jam tengah malam," ujar Widya seraya menepuk pundak Regantara lalu beranjak meninggalkan Regantara."Iya, Bu." Regantara mengusap lembut kening Arsa lalu bergantian dengan Tama. Anak lelaki Rubi itu sepertinya sudah terlelap lama. Pelan-pelan di tinggalkannya kamar Tama lalu beralih menuju kamar Rubi. Selama Regantara di Jakarta, Regantara meminta Rubi untuk tinggal sementara waktu dengan ibu mertuanya. Lagi pula
Baca selengkapnya

93. Papa Pelan-Pelan Kok

Rubi terduduk di kursi, dia kelelahan lantaran ikut mengatur barang-barang yang harus tersusun dan terlihat rapi di rumah Belanda yang dia sewa. Begitu juga Ayu yang terduduk di ujung ruangan, mereka saling pandang lalu tertawa melihat kondisi mereka yang sedang berbadan dua tapi masih bisa seaktif sekarang. "Bon, di letakkan di dekat pintu masuk," ujar Rubi sedikit berteriak pada Bono saat lelaki bertubuh kecil itu ingin meletakkan meja estetik. "Siap, Mbak ...." "Bon, pemanas bakery nya jangan terlalu dekat dengan kasir," kata Rubi lagi. "Siap, Mbak ...." "Eh jangan deh, Bon ... sebaiknya letakkan di dekat Coffee Grinder," titah Rubi agar Bono meletakkannya tidak jauh dari mesin pembuat kopi. "Hhmm ... iya, Mbak." Seketika mata Bono terpana pada sosok wania bertubuh semampai dengan kulit sawo matang yang datang masuk ke ruangan itu. "Maaf, cari siapa?" tanya Bono ramah. "Selamat siang, saya ada janji interview dengan Ibu Ayu," ujarnya. "Oh ya, nama saya Menik." Gadis itu me
Baca selengkapnya

94. Ungkapan Hati Kayma

Anak-anak kecil berlarian kesana kemari, resto itu sudah terisi dengan para undangan termasuk di dalamnya ada Wahyu, Irma, Widya bahkan Kayma. Mereka datang khusus untuk Arsa dan Rubi. Rubi terlihat sangat sibuk mempersiapkan segala sesuatunya, perutnya yang sudah mulai membesar membuat semua orang menggelengkan kepala melihat kegesitan wanita itu. "Bi, duduk aja sih. Aku kok serem liatnya," ujar Inggit yang berkali-kali berseru jika di lihatnya Rubi tiba-tiba berdiri tiap ingin membenarkan sesuatu. "Itu lagi satu, mana perut tinggal nunggu hari aja susah banget diem sedetik," gerutu Inggit. "Aku yang nggak hamil jadi takut liatnya." Rubi tertawa melihat kekhawatiran sahabatnya itu. "Nanti kalo kamu menikah, lalu hamil rasakan sendiri," ujar Rubi malah melenggang meninggalkan Inggit seorang diri. Acara syukuran peresmian resto sekaligus ulang tahun Arsa berjalan dengan lancar. Tepuk tangan paling meriah Wahyu hadiahkan untuk istri mantan menantunya itu. Wahyu melihat Rubi adalah se
Baca selengkapnya

95. Kejutan Lagi

Regantara menggandeng tangan kecil Kayma, mereka memasuki resto yang sudah sepi hanya terlihat anggota keluarga inti yang berada di sebuah meja panjanh menunggu kehadiran Kayma, gadis kecil yang memiliki perasaan yang masih teramat labil. "Kayma ...." Rubi tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya bergegas menghampiri Kayma hingga lupa dengan perutnya yang sudah membesar. "Kayma ... kamu darimana, Nak? Bunda khawatir sama kamu. Kayma enggak kenapa-kenapa, kan?" Rubi memeluk Kayma lalu melihat keadaan gadis kecil Regantara itu, memastikan jika Kayma baik-baik saja. Kayma hanya mengangguk, Kayma tetap menatap Rubi dengan mata yang masih sembab. "Bunda minta maaf. Bunda minta maaf kalo Bunda ada salah sama Kayma. Bunda minta maaf kalo Bunda belum bisa menjadi ibu yang baik buat Kayma. Bunda tau kita berdua masih mencari celah untuk sama-sama saling terbuka. Bunda janji Bunda akan terus berusaha untuk bisa menjadi ibu yang seperti Kayma mau ... tapi tolong jangan pergi-pergi lagi," Is
Baca selengkapnya

96. Amara Arundati

Suara bayi mungil itu menggema di dalam ruangan bersalin. Melahirkan anak pertama tanpa di dampingi suami itu sangat menyesakkan hati Ayu. Air mata Ayu menetes kala bayi mungil itu di letakkan di atas dadanya. "Anak Mama ...," lirihnya. "Kuat ya, Sayang ...," ujarnya lagi.Memasuki kamar rawat inap, sudah menunggu Rubi, Regantara, Irma dan Wahyu di sana. Rubi tersenyum pada Ayu, di usapnya punggung tangan wanita itu. Rubi tahu betul bagaimana perasaan Ayu saat ini."Kamu hebat," bisik Rubi. "Selamat, ya.""Makasih, Bi ... aku enggak tau harus gimana kalo tanpa kamu dan keluarga," ucap Ayu dengan mata berkaca-kaca."Kamu enggak usah khawatir, kita di sini selalu ada buat kamu," ujar Rubi tulus."Bayinya udah boleh di bawa masuk belum?" tanya Irma."Sepertinya sudah, Ma ... coba Regan tanyakan." Regan beranjak dari tempat duduknya."Mama udah nggak sabar mau gendong bayi, kan?" Wahyu menjawil lengan Irma."Sudah lama Mama enggak gendong bayi, Pa ... jadi harap maklum," kekeh Irma."Seb
Baca selengkapnya

97. Kekhawatiran Regantara

"Order an meja 10 dan ini order an meja 15," kata Rubi memberikan dua piring berisi sandwich dan burger serta dua minuman sesuai pesanan pelanggan yang datang. Sudah tiga minggu ini Rubi sibuk dengan resto baru nya, apalagi setelah resto miliknya menawarkan menu makanan yang di gandrungi kaum milenial. Bahkan perutnya yang semakin besar pun tak menghalangi Rubi untuk bergerak cepat. "Bu ...," panggil salah satu barista bernama Menik, saat mendapati Rubi terduduk di pojok ruangan karena kelelahan. "Ibu enggak kenapa-kenapa?" Rubi menggeleng. "Tapi wajah Ibu pucat," kata Menik lagi lalu memberikan segelas air putih. "Di minum dulu, Bu." Rubi meneguk gelas berisi air putih itu hingga habis, Rubi mengusap perutnya yang mengencang karena kelelahan. "Makasih, Menik." "Sebaiknya Ibu pulang saja," ujar gadis itu. "Saya telpon kan Mas Bono?" "Enggak usah Menik, sebentar lagi saya pulang. Saya cuma butuh waktu istirahat sebentar." Rubi mengatur napasnya. "Baiklah, kalo begitu saya ti
Baca selengkapnya

98. Kunjungan Ayu

Rubi terus bergerak perlahan di atas tubuh Regantara, posisi ini yang menurutnya aman selama masa kehamilan. Payudaranya pun ikut bergerak, tatapan mata Regantara tak lepas menatap wajah Rubi yang sedang merasakan nikmatnya percintaan mereka malam itu."Terus, Sayang ...." Rahang Regantara mengeras, kedua tangannya meremas pinggang Rubi, menggerakkannya sedikit lebih cepat."Hhmm ...." Rubi mendesah saat pelepasan itu terjadi begitu pula Regantara yang akhirnya membuncah kan hasratnya yang lama terpendam.Jemari mereka saling bertaut, menggenggam dan menguat satu sama lain saat pelepasan itu terjadi. Peluh keringat menempel di tubuh keduanya, perut buncit Rubi sedikit menegang, Regantara melepaskan tautan jemarinya mengusap perut istrinya agar bayi yang berada di dalam sana pun merasa tenang.Napas Rubi masih terengah-engah, perlahan dia lepaskan penyatuan mereka. Wanita berbadan dua itu merebahkan tubuhnya di sisi Regantara, meringkuk miring menghadap suaminya. Regantara menarik seli
Baca selengkapnya

99. Kembalinya Dimas

Satu tangan Ayu mendekap Amara dalam gendongannya, satu tangan yang lain menggandeng tangan Tama. Mereka berdiri di depan pintu lapas menunggu kedatangan Dimas yang bertepatan hari ini kbali menghirup udara bebas. Pintu lapas perlahan terbuka, lelaki tinggi dengan hidung mancung itu menampakkan dirinya. Rambut yang tersisir rapih, dan wajah segar itu pun tersenyum mendapati keluarga kecilnya sudah menanti kehadirannya. Dimas berjalan cepat menghampiri, degub jantungnya berdetak begitu cepat. Rasa rindu itu luar biasa, langkah itu semakin cepat hingga berubah menjadi berlari. Dia peluk Ayu beserta bayi mungilnya, berkali-kali dia menciumi wajah Amara, air mata Ayu pun tak terbendung. Tama tak luput dari pelukan hangat ayahnya. Dimas menangis memeluk anak lelakinya itu, sudah lama sekali rasanya dia tak mendekap putra sulungnya yang sudah beranjak remaja. Kembali dia menatao Ayu, dia usapkan air mata di wajah cantik Ayu. Wanita yang hampir dua tahun ini menderita karenanya, masih se
Baca selengkapnya

100. Melepas Rindu

Dimas memutar kunci pintu rumah kercat putih itu, dia membuka perlahan rumah mergaya minimalis itu. Rumah dengan wangi khas sebuah keluarga yang baru saja memiliki seorang anak, harum bayi. Dimas mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga, dengan dua kamar yang saling bersebelahan semakinmasuk ke dalam Dimas mendapati dapur sekaligus ruang makan serta laundry room yang berada di sudut ruangan. Rumah yang sangat pas untuk sebuah keluarga kecil, rumah yang di beli oleh Ayu menggunakan uang simpanannya serta penjualan mobil kesayangan Ayu. Wanita itu berhasil bertahan selama badai menerpa kehidupannya."Mas." Ayu memeluk Dimas dari belakang, Dimas meraih tangan Ayu semakin dia eratkan pelukan tangan mulus itu."Amara mana?" "Sudah tidur," ucap Ayu."Rumah ini kamu tata sangat baik," kata Dimas memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah Ayu, menatap teduh mata Ayu."Rumah itu tempat dimana hati kita berada, jadi harus dibuat senyaman
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status