Home / Romansa / Balada Duda - Janda / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Balada Duda - Janda: Chapter 111 - Chapter 120

165 Chapters

111. Bono Sold Out

"Sarapannya di habiskan, Tama," ujar Rubi apda Tama yang hari itu buru-buru berangkat ke sekolah. "Tama sudah terlambat, Bun ... Tama berangkat, ya." Tama mencium punggung tangan Regantara dan mencium sekilas pipi Rubi. "Terlambat? Biasanya juga setengah tujuh kamu baru berangkat," kata Rubi heran. "Biar aja, Sayang ... mungkin dia ada tugas yabg harus di selesaikan di sekolah. Arsa berangkat sama Papa, ya," ujar Regantara yang masih asyik menyendokkan suapan nasi goreng ke dalam mulutnya. Cepat sudah waktu berlalu, usia pernikahan Rubi dan Regantara sudah berjalan empat tahun. Tahun ini Tama sudah duduk di kelas satu SMA, Kayma sendiri sudah kelas dua SMP sedangkan Arsa duduk di kelas tiga SD dan Qiara si bungsu berumur tiga tahun lebih. "Kakak Kay hari ini pulang ke Semarang, kan Bun?" "Iya, sama oma opa. Nanti Bunda mau beres-beres kamar tamu rasanya bosan sudah melihat posisi kamar itu sudah setahun ini belum berubah." "Geser kemana lagi, Bun?" tanya Regantara sambil tertawa
Read more

112. Penyelamat Hidupku

"Kamu sudah besar, Tama. Enggak seharusnya Bunda masih setiap hari mengingatkan semuanya. Besok ujian, ya belajar bukan malah pulang jam segini karena minggu depan ada turnamen basket. Bunda ngerti, tapi kamu harus bagi waktu, ada yang harus kamu prioritas kan," ujar Rubi masih dengan nada suara yang pelan. "Tama minta maaf, Bun ... Tama tadi sudah mau pulang, tapi teman Tama ada yang ngajakin makan karena ulang tahun.""Kamu bisa kabari Bunda, atau minimal bilang ke Uti atau adik kamu Arsa. Jam 10 loh ini Tama, papa kamu punya aturan di rumah ini juga tujuannya buat kalian. Gimana Bunda mau jelasin ke papa kamu ini?" Rubi menghempaskan bokongnya pada sisi tempat tidur, sementara Tama masih berdiri di belakang pintu."Papa kamu memang nggak bakal marah, tapi rumah ini punya peraturan. Kemarin-kemarin kamu selalu pamit ke Bunda atau ke papa kalo kamu bakal pulang terlambat, kenapa belakangan ini susah sekali rasanya. Pasti Bunda ijinin kalo memang tujuannya baik.""Tama minta maaf, B
Read more

113. Pubertas Tama

"Mas tinggal sebentar, ya," ujar Tama pada Kayma yang asyik menikmati es krim di sebuah mall di Semarang. "Mas mau kemana?" tanya gadis cantik itu. "Sebentar mau nemuin temen di situ," tunjuk Tama ke arah gadis berkacamata. "Hah? Kenapa enggak—" "Jangan kemana-mana, diem di sini." Tama lalu meninggalkan Kayma tanpa menoleh sedikitpun ke arah adik tirinya itu dan berlari menghampiri gadis berbaju putih. "Hai, maaf ya," kata Tama dengan gestur mengusap lengan gadis tadi. "Lama banget," ujarnya dengan wajah cemberut. "Iya, aku harus nemenin Kay dulu tadi. Atau kamu gabung aja sama kita," ajak Tama. "Enggak ah, enggak enak sama adik kamu. Tuh, dari tadi ngeliat ke arah sini terus." Wajah manis itu pun cemberut. "Biasa aja, Kay memang begitu ... suka kepo," ujar Tama ikut menatap ke arah Kayma duduk dan melotot padanya. "Jadi cari buku? aku temenin ya," kata Tama lagi lalu menggenggam tangan Casey nama gadis keturunan Belanda yang satu sekolah dengannya. "Terus adik kamu gimana?"
Read more

114. Permintaan Maaf Tama

"Kenapa bisa adik kamu, kamu tinggalin?" Rubi duduk di sisi tempat tidur dengan tangan terlipat di depan dada. "Tama sudah bilang tunggu sebentar, Tama mau cari buku," ujar Tama membela diri. "Kenapa adiknya nggak di ajak sekalian, kan bisa!" Sorot mata Rubi begitu tajam mengarah pada Tama. Tama hanya menunduk, memang salahnya harusnya dia mengajak Kayma ikut dengannya saat itu bukan malah meninggalkan Kayma hampir satu jam, wajar jika Kayma memilih pulang. "Minta maaf sama Kay ... Bunda nggak mau ya Tama kalo ini terjadi lagi. Kayma itu anak gadis, adik kamu bagaimana kalau terjadi apa-apa sama Kay. Kalian itu tanggung jawab Bunda semua, mana ada oma opa di sini. Untung saja Kay nggak ada bilang apa-apa ke oma opa." Rubi mendengus kesal. "Sekarang Bunda tanya ... kamu sama siapa tadi?" "Hah?" Tama mengangkat wajahnya. "Kenapa kamu tinggal in adik kamu, terus kamu pergi sama siapa?" Rubi kembali bertanya dan menuntut jawaban dari putranya. "Sama—" Pintu kamar perlahan terbuka,
Read more

115. Kekhawatiran Rubi

"Udah tiga tahun aja umur ini bayi," ujar Rubi sambil memangku anak perempuan Inggit. "Kay, Excel nya jangan di tangisin dong." Rubi mengingatkan Qiara agar tak mengganggu bayi berumur enam bulan yang berada di dalam stroller. "Carissa main sama Kakak Qia ya, tuh di taman belakang." Rubi menurunkan Carissa dari pangkuannya dan meminta salah satu pegawainya untuk menemani dua bocah itu bermain di taman belakang resto miliknya. "Mungkin Excel mau tidur Nggit, apa kita ngobrol di ruang kantor aja, biar kamu bisa sekalian kasih ASI," tawar Rubi.Ya, setelah menikah dan memiliki Carissa, Inggit kemudian hamil kembali setelah Carissa berusia dua tahun lebih. Dan Inggit memutuskan berhenti bekerja untuk fokus pada kedua anaknya."Gimana, nganggur enakkan?" ledek Rubi pada mantan wanita karier itu."Enak nggak enak, Bi ... enak karena nggak under pressure lagi sama kerjaan tapi kadang kangen pake sepatu heels, baju rapih, make up setiap pagi. Ah, ngangenin pokoknya. Tapi seneng juga di rumah
Read more

116. Keresahan Bono

Perkataan adalah doa, dan Regantara berhasil membawa Rubi dalam kenikmatan malam ini. Bukan Regantara namanya jika tak berhasil membuat sang istri jatuh ke dalam pelukannya.Rubi masih berada di atas tubuh Regantara, bergerak lembut maju dan mundur. Bibir bawah nan merah tergigit merasakan rematan tangan Regantara di kedua buah dadanya. Tangan Rubi berada di samping kanan kiri tubuhnya, semakin cepat dia bergerak saat Regantara memberikan tanda jika buncahan rasa itu akan segra mendesak keluar."Mas ...," desah Rubi mengeratkan cengkraman tangannya di lengan kekar Regantara.Keduanya mencapai titik puncak kenikmatan secara bersamaan, deru napas kelelahan saling bersahutan. Detak jantung mereka pun bertalu kencang menormalkan kembali degub serta aliran darah yang terpacu sesaat tadi."Huft ...."Rubi merasakan kelelahan, dia melepaskan penyatuan tubuhnya dengan Regantara. Rubi merebahkan dirinya di sisi Regantara, suaminya itu masih berpeluh keringat. Bahkan ruangan sedingin ini pun te
Read more

117. Ide Dimas

"Mas," sapa Rubi siang itu yang datang bersama Qiara ke kantor Regantara. "Hei, anak Papa," ujar Regantara merentangkan tangannya menyambut Qiara yang berlari ke arahnya. "Papa ...." "Muaach, dari mana?" Regantara menyematkan ciuman lama di pipi sang putri. "Dari tempat kerja Om Bono," jawab Qiara. "Dari kantin, aku sekalian nge cek gimana keadaannya," ujar Rubi mencium pipi Regantara. "Kemarin Bono aku panggil kemari," kata Regantara menutup laptopnya, lalu menggendong Qiara membawanya duduk di sofa. "Qiara bawa apa buat Papa?" "Burger sama kentang goreng terus ... apa ini Bunda namanya?" tanya gadis kecil yang semakin hari semakin cerewet itu. "Kopi luwak," jawab Rubi. "Kopi tuwak," ujar Qiara. "Luwak, Sayang ... kalo tuwak nanti Papa mabuk," kekeh Regantara. "Mabuk itu apa?" "Pusing ... kepalanya muter-muter," jawab Regantara asal sambil tertawa. "Kalian ini ...." Rubi pun ikut tertawa. "Oh ya, Mas ... terus tadi cerita si Bono gimana?" "Oh iya, tapi aku sambil makan
Read more

118. Kayma dan Tama

"Hei," sapa gadis cantik yang datang dari belakang Tama. "Sudah lama?" "Sudah dua jam ...," kekeh Tama yang menepuk bangku kantin di sebelahnya agar gadis bernama Casey itu duduk di sampingnya."Boong banget," ujar Casey."Mau pulang sekarang atau nanti?" "Kalo pulang sekarang nggak bisa lama-lama dong sama kamu." Casey menyeruput es teh Tama dengan santainya. "Kamu besok jadi ke Jakarta?" "Iya, sekalian mau ziarah ke makam mama Debby.""Oh mama nya adik tiri kamu itu," ujar Casey lalu merogoh tas ranselnya dan mengeluarkan paper bag berwarna biru. "Buat kamu." Casey menyodorkan paper bag itu."Buat aku?""Iya, biar nggak kedinginan di perjalanan. Di pake dong.""Biar kangen terus pasti kan?" goda Tama yang membuat pipi Casey merona."Jangan lama-lama di Jakarta, kan sebentar lagi ujian ... apalagi—""Apa?""Ada adik kamu di sana," ucap Casey dengan mimik wajah cemberut."Kayma? Ya ampun, Kayma adik aku.""Iya, tapi kan bukan kandung," ujar Casey lagi dengan wajah yang dia palingka
Read more

119. Tama Si Over Protective

"Uti di bawa ke rumah sakit aja, Sayang," kata Regantara pagi itu saat Rubi keluar dari kamar mandi."Sudah aku ajak tadi, Mas ... tapi Uti nggak mau. Katanya biasa cuma masuk angin.""Tapi tadi aku ketemu di ruang makan, wajah Uti pucat. Coba kamu bujuk lagi, nanti biar sama aku ke dokternya. Aku kok khawatir ya.""Iya nanti aku bujuk lagi, tapi kita antar Qiara ke sekolah barunya dulu, ya.""Kayma juga menolak aku antar, katanya sama Tama aja. Sedangka Tama bawa motor, terus wajah Tama jadi bete gitu saat Kayma bilang mau ikut dia aja," ujar Regantara."Tuh kan berarti bener, Tama udah ada pacar Mas ... terus karena sekarang Kayma satu sekolah sama dia otomatis dia dan pacarnya jadi keganggu karena di ganggu Kayma." Rubi pun tertawa sambil melepas handuk yang dia kenakan di depan lemari baju."Oh iya, bisa jadi ... tapi biar aja lah, lagian Tama tau sendiri adiknya itu manja mana mau ada saingan." Regantara beranjak melangkah mendekati Rubi. "Kalo pagi-pagi begini, udah rapih boleh
Read more

120. Get Well Soon, Uti

Rubi duduk dengan tangan terpaut di depan dadanya, sementara kepalanya berada di pundak Regantara. Regantara mengusap-usap pundak istrinya memberikan kenyamanan untuk Rubi yang khawatir akan keadaan sang Ibu."Salah aku ini, Mas." Mata Rubi masih sembab karena menangis sedari tadi."Bukan salah kamu, kita nggak pernah tau apa yang bakal terjadi," kata Regantara berusaha meyakinkan Rubi."Coba tadi kita antar Qia sekalian sama Ibu, lalu langsung bawa Ibu ke rumah sakit nggak harus mondar-mandir kayak tadi," isak Rubi. "Mungkin Ibu nggak bakal jatuh di kamar mandi.""Sayang, please jangan salahin diri kamu, sebaiknya kita pokus dengan kesembuhan Ibu." Regantara mengeratkan pelukannya pada tubuh Rubi."Bunda ...." Kayma berjalan cepat diikuti Tama yang berlari kecil. "Bunda, gimana Uti?" Kayma setengah berjongkok di hadapan Rubi."Masih di dalam, masih di observasi. Uti jatuh di kamar mandi," ucap Rubi lirih."Ya ampun, Bunda tenang ya ... semoga Uti nggak kenapa-kenapa," kata Kayma samb
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status